Satu minggu kemudian
Keadaan Ana berangsur pulih. Dia sudah bisa makan dan bersandar di ranjang. Rumah sakit ini memberikan perawatan yang terbaik untuknya. Tentu saja, dibalik itu ada peran Edward alias anak si pemilik rumah sakit.
"Bagaimana kondisi anda?" tanya suster yang mengantarkan makan siang untuk Ana.
"Sudah jauh lebih baik."
Suster tersenyum mendengar kabar Ana. Sejak sadar, wanita itu tidak mengatakan apapun. Dia hanya berterima kasih jika ada yang mengantar makan atau memeriksanya. Selebihnya dia diam seribu bahasa.
"Mana pria itu?" tanya Ana sebelum suster pergi.
"Dia datang di malam hari."
Ya, Tim mengunjungi Ana pada malam hari, ketika dia telah menyelesaikan pekerjaannya. Tapi setiap kali Tim datang, Ana sudah tertidur. Meskipun begitu, Tim selalu meninggalkan catatan dan kata-kata semangat untuk Ana di meja supaya gadis itu cepat sembuh.
Ana mengangguk pelan. Wajahnya masih di perban, jadi dia tidak bisa bergerak dengan bebas. Luka operasi di dadanya juga belum sepenuhnya sembuh.
***
Tim membuka pintu kamar VIP. Hari ini dia membawa bunga mawar kuning yang cantik. Dia menengok pada Ana yang sudah tertidur. Sebisa mungkin, Tim bergerak dengan tidak menimbulkan suara. Dia mengganti bunga lama di pot dengan bunga yang di bawanya. Setelah itu, seperti biasa, Tim menyelipkan surat berisi kata-kata penghiburan.
"Aku masih bangun."
"Setan,eh kodok.." seru Tim yang terkejut ketika mendengar suara lirih itu.
Tim menyalakan lampu pada nakas. Sekarang Tim dapat melihat mata coklat yang sangat cantik milik Ana.
"Kenapa belum tidur?" tanya Tim canggung. Dia membantu Ana untuk bersandar karena tampak nya Ana ingin bangun.
"Untuk bicara dengan mu."
"Oh..iya, kita tidak sempat bicara banyak kemarin." Tim menarik kursi di sebelah ranjang, lalu duduk di dekat Ana. "Aku Timothy Gunawan. Siapa nama mu?"
Tim sampai detik ini tidak tau siapa nama wanita di depannya, jadi dia berkata pada perawat jika namanya adalah Zoe.
Ana terdiam sesaat. Dia teringat kembali dengan kata-kata orang yang mengejarnya. 'Dia sudah mati.' 'Ana Wilson sudah mati.'
"Aku Julie..Terima kasih sekali lagi atas pertolongan mu, Tim."
"Nama yang cantik, seperti orangnya." puji Tim.
Julie tertawa kecil. "Kamu bahkan belum lihat wajahku."
"Sudah pasti cantik..Karena Dr. Richard yang terbaik di bidangnya."
"Boleh aku tanya sesuatu, Tim?" ucap Julie mengalihkan pembicaraan. "Kamu bilang akan ajak aku ke Indonesia. Apakah jadi?"
Kini Tim yang tertawa. Dia memang akan kembali ke kampung halamannya, tapi dia tidak menyangka kalau Julie bersemangat untuk ikut bersamanya. Padahal kondisi Julie belum 100% pulih.
"Ya.. tentu nya setelah kamu sehat. Tapi, kenapa kamu ingin pergi dari sini?"
Julie menatap Tim dalam. "Tim, jika kita satu kali mengatakan kebohongan, kita akan mengatakan kebohongan lain lagi." "Aku tidak ingin berbohong padamu, Tim. Jadi aku belum bisa jelaskan alasan ku ingin pergi ke Indonesia." jelas Julie dengan mata berkaca-kaca.
"Oke, oke.. tapi gimana keluarga mu? Apa mereka tau kamu di sini?"
Julie menggeleng. "Mereka tidak akan peduli bahkan jika aku mati atau hidup."
Tim merasa tidak enak karena pertanyaan nya membuat Julie sedih.
"Kamu istirahat saja.. besok kita bicara lagi."
Karena tidak menemukan bahan pembicaraan lain, Tim memutuskan untuk pamit. Dia membantu Julie kembali untuk berbaring.
Julie mengangguk. Dia kembali tersenyum penuh arti pada Timothy yang saat ini sudah kabur dari ruangannya.
'Juliana Wilson, semoga ini akan jadi awal yang baru.' ucapnya pada diri sendiri.
Julie lega sekarang. Dia tidak akan menggunakan nama Ana lagi, tapi nama depannya. Dia juga akan pergi ke Indonesia, di mana tidak akan ada yang mengenalnya. Saat ini Julie hanya berharap jika Tim tidak berbohong, karana bagi Julie, Tim lah satu-satunya orang yang dapat membawanya kabur dari sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments