38 +

38 +

Adinda Kaniya Putri

Kaniya melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Dari luar masih terlihat gelap. Kemana semua orang? pertanyaan itu menghantui pikirannya. Biasanya saat dia pulang di malam seperti ini, saudara dan para keponakannya telah berkumpul di teras rumah, sekedar bersenda gurau berbagi cerita.

Kaniya memang masih tinggal bersama 2 orang keponakannya. Rumahnya diapit oleh rumah kakak-kakaknya tanpa dibatasi pagar, sehingga keempat rumah itu, dari luar tampak seperti satu rumah. Yah.. rumah Kaniya adalah peninggalan orang tuanya, sebagai anak bungsu dan belum menikah, dia menempati rumah itu. Sedangkan kakak pertama, kedua dan ketiga Kaniya membangun rumah berdempetan dengan rumahnya, bahkan memiliki pintu yang terhubung langsung ke dalam rumah.

Dengan perasaan ragu, Kaniya membuka pintu rumah. Kaniya melihat Bayangan putih berlari ke dalam. Kaniya berusaha menyesuaikan penglihatannya.

"Siapa itu..?" Kaniya setengah berteriak. dia takut, itu adalah pencuri. tapi bagaimana mungkin pencuri berbaju putih. Pikiran Kaniya mulai berkelana kemana-mana.

"Itu tidak mungkin hantu kan??, rumah ini kan selalu aman selama ini? tapi.. kakinya tidak terlihat, dia seperti berlari tanpa kaki, itu apa sih sebnarnya?" Kaniya terus berbicara sendiri dalam hatinya.

Kaniya berusaha menyalakan lampu ruang tamu. setelah itu, dia meneguhkan hatinya untuk lanjut ke dalam ruang keluarga dan menyalakan lampu. Tujuannya setelah itu adalah masuk ke dapur dan menyebrang ke rumah kakak pertamanya untuk mencari orang-orang di rumah ini.

Tapi belum sempat dia menyalakan lampu, terdengar suara nyaring dari arah dapur. Kaniya bergegas kesana bahkan tanpa menghiraukan lagi kegelapan. dia berjalan karena sudah sangat hafal dengan rumah ini.

Kaniya masuk ke dapur dan tiba-tiba

"Dor...." seorang berpakaian putih, menodongkan pistol yang mengeluarkan air ke muka Kaniya.

"akhhhhhh..." teriaknya karena kaget. bersamaan dengan itu, lampu dapur menyala dan di meja makan yang penuh makanan, keluarganya berdiri dari kursi masing-masing.

"Selamat ulang tahun .. selamat ulang tahun... selamat ulang tahun, moga panjang umur" suara mereka bersama-sama

Dimeja terlihat kue ulang tahun tanpa lilin. Kebiasaan di keluarga mereka adalah merayakan ulang tahun hanya dengan memotong kue untuk dimakan bersama, tanpa tiup lilin. Hanya ada nama Kaniya di kue, tanpa menuliskan umur.

Kaniya sekarang berusia 38 tahun, tentunya bukan hal menyenangkan menyinggung umur seorang yang masih berstatus gadis, belum menikah pada usia matang seperti ini. Keluarga Kaniya pun sangat paham, sehingga tak ingin membuat sedih Kaniya dengan mengingat umurnya

"Selamat ulang tahun Tante, semoga sehat selalu, diberikan umur berkah, tambah banyak rejekinya, dan jodohnya lekas sadar dan menemukan Tante" Ucap Ridho, keponakan Kaniya yang paling tua.

"Selamat ulang tahun Tante cantik, Aku cuma mo bilang, semoga Tante sehat dan bahagia selalu agar ngomelnya bisa berkurang, heheh.." Nindya memeluk tantenya, yang disambut dengan hangat.

Mereka kemudian melanjutkan dengan acara makan bersama.

"Din, hari ini Tante Rini ke rumah, beliau kembali menanyakan kesediaanmu menikah dengan anaknya. Kamu mau? dia sekarang sudah bekerja loh di kantor desa. Dan umurmu juga sudah..."

"Maaf Kak Ranti, Saya tidak siap menikah dengannya, saya hanya menganggapnya teman" jawab Kaniya, sebelum kakaknya menyelesaikan perkataannya yang akan membahas tentang umur.

Ranti, memang terbiasa memanggil Kaniya dengan nama depannya, Adinda.

"Tapi Kaniya, usiamu sudah 38 tahun, dan sampai sekarang belum menikah juga. apa kamu tidak ingin punya pendamping, punya anak dan terlebih, apa kamu tidak malu dengan sebutan perawan tua dari para tetangga?" Tiara, saudara ipar Kaniya, turut menimpali.

"Mohon maaf kak, tapi saya tidak mau menikah hanya gara-gara umur atau desakan orang lain. saya yakin, saat jodoh saya memang ada di dunia ini, suatu saat dia akan datang dan saya akan menerimanya. Kakak-kakak sekalian tidak perlu khawatir, saya bahagia dengan hidup saya sekarang. Lagian, dengan seperti ini, saya lebih leluasa membantu kalian semua" Balas Kaniya, tak ingin dipaksa.

Kakak-kakak Kaniya hanya bisa terdiam mendengarkannya. bukan rahasia, jika keuangan mereka selalu dibantu oleh Kaniya. Biaya kuliah anak-anaknya pun kebanyakan di bayar Kaniya. Meskipun usaha Kaniya tidak begitu besar, namun selama ini cukup banyak membantu keuangan keluarga. dimana kakak-kakaknya hanya hidup dari hasil pertanian. Sawah yang mereka garap pun, sebagian adalah milik orang lain yang di sewa.

"Saya ke kamar dulu yah kak. Capek, seharian di toko. Terimakasih atas perayaannya" tanpa mendengarkan lagi jawaban kakak-kakaknya, Kaniya segera meninggalkan dapur menuju kamarnya.

Malam ini, Kaniya kembali dipusingkan dengan perkataan kakak-kakaknya. Dia menyadari betul bahwa usianya tidak muda lagi. Menolak lamaran hingga ke sekian kalinya, bukan hal mudah untuk keluarga Kaniya, apalagi jika itu adalah dari keluarga dekat. Hanya saja, Kaniya tidak merasa bisa menerima lamaran itu. selalu saja ada celah yg membuatnya merasa harus menolak setiap lamaran yang datang.

Anton adalah salah satu pemuda yang baik di kampung ini. mereka sudah berteman sejak kecil, usianya 3 tahun lebih muda. Dia tak bisa dikatakan masih muda, karena sudah berusia 35 tahun, entah apa yang membuatnya belum menikah sampai sekarang. padahal, dia selesai S1 di kota dan lama bekerja di kota sebelah. baru tahun ini dia kembali, dan bekerja di kantor desa karena katanya lelah bekerja dikota, mengejar materi tapi jauh dari keluarga.

Sesungguhnya, itu bukan alasan masuk akal bagiku. Siapa sih yg mau meninggalkan pekerjaan mapan dan kembali ke kampung hanya untuk jadi staf di kantor desa, itupun hanya honorer yang gajinya tak jelas. Tapi toh, itu bukan urusanku.

Pikiranku berkeliaran kemana-mana, bayang-bayang masa lalu pun perlahan kembali hadir, hingga akhirnya lelap menyapaku.

***

"Kaniya, hei... Kaniya, bangun sayang" Kaniya merasakan pipinya ditepuk tepuk seseorang. perlahan dia membuka matanya.

"Kak Dani...??" mata Kaniya membulat, melihat pemuda yang ada dihadapannya. Saat ini, dia tertidur di ruang tamu di rumah kostnya. Seingatnya tadi, dia menonton televisi, entah kenapa dia bisa tertidur

"hehehe... lucu banget sih pacarnya aku saat tertidur" Danu mencubit pipi Kaniya yang tembem. Kaniya berada pada fase pertumbuhan, pipinya terlihat menggemaskan untuk dicubit. Saat ini, dia sudah berada di kelas 3 SMA sedangkan Danu kuliah disalah satu Universitas negeri di kota ini, memasuki semester 5.

"ihhh... kak Dani iseng aja sih, sakit tau" ucap Kaniya, sambil mengelus pipinya.

"sejak kapan datang? bukannya lagi ke daerah yah penelitian sama teman-temannya" tanya Kaniya, berusaha mengumpulkan kesadarannya, mengabaikan semburat merah yang hadir di pipinya.

"Dah pulang dong, karena kangen langsung kesini. kamu sih, ga bisa dihubungi, mana ga punya HP, telp di rumah ga ada yang angkat, jadi langsung kesini" jawab Dani dengan lancar sambil menatap Kaniya.

Kaniya dapat melihat tatapan penuh rindu dari Dani. mereka telah menjalin hubungan 1 tahun.

"Kak..." Kaniya mencicit saat Dani semakin mengikis jarak. Dia seakan tahu apa yang akan dilakukan Dani, apakah ini akan jadi ciuman pertama mereka? Kaniya terus berpikir dan akhirnya memejamkan matanya. Nafas Dani terasa berhembus kewajahnya... Hingga..

"Tringgg...Tring...."

Suara alarm membangunkan Kaniya dari mimpi indahnya, ataukan disebut mimpi buruk ? Kenangan indah yang akan menyakiti hati saat diingat bukankah seharusnya disebut kenangan buruk?.

Kaniya masih berbaring ditempat tidur, berusaha mengenyahkan mimpi yang merupakan kilasan masa lalunya. Kenangan itu sudah berpuluh tahun yang lalu, bahkan disaat sadarnyapun dia tak akan hadir senyata ini. tapi entah mengapa, sering sekali menghantui tidurnya.

Setelah merasa baikan, Kaniya bangkit dari tempat tidur, membenahinya lalu menuju kamar mandi. Masa lalu boleh menghantui, tapi hidup harus tetap berjalan. Sendiri atau berpasangan tidak ada bedanya untuknya. setidaknya, begitulah yang dipikirkannya saat ini

Episodes
1 Adinda Kaniya Putri
2 Tetangga Menjengkelkan
3 Proposal
4 Bertemu Masa Lalu
5 Hotel
6 Mimpi
7 Makan Malam
8 Bertemu Lagi
9 Sampai Jumpa Lagi
10 Tuduhan jadi pelakor
11 Klarifikasi
12 Memaafkan tapi sulit melupakan
13 Jodohku dimana??
14 Keputusan
15 Acara lamaran
16 Suami??
17 Menguak masa lalu (1)
18 Menguak Masa lalu (2)
19 Menguak masa lalu (3)
20 Menguak masa lalu (4)
21 Kisah Dani (1)
22 Kisah Dani (2)
23 Kisah Dani (3)
24 Gagal Menikah??
25 Keputusan Keluarga Afdhal
26 Membatalkan Pernikahan
27 Rindu Tante Kaniya
28 Menemui Dani
29 Mengantar Kaniya
30 Pertemuan Ketiga=Jodoh?
31 Boleh aku melamarmu?
32 Aku Janda yang Baru Resmi Bercerai
33 Romansa Di Pagi hari
34 Di rumah Abidzar (1)
35 Di rumah Abidzar (2)
36 Lampu hijau dari kakak Kaniya
37 Pertemuan dua sahabat
38 Lamaran mendadak
39 Permintaan Kaniya
40 Rencana Lamaran Abidzar
41 Lamaran Romantis??
42 Tukang urut yang tidak mengurut
43 Kembali ke kota
44 Bertemu Calon Ayah Mertua
45 Restu
46 Kembali ke kampung
47 Kesedihan Afdhal (1)
48 Kesedihan Afdhal (2)
49 Lamaran dari Keluarga Abidzar
50 Menjadi Tahanan Rumah
51 Sah
52 Nur dan Afdhal
53 Romansa Pengantin Baru
54 Resepsi di Villa Abidzar
55 Sempurna
56 Lagi-lagi tentang Usia 38 +
57 Istri Penurut, Suami pengertian
58 Tentang Syifa dan Ketakutan Abidzar
59 Permintaan Nur
60 Memaafkan masa lalu
61 Cemburunya Abidzar, Marahnya Kaniya
62 Hilangnya Kaniya, Sesal Abidzar
63 Saling memaafkan dalam buaian cinta
64 Rahasia jodoh
65 Hamil?
66 Quadruplet
67 Memaafkan Itu Indah
68 Happy Ending
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Adinda Kaniya Putri
2
Tetangga Menjengkelkan
3
Proposal
4
Bertemu Masa Lalu
5
Hotel
6
Mimpi
7
Makan Malam
8
Bertemu Lagi
9
Sampai Jumpa Lagi
10
Tuduhan jadi pelakor
11
Klarifikasi
12
Memaafkan tapi sulit melupakan
13
Jodohku dimana??
14
Keputusan
15
Acara lamaran
16
Suami??
17
Menguak masa lalu (1)
18
Menguak Masa lalu (2)
19
Menguak masa lalu (3)
20
Menguak masa lalu (4)
21
Kisah Dani (1)
22
Kisah Dani (2)
23
Kisah Dani (3)
24
Gagal Menikah??
25
Keputusan Keluarga Afdhal
26
Membatalkan Pernikahan
27
Rindu Tante Kaniya
28
Menemui Dani
29
Mengantar Kaniya
30
Pertemuan Ketiga=Jodoh?
31
Boleh aku melamarmu?
32
Aku Janda yang Baru Resmi Bercerai
33
Romansa Di Pagi hari
34
Di rumah Abidzar (1)
35
Di rumah Abidzar (2)
36
Lampu hijau dari kakak Kaniya
37
Pertemuan dua sahabat
38
Lamaran mendadak
39
Permintaan Kaniya
40
Rencana Lamaran Abidzar
41
Lamaran Romantis??
42
Tukang urut yang tidak mengurut
43
Kembali ke kota
44
Bertemu Calon Ayah Mertua
45
Restu
46
Kembali ke kampung
47
Kesedihan Afdhal (1)
48
Kesedihan Afdhal (2)
49
Lamaran dari Keluarga Abidzar
50
Menjadi Tahanan Rumah
51
Sah
52
Nur dan Afdhal
53
Romansa Pengantin Baru
54
Resepsi di Villa Abidzar
55
Sempurna
56
Lagi-lagi tentang Usia 38 +
57
Istri Penurut, Suami pengertian
58
Tentang Syifa dan Ketakutan Abidzar
59
Permintaan Nur
60
Memaafkan masa lalu
61
Cemburunya Abidzar, Marahnya Kaniya
62
Hilangnya Kaniya, Sesal Abidzar
63
Saling memaafkan dalam buaian cinta
64
Rahasia jodoh
65
Hamil?
66
Quadruplet
67
Memaafkan Itu Indah
68
Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!