"Nak, kalau kamu sudah ada yg lamar, langsung ibu terima yah, jangan sampai kayak si Kaniya itu, sampai sekarang belum nikah juga. Padahal, dulu sering sekali bawa pacarnya pulang kampung. ada yang lamar selalu ditolak, padahal pacarnya sendiri tidak pernah datang melamar". bisik-bisik rasa demo ini bukan hal yang baru untuk Kaniya. setiap ke acara pesta seperti ini, Kaniya seringkali mendengarkannya.
"iya Bu, terserah ibu aja, saya ngikut maunya ibu deh, hehehe.." Balas gadis remaja sekitaran 17 tahun didekatnya.
'Huftt... ini nih yang bikin malas ngikut beginian' keluh Kaniya dalam hati.
Hari ini Kaniya memang ikut membantu di rumah keluarga yang sedang mengadakan hajatan. Di desa, hajatan seperti ini belum menggunakan jasa catering, tapi masyarakat bahu membahu untuk menyediakan makanan. Ibu-ibu akan memasak, sedangkan anak gadis membuat kue. Kaniya yang tak tahu cara memasak untuk acara hajatan, apalagi membuat kue, akhirnya hanya jadi tukang bantu-bantu disegala bidang. seperti mengiris bawang ataupun mengambilkan bahan yang dibutuhkan
Hal ini pula yang terkadang membuatnya dapat mendengarkan hal yang tak seharusnya didengarkan. Gibahan tentang dirinya dari orang-orang, yang kadang tak memilih tempat untuk bergosip.
'Entah kenapa ibu-ibu itu sangat takut anak-anaknya menjadi sepertiku, tidak laku-laku. padahal, banyak wanita sudah menikah, malah hidup sengsara, KDRT atau harus kerja banting tulang karena suami malas. Padahal semasa gadis, begitu dimanja, sibuk dandan hanya agar cepat menikah, mengabaikan sekolah demi bertemu pacar. Sekalinya menikah malah zonk, boro-boro punya uang buat rawat diri, makan aja susah'. Kaniya kembali menggerutu dalam hatinya
"Kaniya, itu si Afdal teman di masa kecilmu sudah pulang loh dari kota M, katanya dia mau lamar kamu yah, sudah diterima saja, umurmu kan sudah sangat cukup untuk menikah, bahkan sudah lewat, untung masih ada lelaki lajang yang mau melamar" Ucap Bu Siska, tetangga depan rumah Kaniya.
"Iya Bu, kami pernah bertemu kok. Ibu jangan salah paham dong, saya dan Afdal hanya teman. Lagian, saya lebih tua dari dia, kan kasihan Bu, kalau dia menikah dengan perempuan yang lebih tua" Kaniya berusaha menata bahasanya sebaik mungkin
"Kamu itu susah banget yah dibilangin, nanti kamu betul-betul jadi perawan tua, menyesal loh"
"Iya nih, si Kaniya, entah lelaki seperti apa yang ditunggunya. Padahal muka biasa-biasa aja, kaya pun tidak, jangan pasang kriteria terlalu tinggilah" sambar ibu-ibu yang duduk disamping Bu Siska, sambil terus mengulek sambal.
'kenapa seolah-olah nih ibu menganggap tuh sambal diriku yah, punya dendam apa nih si ibu, kok kayak jutek gitu yah' tanya Kaniya dalam hati.
"Bukan masalah kriteria atau apa sih Bu, mungkin memang belum jodohnya saja. Kaniya kami mungkin harus banyak berdoa agar lekas ketemu jodoh" kakak Kaniya yang sejak tadi mendengarkan adiknya dipojokkan, akhirnya angkat bicara.
Kaniya masih berusaha mengingat, ibu-ibu yang ada didekat Bu Siska. sampai akhirnya, ingatan tentang seorang pemuda yang datang ke rumahnya bersama orang tuanya untuk melamar Kaniya mulai terbayang.
'akh... paham deh, ini kan ibu-ibu yang anaknya ngotot datang melamar, tapi ditolak almarhumah ibuku karena dia perokok, suka minum minuman keras, tapi masih pengangguran. meskipun orang tuanya, punya banyak sawah, tapi kebiasaannya menjadikan nilai minus Dimata ibu dan kakak-kakakku' Kaniya kembali bergelut dengan pikirannya sendiri.
"iya sih, tapi masa sampai usia seperti ini, Kaniya masih pilih-pilih, ingat yah... menikah diusia tua itu susah punya anak" ibu didekat Bu Siska masih ngotot dengan pendapatnya.
"makasih loh Bu, atas nasehatnya, doakan saja yah Bu, supaya jodoh saya cepat sadar dan menemukan saya sebelum betul-betul tua. Lagian saya masih merasa muda loh Bu. saya juga harus hati-hati dong saat pilih pasangan. Jangan sampai, gara-gara takut tidak menikah, malah salah pilih pasangan. Yang pastinya, kalau laki-laki pemabuk, saya pasti tolak" Kaniya berdiri, membersihkan roknya dengan cara menepuk beberapa kali, lalu beranjak tapi sebelumnya dia pamit pada kakak dan ibu-ibu yang tadi bekerja bersamanya.
***
Jam masih menunjukkan pukul 10.00 tapi Kaniya sudah sampai di toko, padahal hari ini dia sudah memberi tahu Nindya, akan datang setelah dhuhur karena mau membantu di rumah pak RT yang sedang hajatan. tapi karena sudah bosan mendengarkan ibu-ibu yang begitu kepo dengan kehidupan pribadinya, Kaniya memilih kabur.
"Tan, ada beberapa tamu tadi yang cari Tante. jadi saya suruh datang sore aja. Dua orang titip revisian tugasnya, ada satu orang lagi, kayaknya calon pelanggan baru deh Tan, hehhe" Lapor Nindya, begitu aku masuk toko.
"Tante dikasih duduk dulu dong nak, jangan langsung dikasih kerjaan, masih capek nih aku. capek hati, jiwa dan raga, hahaha.." ucap Kaniya agak lebay.
"Tante ih.. Kan Nindya cuma mau lapor cepat, gegara tugas Nindya juga banyak banget, mana toko juga ramai yang mau cetak foto, kak Ridho entah kemana juga, badan Nindya juga lelah Tan..." keluh Nindya manja
"jangan mengeluh gitu dong sayang, banyak kerjaan artinya banyak pemasukan. harusnya bilang Al..."
"Alhamdulillah" jawab Nindya dengan senyum terkembang.
Nindya adalah keponakan Kaniya yang ikut membantu menjaga toko. keahliannya untuk mengedit dan mencetak foto sudah lumayan, sehingga Kaniya sangat terbantu.
Urusan menjaga toko, diserahkan kepada Ridho dan Nindya. sedangkan Kaniya akan mengerjakan pengetikan tugas-tugas kuliah dari pelanggannya. termasuk membantu menyusun tugas akhir para mahasiswa yang mengetik ditempatnya, meskipun tidak bisa dikatakan membantu membuatkan. Karena tugas Kaniya hanya membantu menyusun kalimat, mengetik, dan mengerjakan revisian hasil bimbingan. tapi untuk urusan melengkapi bahan dan melakukan penelitian tetap dilakukan oleh pemilik tugas.
Pekerjaan Kaniya ini dimulai saat banyak mahasiswa di kampungnya kesulitan mengetik tugas akhir karena tidak punya laptop dan print. Meskipun, di desa ini masyarakat sudah sangat mendukung pendidikan, namun tidak semua yang bisa menyediakan keperluan kuliah anak-anaknya. Mereka biasanya mencari tempat untuk mengetik. Adapula yang kesulitan dalam merangkai kata untuk tugas-tugasnya, maka disinilah peran Kaniya, untuk membantu mereka.
Kaniya memeriksa satu persatu tugas yang ada di mejanya. lalu membuka laptop dan mulai merevisi sesuai catatan yang ada. sesekali, Kaniya terlihat menghubungi pemilik tugas. Kaniya hanya berhenti saat menunaikan kewajibannya pada sang Pencipta dan untuk makan. hingga tanpa sadar, waktu telah menunjukkan pukul 17.00. saatnya toko harus ditutup, dan mereka pulang ke rumah.
Namun, saat akan menutup toko, Kaniya dikagetkan dengan kedatangan seorang pria yang tersenyum manis menatapnya.
"Putri...." meskipun hanya seperti gumaman, tapi Kaniya cukup merasa jelas dengan namanya yang disebutkan pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Luphie Phie
suka Herman ma orang2 y ngatain perawan tua ke perempuan usia +30 y gak nikah2. gak ngotak kali mereka kalo jodoh mati dan rejeki itu urusan Allah. sukanya bikin statement ndiri dikata si perempuan y jual mahal lah, selera ketinggian lah, pemilih and blablabla. hello, mo perempuan tsb pemilih dll itu haknya die nape situ y repot. lagian tiap org berhak mutusin pilihan idupnya. entah mo berumah tangga atopun hidup sendiri. selama keputusan nya gak ganggu idup Orla, nape jadi situ y repot. tak habis Fikri ane,,,
2023-05-21
3