Keresahan Timothy

Jam sudah menunjukan pukul 7 pagi. Timothy merasakan kepalanya berdenyut karena sejak kemarin dia belum juga tidur. Tim bahkan masih menggunakan pakaian yang terkena noda darah dari tubuh Ana. Dan saat ini, Tim sedang menunggu dokter yang mengoperasi Ana keluar.

Doa Tim terjawab karena tak lama Dr.Richard keluar dari ruang operasi. Dia tersenyum pada Tim. "Saya akan melakukan satu kali operasi lagi, setelah kondisinya stabil."

Sembari mereka berbincang, Perawat keluar untuk memindahkan Ana ke ruang perawatan. Kepala dan wajahnya di perban, sehingga Tim tidak dapat melihat sosok wanita itu.

"Kamu jaga saja dia. Tolong panggil perawat jika terjadi sesuatu." pesan Dr.Richard sebelum pergi.

Tim mengangguk. Dia mengikuti perawat itu dengan membawa tas milik Ana.

Sesampainya di ruangan, Perawat menjelaskan prosedur yang harus dilakukan oleh Tim, jika Ana mulai sadar. Tim lagi-lagi hanya dapat mengangguk karena dia baru pertama kali menemani orang yang melakukan operasi besar.

"Baiklah, Mr. Kami permisi." perawat itu meninggalkan Tim berdua saja dengan Ana.

Timothy mendekat. Dia duduk di samping ranjang sambil melihat alat di samping Ana yang menunjukan ritme jantungnya.

"Ini sungguh lucu.. Kita bahkan belum kenal, tapi aku harus menjagamu." Tim mulai bermonolog.

"Kenapa kamu tidak membawa identitas mu nona?" "Dan kenapa kamu minta orang asing untuk membawa mu pergi?"

Alat di samping Tim mulai berbunyi nyaring. Detak jantung Ana tiba-tiba berpacu cepat. Tim menekan tombol di samping ranjang dengan panik.

Tidak sampai 30 detik, beberapa perawat masuk.

Tim berdiri di pojok ruangan tanpa dapat melakukan apapun. Dia hanya melihat para perawat bekerja sama untuk melakukan penanganan pasca operasi karena kondisi Ana belum stabil.

Perlahan, suara nyaring itu tidak terdengar dan kembali berbunyi normal.

"Mr, tolong jangan katakan apapun yang membuat kondisi pasien drop." tuduh salah satu perawat itu pada Tim. Mereka segera berlalu dari Tim tanpa ingin mendengar pembelaan dari pria yang masih berdiri sambil bengong itu.

Tim kembali duduk dengan tidak enak hati.

'Tim.. kamu memang suka cari masalah. Kalau sudah begini kamu harus bagaimana?' umpatnya pada dirinya sendiri.

Dia mengingat lagi apa yang terjadi tadi malam. Wanita ini dengan jelas mengatakan untuk membawanya pergi. Tim merasa iba ketika melihat mata Ana yang begitu sedih. Itu alasan dia segera menggendong Ana ke mobil. Dia tidak tau kalau menyelamatkan seseorang ternyata serumit ini. Apalagi kalau orang itu tidak punya identitas.

"Kamu dengar aku kan?" "Aku Timothy, orang biasa yang menemukan anda di jalan." "Aku tidak tau apa yang terjadi pada anda, tapi aku bisa membawa anda pergi, nona." Lagi-lagi Tim bermonolog sendiri. Tapi bedanya, dia lebih berhati-hati dan menata katanya sedemikian rupa, supaya Ana tidak drop lagi.

"Kalau anda sudah sehat, aku janji akan mengajak anda ke Indonesia." "Jadi, bertahanlah hidup dan cepatlah sadar." tambah Tim. Dia memegang tangan Ana, lalu menggenggamnya.

Wajah Ana masih di perban dan Tim hanya dapat melihat mata dan bibirnya saja. Dan ketika memperhatikan wajahnya, Ana membuka matanya.

"Hey, kamu sudah sadar?" pekik Tim senang.

"Sakit." ucapnya lemah.

"Kamu baru selesai operasi. Tunggu sebentar."

Tim kembali menekan tombol untuk memanggil perawat.

Ana terus menatap Tim yang masih memegang tangannya.

"Terimakasih." katanya dengan nada yang kurang jelas.

Tim menggangguk sambil tersenyum. Dia sungguh lega, wanita itu bisa selamat.

Perawat kembali masuk dan kali ini, Dr. Richard ikut serta bersama dengan mereka. Dr.Richard mengecek kondisi Ana, dan memberinya obat untuk meredakan nyeri.

"Edward sudah bayar semua biayanya, jadi kamu tidak perlu khawatir. Dia bilang, kamu harus jaga pacar mu dengan baik, setidaknya sampai dia bisa sadar sepenuhnya dari obat bius." pesan Dr. Richard.

"Pacar?"

Dr. Richard tersenyum. Dia menepuk pundak Tim dan pergi tanpa banyak bicara lagi.

'Wah, Edward sialan.' umpat Tim dalam hati. Pasti Edward sudah mengarang cerita pada Dr. Richard.

Tapi itu tidak penting sekarang, karena yang penting adalah memantau kondisi Ana.

Tim kembali duduk dan memperhatikan Ana yang sudah mulai kembali tenang.

30 menit berlalu, Ana mengigau dan mengerang meminta tolong. Tim yang sudah tidur ayam tersadar. Dia memegang tangan kanan Ana dan menenangkannya sampai dia kembali diam.

Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Timothy. Wanita ini seperti sedang ketakutan. Dia juga mengigau seperti di kejar seseorang. Apakah dia itu penjahat yang sedang kabur? Atau dia itu mau di culik? Ya, Timothy tidak bisa mendapatkan jawaban yang tepat sebelum wanita ini sadar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!