"Kau gila ya? Sejak kapan ada peraturan tidak tertulis seperti itu? Kau mau membuat ku pusing karena membereskan lapangan yang hancur karena serangan serangan mereka?" Teriak Gino, selaku salah satu anggota club olahraga. Ia menatap tajam pada pemuda yang (sialnya) lebih tampan dari nya itu.
Tapi pemuda yang disebut justru seakan tak peduli dengan apa yang dikatakan nya lagi dan juga akibat nya nanti. Selain Gino, beberapa guru dan anggota OSIS juga tampak ingin memprotes tindakan gila Ruka.
Dalam pikiran mereka, jika di biarkan seperti itu jelas akan membuat banyak anak yang melakukan pelanggaran peraturan nanti nya. Belum lagi kemungkinan jika anak anak itu akan terluka.
"Apa yang ku lakukan sebagai latihan untuk mereka kok. Gak perlu khawatir." Ruka mengambil botol air minum yang Laura berikan dan langsung menghabiskan setengah nya. Sepertinya bicara panjang lebar di atas panggung tadi membuat tenggorokannya mengering.
"Mereka bisa menjadi pribadi yang lebih baik dengan mempertanggung jawabkan apa yang mereka lakukan sendiri. Toh, semua murid dan guru yang ada di sini menjadi saksi kan?"
"Ada benarnya sih... Tapi bagaimana dengan nasib lapangan ku yang indah, rapi, hijau dan sejuk? Kalau mereka seenaknya melakukan duel atau pertarungan di sana, kami sebagai anggota club olahraga yang bakal ribet nantinya." Lanjut Gino dengan ekspresi takut yang di buat buat.
Ruka sedikit terkekeh. "Tenang saja... Aman kok. Mereka juga yang akan mempertanggung jawabkan itu, yang artinya mereka juga yang membereskan semuanya."
Mendengar itu Gino menarik nafas lega. Setidaknya, dirinya dan anggota club olahraga lainnya tak perlu ribet dengan urusan lapangan yang hancur.
Seorang guru wanita yang sudah cukup dekat dengan Ruka datang menghampiri nya. "Ruka, kami tau niat mu juga untuk kebaikan murid murid, tapi apa tidak berlebihan seperti ini? Jika terjadi sesuatu, ini akan menjelekkan reputasi sekolah."
"Bu Zahra tak perlu khawatir." Ruka tersenyum lembut dan mengambil bet tangan berwarna merah, lalu memasangkan nya di lengan nya sendiri. "Aku adalah ketua badan keamanan di Akademi ini. Sudah menjadi tugas ku untuk mengawasi mereka. Jika mereka melakukan sesuatu yang bisa membahayakan murid lain, aku akan turun tangan untuk melindungi mereka. Tapi untuk masalah yang mereka buat, mereka harus menyelesaikan nya sendiri."
Setelah mendengar itu, bu Zahra tidak bisa lagi untuk membantah. Ia tau Ruka tak akan membiarkan murid murid nya celaka. Di tambah dengan sikap dan kepribadian Ruka, tentu pemuda itu tak akan lengah baik sedetik pun untuk mengawasi para murid.
"Lagipula... Ini adalah tugas ku."
*****
"Dari mana saja kau?" Tanya Ruka pada Feir yang baru saja datang. Pemuda ber mata lavender itu secara tiba-tiba muncul dari dalam bayangan Ruka, menjadikan nya sebagai akses untuk berteleportasi.
"Ada sedikit urusan tadi dengan kakak ku yang super cerewet." Jawab nya lalu menyandarkan tubuhnya pada pagar pembatas di sebelah Ruka. Kini mereka sedang berada di atap sekolah, memperhatikan murid murid dari atas.
Ruka hanya ber oh ria mendengar itu. Mata nya sempat berkilat memperhatikan semua murid baru yang tampak sedang mengobrol atau melihat lihat sekolah baru mereka.
Namun seketika tatapan hangat itu menjadi sendu beberapa saat sebelum kembali seperti semula. Feir yang bisa di bilang cukup peka dan mampu membaca ekspresi orang lain bertanya, "kau mengkhawatirkan sesuatu?" Tanya Feir.
"Ada iblis di antara mereka."
Setelah mendengar itu, seketika Feir menatap terkejut. "Kau tidak bercanda kan?"
Ruka menggeleng. "Saat di panggung tadi aku sempat merasakan aura nya. Tapi hanya sebentar, lalu menghilang." Ia tak berbohong. Saat di atas panggung tadi, ia sempat merasakan kehadiran iblis di antara para murid baru.
Jika di biarkan seperti ini, murid murid baru bisa saja menjadi korban. Ditambah, saat ini iblis dan monster sudah bermutasi menjadi semakin kuat. Iblis tingkat rendah pun akan memiliki kekuatan yang cukup besar sehingga berbahaya untuk keselamatan murid murid.
"Tapi... Bukankah ada sihir pelindung yang mengelilingi akademi? Lalu, bagaimana iblis itu bisa masuk?" Tanya Feir. Sebabnya, Star Magic Academy adalah sekolah yang elit dengan tingkat keamanan yang tinggi. Ditambah lagi Star Magic Academy adalah akademi yang di pantau langsung oleh Raja kerajaan Sagya itu sendiri. Jadi untuk tingkat keamanan seharusnya tidak perlu di pertanyakan lagi.
Dengan masuknya iblis ke dalam Akademi jelas bukan hal yang bisa di anggap remeh.
"Kemungkinan ada yang membobol pertahanan dari dalam, atau bisa saja iblis itu masuk ke dalam tubuh murid baru untuk masuk."
"Maksud mu merasuki?"
Ruka mengangguk. "Mau bantu aku mencari mereka?" Tanya Ruka sambil menatap Feir dengan mata yang berbinar.
Feir yang melihat perubahan ekspresi Ruka yang tiba tiba hanya menghela nafas pasrah. Mana tega dia menolak permintaan pemuda cantik itu? Tapi di sisi lain, ia juga tak bisa menolak karena dia sendiri juga merupakan anggota keamanan sama seperti Ruka, yang secara tidak langsung ini juga menjadi tugas nya.
"Baiklah... Aku juga akan membantu."
Ruka tersenyum ceria. "Terimakasih Feir! Kau memang sahabat terbaik ku. Jika begitu, aku pergi dulu. Masih ada yang harus ku lakukan." Ujar nya dan berlalu pergi, meninggalkan Feir yang masih terdiam memandang kepergian pemuda cantik bermata emas itu.
Feir menarik nafas panjang dan menghembuskan nya. Bersamaan dengan angin yang berhembus meniup rambut hitam nya, Feir membatin sambil menyatukan kedua tangan nya. 'Kumohon selamatkan aku dari tugas mengerikan bersama Ruka. Semoga aku tidak di jadikan sebagai umpan oleh nya...'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Flandak Pikachu
semoga kau selamat Feir... walau pasti bakal di suruh Ruka beresin semua kekacauan setelah selesai mengalahkan monster sih
2022-10-29
1
Agis_Mcan
umpan
2022-10-29
0