Kaniya melajukan motornya tanpa tujuan pasti. Dia hanya ingin menjauh dari tempat itu, menghindari masa lalu yang tak pernah ingin ditemuinya lagi.
Namun, karena merasa haus, Kaniya berhenti dan mengamati sekitar. Dia tidak begitu mengenal tempat ini. Saat dia melihat sebuah kios kecil dipinggir jalan, Kaniya segera membeli air minum dan bertanya tentang tempat ini.
Ternyata sudah cukup jauh dari toko yang tadi dan juga toko lain yang harus didatanginya. Kaniya merasa begitu lelah dan akhirnya mencari sebuah hotel untuk menginap. Dia tidak mungkin pulang ke kampung dengan suasana hati yang seperti ini. Dia butuh tempat untuk menenangkan dirinya.
Akhirnya, Kaniya membuka hp nya dan mencari lokasi hotel terdekat dari tempat ini. Setelah mendapatkannya, Kaniya segera menuju kesana dan menyewa satu kamar.
Kaniya menuju lift untuk naik ke lantai tempat kamarnya berada. Sambil menunggu lift terbuka, Kaniya melamunkan kejadian di toko A tadi. Ini sudah berpuluh tahun, tapi Kaniya masih mengingat dengan jelas wajah orang itu. Marah dan sakit hatinya pun masih terasa dengan jelas.
Kaniya terus memutar suara orang itu yang memanggilnya "sayang", panggilan yang begitu sangat disukainya dulu meskipun kerap malu saat dia memanggil seperti itu di depan orang lain.
'apa-apaan itu, dia masih bisa memanggilku seperti itu sekarang ini. dasar tidak tahu malu. hufttt... rasanya ingin ku bejek-bejek itu mulut' Kaniya, terus menggerutu dalam hatinya, sambil menendang-nendang tembok yang ada di depannya.
Kaniya tidak sadar, jika sedari tadi dia diperhatikan oleh dua pasang mata disampingnya. Satu orang gadis kecil yang tampak imut dengan Boneka Barbie didekapannya. Dan satu orang, pria dewasa yang tampak santai dengan celana pendek dan kaos warna navi. Si pria menatap Kaniya dengan perasaan campur aduk, penasaran tapi senang karena penantiannya seolah terjawab. Senyumnya perlahan mengembang.
"Yah, Tante itu kenapa?" Si gadis tak bisa menghentikan rasa ingin tahunya. Sang ayah mengalihkan atensinya dari Kaniya.
Menunduk sedikit, dia berusaha mencari jawaban untuk sang anak "mungkin tantenya lagi marah sama tembok, jadi dia menendangnya" jawabnya.
Kaniya yang mulai mendengar suara didekatnya, akhirnya menghentikan perbuatannya. Dia menatap kedua orang yang juga menatap kearahnya dengan tatapan berbeda. Kalau si anak menatap dengan heran, si ayah malah seperti menahan senyum.
"maaf, apa aku mengganggu kalian?" kaniya yang tidak tahu harus berkata apa karena kedapatan menendang dinding seperti orang stress akhirnya bertanya.
"tidak apa-apa, anak saya hanya penasaran"
Tingg.....
Suara lift terbuka mengalihkan tatapan mereka dan sama-sama berjalan kedepan pintu. menunggu orang-orang di dalam yang keluar, mereka hanya saling diam.
Kaniya masuk dan menekan angka tujuh tempat kamarnya berada.
"Tante lantai tujuh juga" si gadis kecil yang sejak tadi menatap Kaniya, akhirnya bertanya.
"Iya, anak manis. kamu juga di lantai tujuh?" Kaniya menjawab sambil tersenyum manis. Dia telah melepas maskernya saat memasuki hotel ini.
Tingg...
Mereka mengalihkan tatapannya ke depan dan bersiap keluar dari lift.
" Iya Tante, ini nomor kamarku" jawabnya sambil memperlihatkan kunci kamar yang dipegangnya.
"Wah.... kita tetangga kamar" Kaniya menjawab dengan antusias sambil memperlihatkan kunci kamarnya.
"iya Tan, kita tetangga, Syifa boleh bertamu ke kamar Tante?" Tanya Syifa tak kala antusias. Entah kenapa dia merasa nyaman dengan Tante yang ada didepannya.
Kaniya hanya mengerjapkan mata, bingung harus menjawab apa pada anak ini. bagaimanapun juga, mereka hanya orang asing yang baru bertemu.
"Syifa, kita ke kamar dulu yah. Ntar aja bertamunya" kalau Ayah Syifa mengalihkan pandangan pada Kaniya "Maaf yah, anak saya memang seperti itu kalau menyukai seseorang. Oh iya, Kenalkan Saya Abidzar dan putri saya namanya Asyifa Humairah" Abidzar menangkupkan tangan untuk berkenalan dengan Kaniya.
Meskipun selalu berpakaian santai, jauh dari kata religius tapi abidzar tetap menjaga dirinya dari bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahram. meskipun tadi, dia sempat sulit mengalihkan pandangan dari Kaniya.
"Oh gak masalah pak. saya juga senang kok berbincang dengan gadis kecil yang pintar kayak ini" Kaniya menjawab dengan senyum manisnya. " Saya Kaniya. untuk permintaan Syifa tadi, mohon maaf, saya belum berani menerima tamu di kamar hotel ini, meskipun ada Syifa tapi saya sendirian, takut ada fitnah" ucap Kaniya sesopan mungkin, karena takut menyinggung lawan bicaranya. Bagaimanapun, ditempat ini dia sendirian.
"yahhhh..." Abidzar menatap anaknya yang bergumam dengan wajah cemberut.
"Atau begini saja, bagaimana kalau malam nanti kita sama-sama makan di restoran hotel ini. jadi, Syifa bisa ketemu kamu dan kita berada ditempat terbuka, jadi agak akan ada fitnah" Abidzar mencari solusi agar anaknya tidak lagi cemberut.
Kaniya yang mendengarkan hal itu, menjadi tak punya alasan lagi untuk menolak. Akhirnya dia mengangguk. Merekapun sama-sama membuka pintu kamar yang bersebelahan. 'Niat hati ingin mengurung diri di kamar, malah harus bertemu orang lain dan sulit menolak'. Kaniya mengeluh dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Anonymous
Aq suka thor keren
2023-02-17
0
abu😻acii
awal yg menarik
2022-11-12
1