Seminggu telah berlalu.
"Permisi, Bu" teriak Cika dari luar ruangan.
Toko roti milik Aliyah juga memiliki ruangan untuk beristirahat. Satu ruangan khusus untuk Aliyah dan satu ruangan lagi untuk bersama-sama. Terkadang Aliyah dan para karyawannya juga beristirahat di situ.
Kebetulan hari ini Hafiz libur bekerja. Jadi dia berada di toko roti milik istrinya. Hafiz dan Aliyah sedang berada di dalam ruangan yang khusus untuk Aliyah.
Entah mengapa sejak tiga bulan yang lalu Hafiz sangat suka berkunjung ke toko roti milik Aliyah. Biasanya memang berkunjung, tapi saat ada perlu saja.
Sejak tiga bulan ini setiap ada waktu luang Hafiz selalu berada di toko roti. Bahkan tidak ada luang saja Hafiz selalu menyempatkan waktu untuk ke toko roti.
Contohnya seperti saat jam makan siang, dia selalu menyempatkan waktu untuk makan siang di toko roti.
Aliyah membuka pintu ruangan karena mendengar suara Cika yang mengetuk dari luar.
"Siomay dua ya Mbak, yang satu pedas yang satu enggak!" ucap Cika kepada Aliyah sambil menyerahkan dua bungkus siomay yang berada di dalam kresek.
Cika melirik ke dalam ruangan. Tampak di dalam sana ada Hafiz yang sedang duduk di sofa sedang sibuk dengan laptopnya.
"Makasih ya Cika" ucap Aliyah. Siomay itu telah berpindah tempat dari tangan Cika ke tangan Aliyah.
Cika hanya diam. Sekilas melirik ke dalam, sekilas menunduk.
"Ada apa Cika?" tanya Aliyah karena melihat gelagat Cika yang tidak seperti biasanya.
Hafiz yang mendengarnya dari dalam juga langsung mengalihkan pandangannya ke arah istrinya dan Cika.
Cika sedikit gugup saat Hafiz melihatnya.
Sedangkan Hafiz melihatnya dengan tatapan tajam.
"Khem," Aliyah berdehem.
"Ada apa Cika?" tanya Aliyah lagi dengan lembut.
Cika terkesiap.
"Eng... enggak Bu. Oh, iya ini kembaliannya!" Dengan gugup Cika memberikan kembalian uang membeli siomay kepada Aliyah.
Aliyah tersenyum. "Ambil saja kembaliannya!" jawab Aliyah.
Tadi Aliyah memberikan uang 50 ribuan. Uang itu digunakan untuk membeli empat siomay untuk Aliyah, Hafiz, Cika, dan Atika.
Cika tersenyum, tapi tidak bisa dipungkiri hatinya tetap gugup karena Hafiz masih menatapnya dengan tajam.
"Makasih banyak ya, Bu!" ucap Cika kepada Aliyah.
Aliyah memang baik. Dia tidak pelit kepada Cika maupun Atika.
Setelah kepergian Cika, Aliyah menutup pintu dan berjalan mendekat ke arah suaminya. Dia meletakkan siomay itu di meja. Sedangkan Hafiz tersenyum sambil melihat istrinya.
Aliyah kembali berjalan untuk mengambil dua mangkuk beserta garpu dan sendok. Lalu kembali berjalan dan duduk di sebelah suaminya.
"Mau yang pedes dong, Sayang" ucap Hafiz kepada Aliyah.
"Ini yang pedes punya Aliyah, Mas!" jawab Aliyah sambil menyiapkan siomay untuk suaminya.
"Nanti mules perutnya!" sambung Aliyah.
Sebetulnya Hafiz suka makanan pedas. Hanya saja perutnya tidak kuat dengan makanan pedas. Pasti Hafiz langsung keluar masuk toilet jika makan makanan pedas.
"Ini Mas!" Aliyah menyerahkan siomay yang tidak pedas yang sudah berada di dalam mangkuk kepada Hafiz.
"Mau dikit dong sayang yang pedes, nyicipin deh!" Hafiz bergelayut manja kepada Aliyah.
Aliyah tersenyum melihat suaminya yang manja ini.
"Dikit aja, aaa!" ucap Aliyah sambil menyuapi Hafiz sesendok siomay pedas miliknya.
Hafiz menerima suapan itu dengan bahagia dan penuh semangat.
Akan tetapi saat mengunyahnya, tiba-tiba Hafiz memuntahkan siomay itu.
Aliyah terkejut. Hafiz memuntahkan makanan itu di atas celananya.
"Mas," gumam Aliyah dan langsung membersihkan celana Hafiz dengan tisu.
"Kok nggak enak ya Sayang?" Hafiz terlihat syok dengan rasa siomay yang menurutnya nggak enak.
Selesai membersihkan celana milik Hafiz, membuang bekas muntahan makanan suaminya, dan memberikan air minum untuk suaminya.
Aliyah bergegas mencicipi siomay miliknya.
Aliyah mengunyah siomay itu sambil menghayati rasanya.
Dia melihat suaminya dengan bingung.
"Enak kok Mas. Kayak biasanya rasanya!" ucap Aliyah kepada suaminya. Menurut Aliyah tidak ada yang aneh dengan rasa siomay ini.
Hafiz menggeleng dengan cepat. "Nggak enak!"
"Coba Mas cicipi yang nggak pedas!" pinta Aliyah kepada suaminya.
Hafiz dengan ragu mencicipi siomay miliknya yang tidak pedas.
Hafiz mengunyahnya perlahan.
Sontak dia langsung menoleh kepada istrinya.
"Enak!" ucapnya penuh semangat.
Aliyah jadi bingung. Perasaan siomaynya sama saja. Perbedaan siomaynya hanya milik Aliyah pedas, milik Hafiz tidak.
"Ini enak sayang, beneran enak. Kalau yang punya kamu itu nggak enak!" ucap Hafiz sambil melihat dengan miris siomay milik Aliyah.
Aliyah hanya menatap suaminya dengan bingung.
"Nggak percaya? Ini cobain!" Hafiz menyuapi Aliyah siomay miliknya.
Aliyah mengunyah siomay itu dengan aneh.
"Perasaan nggak ada bedanya rasanya. Malah enakan yang pedes punya aku ini!" batin Aliyah.
"Sama enaknya kok, Mas. Ini cuma bedanya punyaku pedes, punya kamu enggak!" ucap Aliyah.
Hafiz mengernyitkan dahi. Bingung juga sebetulnya. Apa mungkin dirinya tidak suka pedas? Itu tidak mungkin.
Dirinya menyukai makanan pedas. Hanya saja perutnya tidak kuat dengan makanan pedas.
Hafiz juga selalu berebut makanan pedas dengan Aliyah.
"Sambelnya yang nggak enak mungkin ya sayang." Mungkin sambalnya yang tidak enak.
Aliyah menggeleng.
"Enak. Ini loh rasanya sama saja. Mas Hafiz aja yang aneh!" jawab Aliyah.
Mungkinkah ini pertanda jika kedepannya dia tidak akan berebut makanan pedas lagi dengan suaminya? Wah, jika benar, tentu saja itu kabar baik.
Walaupun Aliyah sedikit bingung dengan perubahan suaminya. Tapi Aliyah juga bahagia.
Biasanya saat membeli makanan. Satu makanan tidak pedas dan yang satunya pedas.
Tentu saja Hafiz akan merebut milik Aliyah. Bagus kalau sekarang tidak suka makanan pedas.
"Bagus deh, Mas. Aliyah bisa makan dengan tenang. Nggak khawatir direbut sama Mas!" ucap Aliyah sambil tertawa jahat.
Hafiz langsung cemberut. "Nggak ikhlas ya kemarin-kemarin berbagi makanan sama aku?"
Aliyah tertawa kencang. "Telat Mas, telat kalau nggak ikhlas nya sekarang. Udah beberapa tahun ini makananku kamu ambil, masa iya nggak ikhlas nya baru sekarang?"
Hafiz tertawa. "Ya kalau nggak ikhlas, ambil aja itu sisa makanannya di WC!"
Aliyah langsung mendelik sambil mencubit lengan suaminya.
"Jorok. Mas Hafiz jorok!" teriak Aliyah kepada suaminya.
Hafiz tertawa terbahak-bahak. Puas rasanya bisa menggoda istrinya seperti ini.
Selesai menyantap siomay. Hafiz kembali bergelayut manja kepada istrinya.
Entah mengapa, sejak beberapa Minggu ini kadar kemanjaannya meningkat drastis kepada istrinya.
Hafiz ingin selalu tidur di pangkuan Aliyah, Hafiz ingin diusap-usap terus kepalanya, ingin dipeluk terus, apalagi dicium-cium.
Walaupun sayangnya dia tidak bisa berlama-lama untuk manja ke istrinya.
Aliyah harus kembali bekerja. Aliyah harus menyelesaikan tanggung jawabnya dalam bekerja.
Walaupun demikian, Hafiz tetap menunggu istrinya di ruangan.
Hafiz akan menunggu istrinya, lalu kembali bermanja-manja.
Ah, Hafiz sangat dan selalu merindukan Aliyah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments