Senja berlalu meninggalkan bumi, shalawat di setiap masjid telah berbunyi menandakan azan magrib akan segera dikumandangkan. Namun, kaki ini berat untuk meninggalkan gundukan tanah yang dipenuhi dengan bunga-bunga indah yang tertabur diatasnya.
“Nayla, pulang yuk sudah magrib.” ajak mama padaku namun aku tak bergeming sedikit pun.
“Nayla, mama minta maaf selama ini mama tidak menceritakannya padamu. Mama takut kamu sedih mengetahui fakta ini, mama juga tidak mau kehilangan kamu. Dulu saat kamu umur enam bulan, mama bertemu dengan orang tua kandungmu meraka memintamu kembali. Mama mengembalikanmu pada mereka, namun mama merasa kehilanganmu hingga mama nekat menculikmu dari mereka..hiks..hiks.”
Mama menjelaskan dengan deraian air mata yang mengalir dipipinya.
“Kenapa aku sampai ada sama mama?” Tanyaku penasaran dengan jalan hidupku yang terjadi bagai mimpi.
“21 tahun lalu, mama melahirkan di sebuah rumah sakit yang ada di kota. Namun, anak yang mama lahirin diambil kembali oleh Allah, mama kehilangan dia saat lahir. Disaat itu pula kamu lahir. Kamu dibawa oleh suster ke ruangan dimana bundamu di rawat setelah lahiran. Ranjang bundamu berdampingan dengan ranjang mama, jadi mama bisa lihat apa yang sedang bundamu lakukan. Bundamu menutupi kepalamu dengan bantalnya, dia berusaha membunuhmu namun aku menggagalkannya. Bunda dan ayahmu dulu kehilangan harapan untuk merawatmu, perusahaan ayahmu dalam masalah sehingga mereka harus ke luar negri untuk menyelesaikan masalah itu. Karena mereka berpikir kamu akan menyusahkan mereka saat memperbaiki perusahaan, maka kamu akan dibunuh. Disitulah aku meminta untuk merawatmu saja”
Jelas mama menerawang ke masa lalu, masa yang menjadikannya sebagai malaikat tanpa sayap hingga saat ini.
“Ya, sudah sekarang kita pulang yuk, sudah azan.” Mama meraih tanganku.
Aku berjalan dalam kebisuan, begitu pula dengan mama dan laki-laki yang mengaku sebagai kakaku, sedangkan bapak dan kakak-kakakku masih diperjalanan. Pikiranku melayang ke masa lalu. Hingga pikiran-pikiran tentang keluargaku terbayang. Kasih sayang dari mama dan bapaku yang sudah aku anggap sebagai orang tua kandungku, kasih sayang dari kedua kakakku yang tidak pernah hilang. Hingga aku tidak percaya bahwa aku hanyalah anak angkat.
Tiba di rumah, aku dan mama langsung melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. Aku khusuk dengan do’a. Air mata tak henti mengalir bak air terjun yang bebas meluncur. Aku berterimah kasih pada Allah, karena mengirimkan malaikat padaku. Hingga azan isya menghentikan do’aku.
Setelah melaksanakan sholat isya, aku enggan untuk keluar kamar. Aku duduk di sebuah kasur empuk yang ada di kamar itu. Karena pikiran kacau, aku tidak ada waktu untuk mengagumi kemewahan setiap desain yang ada di kamar itu. Hingga pikiranku terhenti dengan keributan diluar.
“Kalian keterlaluan telah menculik putri kami. Apa kalian tau, kelakuan kalian itu mengakibatkan depresi pada istriku hah?”
Bentak lelaki paruh baya pada mamaku. Aku tidak tahan melihat mama dibentak oleh orang lain. Sebelum kata-kata dari orang itu makin menusuk hati mama, aku segera berlari untuk menolong mama.
“Maaf, anda tidak berhak membentak mamaku!” Aku berbicara dengan nada tinggi.
Seketika air mata laki-laki paruh baya itu mengalir, entah apa yang membuatnya menagis aku juga tidak mau tau. Hingga suara pemuda yang mengaku sebagai kakakku masuk.
“Ayah!"
Dia memeluk laki-laki paru baya itu sambil menagis, begitupun sebaliknya. Mereka saling memeluk dalam tangisan, hingga muncul satu pemuda lagi.
“Maaf, pak, ada tamu di luar katanya bapak dan saudaranya Nayla. Aku sudah bilang tidak ada nama Nayla disini, tapi mereka bersikeras.” Ucapnya dengan sopan.
Mendengar itu, aku langsung berlalri keluar dan memeluk sosok bapak yang sangat menyayangiku itu. Air mataku kembali tumpah dalam pelukannya begitupun dengan kedua kakakku, mereka ikut menangis ketika bertemu denganku. Sementara pemuda yang tadi menyampaikan adanya bapak kebingungan.
“Maaf, apa kamu yang namanya Nayla?" tanya pemuda itu. Aku tidak memperdulikannya dan mengajak bapak serta kedua kakakku masuk.
Saat kami masuk, suasana kembali tegang. Dia menatap bapak seolah ingin menelan hidup-hidup. Belum sempat dia bicara, aku langsung mengajak mama, bapak serta kedua kakakku untuk pergi dari sana.
“Ma, Pa, sebelum malam semakin larut lebih baik kita kembali ke kosku sekarang.” Ajakku pada mereka.
Namun sebelum aku meraih tangan mama, lelaki paru baya itu memelukku sangat erat.
“Jangan pergi, nak, tetaplah disini bersama ayah. Ayah tidak mau kehilangan kamu lagi..hiks..hiks” tangisnya pun pecah.
Aku enggan membalas pelukannya, karena aku kecewa dia telah membentak malaikat dalam hidupku. Air mataku pun tidak lagi ada, mungkin telah kering akibat keluar seharian. Perlahan aku melepaskan pelukannya.
“Maaf, besok aku harus kuliah dan semua barang-barangku juga ada di kos.” Ucapku dingin.
“Nanti aku suruh Fahmi yang ambil semua barangmu kesini.” Jawabnya.
Disaat aku berdebat dengan lelaki paruh baya yang tak lain adalah ayah kandungku, pemuda yang mengaku kakakku menghampiri mama.
“Tante, tolong bujuk Nayla untuk tetap disini aku tidak mau kehilangan adikku lagi. Tolong, tante, biarkan kami menebus kesalahan kami dimasa lalu.” Ucapnya memohon.
Tanpa menjawab permohonan dari pemuda itu, mama langsung menghampiriku.
“Kamu tetap disini, nak, ini adalah rumahmu juga. Kasihan ayah dan kakakmu jika harus kehilangan kamu lagi. Mama, bapak dan kakak-kakakmu akan disini malam ini. Besok kami harus balik di kampung karena adikmu hanya sendiri.”
Ucap mama dengan senyum paksa, aku tau mama juga tidak mau kehilanganku
“Tidak, ma, aku akan pulang sama kalian. Aku tidak mau disini.” Tolakku.
“Tidak bisa, sayang. Kamu kan harus kuliah, ingat janjimu sama mama kamu harus jadi sarjana.”
“Baiklah, aku akan tetap di kota ini tapi tetap tinggal di kos.” Putusku frustasi.
“Sayang, kan ada ayah sama kakakmu disini masa kamu masih tinggal di kos padahal punya rumah.”
“Iya, nak, kamu tinggal disini sama ayah dan kakakmu. Ayah tidak mau jauh lagi darimu sayang.” Kini lelaki paruh baya itu yang buka suara.
“Tidak mau, aku akan menerima anda sebagai ayah dan dia sebagai kakak kandungku dengan catatan aku tetap tinggal di kos!” Bentakku.
“Baiklah jika itu yang kamu mau, yang penting kamu mau menerima ayah sebagai ayahmu dan Dirga kakakmu, ayah setuju. Tapi, izinkan ayah untuk menafkahimu.” Ungkapnya pelan.
***
Sejak terungkapnya masa lalu tentang diriku, rasa sayangku pada mama dan bapak serta keluargaku tidak berkurang. Aku telah menganggap kejadian itu tidak pernah ada, aku tetap aktiv dengan berbagai aktivitasku di kampus. Hingga pemuda yang tak lain adalah Fahmi yang bekerja di perusahaan ayah muncul.
“Maaf, mbak, pak Anton ingin bertemu dengan mbak.” Ucapnya sopan.
Tiga sahabatku lansung menoleh ke sumber suara, tepatnya di belakang mereka. Mereka terpesona dengan wajah sang supir, ya aku menganggapnya supir karena selalu ngotot mau ngantarin aku kemana-mana.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments