Kastil Corvin mulai di bangun pada Tahun 1440 sampai 1446. Kastil ini dulunya pernah di jadikan penjara untuk pangeran Vlad III dari Wallachia. kastil yang juga di kenal sebagai Hunedoara kastil atau yang memiliki ciri khas gaya arsitektur gotik Renaisans. Istana ini sendiri menjadi salah satu yang termegah di rumania tetapi juga mempunyai sisi kelam tersendiri.
Bahkan sampai sekarang, masih segelintir orang yang mengetahui silsilah dari keluarga istana tersebut serta penyebab dari runtuhnya kejayaannya.
Menjadi sebuah kebiasaan bahkan rutinitas untuk mengisi waktu luang nya. Lumina selalu menghabiskan hari harinya dengan membaca buku untuk mengusir kebosanan.
Gadis itu sekarang tumbuh menjadi wanita yang cantik dan menawan, entah turunan dari siapa ia memiliki kulit putih pucat bak porselen, bibir sedikit tebal dan selalu tampak basah dan merah, mata berwana biru laut yang seindah samudra dan satu lagi senyuman nya yang tampak teduh bagi siapapun yang melihatnya.
Gadis yang sudah genap 18 tahun itu sudah cukup dewasa dan yang pasti sudah paham betul akan sebuah perjanjian. Ya, perjanjian yang di simpan rapat-rapat serta menjadi bayang bayang ketakutan bagi Philips untuk beberapa tahun terakhir.
Philips yang sudah selesai akan pekerjaannya tampak melangkah dengan gontai karena janji yang akan ia sampaikan pada putrinya. Entah bagaimana ia harus menjelaskan perjanjian itu pada Lumina. Pekan depan tuannya akan datang, ia sudah harus siap akan sebuah jawaban yang di nantikan tuan nya, setuju atau tidak semua keputusan akan memberatkan Lumina.
Didalam hutan, tepat di pinggir hilir sungai yang sedikit dangkal, Lumina tengah menghabiskan waktu nya membaca buku bersandar di batang pohon. Sadar akan kehadiran ayahnya, Lumina langsung beranjak berdiri dan mendekat.
"Papa...!"
Ia langsung meringsut memeluk tubuh lapuk yang sudah termakan usia itu, walaupun mereka tinggal di satu atap yang sama tapi kedua anak dan ayah itu di larang bertemu setiap waktu, hanya ada jam-jam tertentu dan itu pun jika pekerjaan mereka sudah selesai. Sebab karena aturan Louis lahh ia terkadang merasa kasihan pada putri nya yang membutuhkannya setiap waktu
, terlebih lagi setelah kepergian istrinya.
Philips yang sedikit menciptakan celah dengan putrinya tersenyum dengan teduh.
"Ada yang ingin papa bicarakan denganmu Lumina."
"Apa itu papa?"
"Kemarilah, sebaiknya kita bicarakan di dalam kamarmu, tidak baik membicarakan sesuatu yang penting di ruang terbuka."
"Sesuatu yang penting" Lumina tampak mengernyit sedikit bingung akan ucapan ayahnya. Dengan sedikit rasa enggan ia tetap mengikuti langkah ayahnya masuk ke dalam istana.
Sampai kedalam kamar sang putri, Lumina langsung di dudukan di atas ranjang, sedang Philips duduk di sebrangnya. Lumina yang kurang paham akan situasi ini, hanya diam dan mendengarkan apa yang akan di utarakan ayahnya.
Phillips dengan sedikit was-was dan menyiapkan segala jawaban akan lontaran pertanyaan dari putrinya, berbicara dengan pelan sambil memegang telapak tangan putri nya.
"Lumina, papa ingin mengatakan sesuatu padamu. Sesuatu yang sangat penting, sesuatu yang menyebabkan papa harus berada di istana ini seumur hidup."
Lumina yang mendengarkan itu mengernyit dan memandang lekat ke arah ayahnya.
"Papa melakukan sebuah perjanjian dengan Tuan Louis, yang mengharuskan papa bekerja kepadanya terus menerus. Bahkan semua pekerja di sini juga melakukan hal yang sama. Dulu saat kau belum lahir nenek moyang kita menjadi budak di istana ini, lebih tepatnya saat kepemimpinan Raja dari Wallachia sampai pangeran Vlad yang menjadi tahanan di istana ini. Dulu rumania mengalami penjajahan serta krisis pangan yang amat merajalela, hingga kedatangan keturunan dari keluarga Sir Louis ke negara ini membawa sedikit perubahan. Entah bagaimana cara nya yang jelas keadaan berangsur membaik semenjak kehadiran keluarga mereka. Hingga istana ini sepenuhnya berada di tangan keluarga Sir Louis. Karena perubahan yang dibawa keluarga Sir Louis tersebut, leluhur kita membalas budinya dengan bekerja kepada turun temurunnya seumur hidup, dan itu tetap kita lakukan sampai sekarang. Karena itu papa ingin mengatakan bahwa kau juga termasuk dari penjajian itu sayang, kau di haruskan bekerja kepadanya seumur hidup."
Philips mengatakan hal tersebut dengan rasa sesak dan frustasi akan hal yang terjadi. Dadanya terasa sakit bagai tertusuk tepat di ulu hatinya. Ia amat menyesal tak bisa membebaskan putrinya dari jeratan tersebut.
Lumina yang mendengar penuturan ayahnya tidak langsung menerimanya.
"Jika aku menolak, apa yang akan terjadi?
dan bagaimana jika kita pergi saja dari tempat ini papa, kita tinggal di tempat yang lama atau kita bisa mendirikan pondok seperti rumah lama kita."
Philips yang mendengar itu semakin frustasi akan jawaban putrinya.
"Andai itu bisa papa lakukan sayang, sudah sejak lama papa akan melakukannya, sayangnya tidak ada satu pun orang bisa keluar dari penjanjian itu. pernah ada pelayan yang nekat melakukan hal tersebut, tak lama pelayan itu di temukan mati mengenaskan dengan tubuh tercabik cabik layaknya di serang hewan buas. Sungguh maaf kan papa akan hal ini nak, papa tidak mampu untuk satu hal ini. Berpikirlah jika ini balas budi kita kepada Sir Louis karena sudah mau berbaik hati menyediakan tempat tinggal serta semua kebutuhan kita."
"Papa mohon lakukan ini untuk papa sayang, jika kau menurut apa kata papa, papa bisa menjamin Sir Louis akan memenuhi semua kebutuhan dan keselamatan kita, jika kita tetap patuh."
Lumina enggan menurut pada ayah nya, tapi teringat akan kejadian terakhir yang menimpa ibu nya dan di sebab kan ia yang tak mau menurut, ia menimpalinya dengan anggukan dan senyum terpaksa. Ia beringsut memeluk tubuh ringkih ayahnya, ia sedikit terisak akan keputusan ini.
Lumina merindukan kebebasan, ia rindu saat bersama ibunya, saat bersama Elena ia selalu melakuan hal yang menurutnya menyenangkan tanpa ada kekangan. Tapi semenjak ia tinggal di istana ini, banyak aturan serta larangan yang membatasi ruang geraknya.
Malam musim gugur membawa kesan tersendiri untuk Lumina, pepohonan yang terterpa angin membawa serta bau kayu basah menenangkan batinnya. Karena lingkungan istana yang ada di daerah pegunungan membawa kesan damai untuk hatinya, tp tidak dengan pikirannya ia masih memikirkan akan perjanjian tersebut. Terhitung sudah satu pekan lebih ayah nya mengatakan hal itu, dan juga tuannya yang seharusnya sudah kembali, tapi entah kendala apa yang sedang menimpa hingga saat ini tuannya tak kunjung datang. Sampai sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
"Lumina, keluarlahh! Tuan Louis sudah tiba, semua orang di haruskan untuk menyambut nya" Sarah pelayan baru yang seumurannya memanggil dari sebrang pintu.
"Tunggu, aku akan bersiap dengan cepat dan segera kesana!"
"Usahakan tidak terlambat dan jangan mengecewakan Tuan!" Sarah langsung beranjak pergi dan bersiap.
Lumina yang mendengar itu di landa kebingungan dan sedikit frustasi, entah apa yang akan ia katakan pada tuannya. Karena jujur sejak ia tinggal di sini, ia tak pernah bertatap muka secara langsung dengan tuannya. Dirasa penampilannya sudah rapi dan tak tercium bau aneh apapun ia langsung beranjak keluar kamar.
Sir Louis, entah dari mana datang nya pria itu dan kapan ia tiba, ia sudah berdiri di tengah para pelayannya. Seperti biasa pria dengan tatapan tajam dan mengintimidasi itu tak pernah banyak bicara, hingga sebuah kedatangan gadis muda yang terlambat sedikit menyita perhatiannya. ia tak memperlihatkan ekspresi apapun hanya sepersekian detik lirikan dari sudut matanya. Setelah di rasa semua pelayannya sudah berkumpul ia langsung beranjak pergi ke kamarnya.
Lumina yang berpapasan langsung dengan tuannya bisa mencium aroma kayu manis dan pohon red wood yang sedikit menghipnotis kesadarannya. Ia terdiam selama beberapa detik.
Sarah yang paham akan hal itu, langsung menepuk pelan pundak Lumina.
"Hei ... ! Sadarlah, aku tau tuan kita memang lebih dari kata tampan tapi tidak perlu sampai bereaksi seperti itu" Ia berkata dengan sedikit tertawa karena ulah Lumina.
"Tidak, aku hanya sedikit kaget saja karena jarang bertemu dengannya" Lumina menimpalinya dengan sedikit nada kikuk yang menahan malu.
"Ohh, sungguhh... ayo lah Lumina kau tidak usah malu-malu, aku tau wanita manapun akan rela jika di jadikan penghangat ranjangnya" Sarah terus menggodanya sambil sesekali mengedipkan mata.
Lumina yang mulai salah tingkah pun langsung beranjak pergi kekamarnya. Belum sempat Lumina membuka pintu kamarnya, Nancy datang dan mengatakan sesuatu yang cukup membuatnya terkejut.
"Lumina, Tuan Louis ingin kau membersihkan kamarnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nyai💔
done
2023-04-04
2
Abel_alone
mulai seru
2022-11-17
1