Tak terasa 2 hari cepat berlalu, Philips yang di haruskan segera kembali ke istana dengan cepat mengemas barang bawaannya. walaupun tergolong sedikit ia tetap melakukanya dengan cepat. ia hanya tak ingin mengecewakan tuan nya. Ia berpamitan kepada Lumina dan Elena, sedikit tangis haru menyertai kepergiannya.
"Jaga dirimu baiik-baik disini Lumina dan turuti semua perkataan ibumu" Lumina kecil hanya mengangguk dengan bulir air bening yang terus merembes di pipi merah nya. Elena yang paham akan situasi ini segera menggendong Lumina agar tangisannya ssedikit mereda.
"Jaga dirimu papa, dan sering-seringlah untuk pulang. Aku menyayangimu" Ia memeluk erat kedua tubuh yang enggan di tinggalkannya. Philip segera beranjak pergi dan tak ingin berlama-lama dalam suasana tersebut.
Tepat saat petang tiba Lumina baru menyelsaikan belajarnya, ia mengisi harinya dengan membaca buku dan menulis.
Elena masuk ke dalam kamarnya dan menuntun Lumina ke meja makan untuk makan bersama. Ia tak mengatakan banyak hal, hanya menyuruhnya untuk tidur lebih awal karena esok meraka akan berkunjung ke rumah bibi marry .
Selesai makan, Elena mengantar putri nya ke kamar. Dengan telaten ia mengantar ke kamar mandi dan membantunya membersihkan badan. ia beranjak ke tempat tidur .
"Lumina, berdoalah dulu sebelum tidur"
"Tentu mama"
'Malam ini aku menyerahkan istirahat malamku ke dalam tanganmu ya bapa, biarkan kiranya tidurku dari segala hal yang tidak baik. Jauh kan aku dari roh-roh jahat. Lindungi aku dan orang orang yang aku kasihi dengan kuasa darah mu'
Elena tersenyum dan mengecup kening putrinya, ia beranjak dari ranjang tetapi sebelum menutup pintu ia berucap pada Lumina.
"Jangan pernah membuka jendela saat malam hari, dan jangan beranjak dari kamarmu, jika kau butuh sesuatu panggil mama sayang" Lumina menimpalinya dengan senyuman.
"Mama ada sedikit pekerjaan sayang, ada sedikit rajutan yang tertunda dan besok harus segera di bawa ke rumah bibi marry, jika mama sudah selesai mama akan menemanimu tidur" Lumina kecil hanya menimpalinya dengan anggukan .
Tak selang lama, suasana kamar yang redup hanya menggunakan lampu tidur kuning di atas nakas serta hawa yang sedikit lebih dingin dari biasanya, membuat lumina cepat terlelap.
Waktu berputar hingga menunjukkan pukul 1 dini hari. Lumina terbangun, ia tidak mendapati Elena di samping nya, ia ingin beranjak dari ranjang dan mencari ibunya. Tapi sesuatu menarik perhatiannya, jendela yang tengah tertutup rapat itu menimbulkan suara aneh seperti lemparan kerikil di sertai rintihan seseorang sedang menangis .
Karena rasa penasaran yang teramat sangat dan di saat elena belum tiba di kamarnya, dengan berani dan sedikit was-was. Lumina membuka jendelanya, ia menengok ke arah luar dan saat di periksa ia tidak menemukan apa pun, hanya kabut pekat serta dinginnya angin yang memenuhi luas nya kebun sejauh mata memandang. Bermaksud berbalik arah ingin memanggil Elena, belum sempat ia memanggil ibunya secara tiba-tiba ia di tarik sesuatu dari luar jendela dengan cepat. Dengan spontan ia berteriak memanggil ibunya.
"mamaa...!"
Elena yang tertidur pulas karena kelelahan, tiba-tiba saja bangun saat mendengar teriakan Lumina. Seketika ia berdiri menuju kamar lumina dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, ia masuk dengan raut tegang dan menahan tangis, ia memeriksa kedalam kamar dan tidak mendapati keberadaan Lumina.
Tatapannya terpaku dengan kondisi jendela yang terbuka lebar, sontak ia segera keluar rumah dan memanggil nama Lumina. Karena jarak rumah para penduduk yang berjauhan di tambah wabah misterius yang sedang beredar, tidak ada satu pun orang yang keluar rumah. Dengan keadaan kalut dan frustasi, ia terus berlari di tengah pekatnya kabut sambil memanggil Lumina. Saat di ujung jalan di tepi hilir sungai kecil, ia mendapati suara tangisan anak kecil. segera ia menghampiri asal suara tersebut.
Saat sampai di tempat ia di kejutkan Lumina yang tengah meringkuk di akar pohon besar dengan seorang lelaki stengah baya sedang menunduk bersiap siap menerkam gadis itu, elena yang melihat itu seketika berteriakk .
"lepaskan dia! lakukan itu padaku jangan gadis kecil itu."
Pria yang tak lain Johnathan itu menyeringai sambil melirik ke arahnya.
"Bagaimana jika kalian berdua menjadi santapanku malam ini, aq pastikan akan melakukannya dengan cepat" Johnathan yang sudah tak sabar itu pun segera berlari menarik Elena dan mengigit lehernya. Lumina yang menyaksikan itu menangis histeris, ia terisak sambil memanggil mamanya .
"Mama...! tidak ...! jangan lakukan itu pada mama ku, lakukan saja padaku"
Elena di tengah kesadarannya yang hampir hilang ia berucap tanpa suara berkata lari beberapa kali sambil melambaikan tangan nya, bermaksud agar Lumina segera lari dan mencari pertolongan atau bersembunyi.
Di sela tangis Lumina yang begitu menyayat, gadis kecil itu terpaksa berlari dengan tubuh ringkihnya tanpa menggunakan alas kaki. Ia berlari kencang keluar hutan dan menginjak guguran daun kering serta ranting yang sedikit banyak melukai kakinya, saat baru sampai menyebrangi aliran sungai kecil, ia di kagetkan dengan kehadiran Johnathan yang sudah di depannya .
"Mau kemana kau gadis kecil ? ibu mu di sana sudah tertidur dengan lelap dan tidak merasakan sakit lagi" Lumina yang mendengar itu semakin histeris. Johnathan yang merasa muak dengan keadaan itu, dengan cepat menarik pergelangan tangan Lumina dan segera menancapkan taring nya di sana. Belum sempat ia merasakan darah gadis itu sebuah suara menghentikan gerakannya.
"Hentikan itu!"
Ia menoleh dan mendapati tuannya Sir Louis Alexander Abraham berada tepat di belakangnya, ia menunduk dengan raut muka panik karena paham telah melakukan hal ceroboh.
"Maaf kan aku tuan" Ia menunduk tak berani menatap tuannya, berbeda dengan gadis kecil yang tengah menatapnya dengan bingung serta sorot mata yang terlihat meminta tolong.
"Kau sudah ku peringatkan berulangkali tapi kau tak mengindahkan perkataan ku, ini masih sepekan dan kau melakukannya di tempat yang sama dan berulang kali. Katakan padaku Johnathan jika kau ingin kembali ke basilica"
Seketika Johnathan langsung menegang saat mendengar perkataan tuannya, ia semakin bergetar hebat karena katakutan. Ia tak akan pernah mau kembali ke tempat para iblis dan mahluk pengerat di kurung.
"Maaf kan aku tuan, kumohon maaf kan aku, ini di luar kendali ku, ini semua karena nafsuku yang tidak terkontrol, aku berjanji tak kan mengulanginya lagi tuan ku. kau bisa memegang janji ku kali ini tapi kumohon jangan kembalikan aku ke basillica."
Louis yang mendengar itu hanya memasang wajah datar tak tertarik sama sekali dengan perkataan itu, ia hanya membutuhkan Johnathan untuk beberapa hal, maka dari itu ia menyuruhnya pergi.
Setelah kepergian Johnathan ia juga beranjak pergi, tapi sebelum itu suara gadis kecil menghentikan langkahnya.
"Tunggu, tuan kumohon tolong aku dan mamaku. Mamaku ada disana dan sedang terluka."
Entah apa yang sedang di pikirkan Louis saat itu, ia mendekat pada Lumina.
"Apa yang kau inginkan?"
"Tolong ibuku"
"Dimana dia?"
"Di sebelah sana."
Dengan sedikit sesegukan Lumina mendekat ke arah Louis, ia menarik tangan Louis untuk menunjukkan arah. Louis pun sedikit mengerutkan alisnya. Ia mengikuti langkah gadis itu, Tiba di tempat Lumina segera berlari ke arah ibunya , di sana ia menemukan Elena sudah terkapar dengan kulit pucat yang sedikit membiru, suhu tubuhnya turun derastis. Tangannya terasa sedingin es seperti tidak ada aliran darah sama sekali . Lumina yang melihat itu seketika menangis tersedu-sedu. Louis yang melihat itu tak menujukkan reaksi apapun, Ia memandang tanpa rasa belas kasih karena baginya kematian adalah hal yang biasa.
"Berhentilah menangis, ibu mu sudah mati" Lumina yang mendengar itu semakin terisak. Entah apa yang membuat Louis sedikit bersimpati, ia berjongkok sambil menepuk pelan pundak gadis itu.
"Siapa namamu?"
"Luu ..mina, Lumina Cathleen"
"Apa kau punya orang tua lain?"
"Aku hanya punya mama dan papa, papaku Philips Andreas , ia bekerja di kastil corvin" ucapnya dengan suara terbata dan sedikit terisak.
"Ohh... Jadi kau anak Philips" Louis menimpali dengan senyum manis penuh maksud .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Widi Widurai
inilah akibat kebodohan muuuuu...
2024-06-25
0
Widi Widurai
ah bego. dah tau ga boleh buka jendela masih aja
2024-06-25
0
Lina aja
lanjut
2023-04-30
0