Nara menatap cincin di jari manis tangan kanannya dan memutar cincin itu, manis sih. Namun, apa perlu ia menggunakan cincin nikahnya juga ketika di sekolah? Berlebihan? Gerutunya dalam hati.
Tadi malam Nara dan Daffin telah menggelar acara ijab kabul di rumahnya dan kini mereka telah resmi menikah, karena memang hanya akad jadi tidak banyak orang yang datang dan hari ini rencananya ia akan pindah ke rumah orang tua Daffin.
"Ra, kantin yu!" seru Mia diikuti tepukan di bahu Nara, mengejutkan gadis yang tengah asik melamun itu. Nara langsung menyembunyikan tangannya ke bawah meja.
"Elo bikin gue jantungan tahu gak." Nara menatap Mia sebal.
"Kalau nggak jantungan mati dong, Ra?" sahut Baim dari kursinya.
"Tahu ah rese kalian!"
Guru baru saja keluar setelah jam pelajaran pertama baru saja selesai.
"Eh Ra," Mia menarik tangan kanan Nara ke atas meja.
"Sejak kapan elo pakai cincin?" lanjut Mia, pertanyaan itu membuat Baim melihat kearah mereka berdua.
"Mati gue," batin Nara
"Cincin apa, Ra?" kini Baim malah ikut mendekat.
"Itu-anu cincin pemberian Mama," jawab Nara dengan gugup, Baim dan Mia memicingkan matanya curiga.
"Tapi, kok ini seperti cincin nikah sih, Ra?" tanya Mia lagi dengan nada penuh selidik.
Nara memalingkan wajahnya menghindari tatapan kedua sahabatnya.
"Nara!" Sebuah teriakan dari pintu mengejutkan ketiganya.
"Daffin!"
Daffin masuk tanpa permisi ke dalam kelas tersebut. Ia duduk di atas meja, tepat di depan Nara.
"Gue lapar, tapi lupa bawa duit." Daffin melihat jari Nara dimana terdapat cincin yang sama dengannya, walau punya dirinya tak di pakai, bibirnya menyeringai.
"Bagus tuh cincin lo? Sini gue mau jual buat makan sama teman-teman gue." Daffin langsung melepas cincin itu dari tangan Nara tanpa aba-aba dan Nara yang tak siap langsung terkesiap begitu cincin itu telah raib dari tangannya.
"Eh elo seenaknya aja main rebut cincin orang." Baim menarik kerah baju Daffin yang sudah berantakan dan keringat yang masih menetes karena memang anak itu baru selesai dihukum berlari keliling lapangan, seperti biasa karena kedapatan merokok di belakang sekolah saat jam pelajaran pula.
Nara tahu itu karena memang biasanya ia yang bertugas menghukum Daffin dengan kedua temannya, karena selain waketos Nara juga asisten guru BK.
"Apa? Elo mau jadi pahlawan kesiangan?" tanya Daffin seraya menyeringai, ia menghempas tangan Baim dari bajunya kemudian melompat dari atas meja.
"Im, Im, udah gak usah di ladenin!" Nara memisahkan Baim dan Daffin.
"Tapi, dia kelewatan Ra?" sahut Mia yang sama tak terima seperti Baim.
"Daffin balikin cincin gue!" Nara menengadahkan tangannya.
"Ogah," jawan Daffin dan berlalu begitu saja. Sebelum benar-benar keluar dari kelas Daffin sempat mencium cincin itu dengan senyum mengejek.
"Daffin," teriak Nara kesal setengah mati. Mia merangkul bahu Nara, sementara Baim menepuk punggung Nara.
******
"Elo gak papa kan Ra?" Mia khawatir melihat Nara hanya mengaduk aduk bakso di hadapannya.
Khawatir juga Nara pada cincin yang tadi di ambil Daffin, takut anak itu bersungguh-sungguh akan ucapannya dan menjual cincin pernikahan mereka.
"Ra!"
"Iya Im, kenapa?"
"Giliran Baim aja yang manggil lo cepet banget nyahut."
Nara terkekeh melihat sahabatnya merajuk.
"Gue gak apa, Mia." Nara mengusap punggung tangan sahabatnya dengan lembut.
"Nanti pulang kita belanja buat keperluan camping yu," kata Baim mengalihkan pikiran Nara, ia tahu jika Nara tengah sedih karena kehilangan barang yang ia sayangi.
Memang sekolah mereka akan mengadakan camping tahunan dan itu sudah diumumkan beberapa hari yang lalu.
"Boleh."
~
Seperti rencana awal Mia, Nara, dan Baim pergi berbelanja untuk keperluan camping. Berhubung mereka bertiga anggota OSIS jadi dalam camping pun mereka pasti jadi panitia.
Setelah puas berbelanja, ketiganya menghabiskan waktu buat nongkrong di kafe seperti biasa. Walau sudah menikah, tetapi Nara dan Daffin tidak seperti ada ikatan mereka menjalani hari seperti biasa dan Nara pulang dan pergi sekolah dengan mobilnya sendiri.
Menjelang sore, Nara baru pulang. Ia memasuki rumahnya, di tangannya banyak paper bag isinya berbagai keperluan selama camping yang ia beli dari Mall tadi siang.
"Ra, kamu baru pulang? Dari mana aja?"
"Nara belanja buat camping dulu Mah, oh iya, Daffin dimana? Apa dia udah pulang?"
"Udah dari tadi, lagian kamu itu istri kok gak tahu keberadaan suaminya."
"Nara, kan, sibuk mah."
Nara menjawab sambil terus melangkah menaiki tangga menuju lantai dua, di mana kamarnya berada.
Nara membuka pintu kamarnya pelan, ia melihat Daffin tengah tertidur pulas di ranjangnya dengan bertelanjang dada.
Seketika senyum terbit di bibir Nara saat melihat kalung yang dipakai Daffin dengan kedua cincin nikah mereka jadi bandulnya.
"Oh jadi itu alasannya mengambil cincin itu dari gue, biar gak bikin ribet."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Aneh aja alasannya mau jual cincin nikah buat traktir kawan kawannya..emang anak orang kaya gak ada duit apa??🤣🤣🤣
2022-07-26
0
Devi Novitasari
👍👍👍👍
2021-09-20
0
Dhay conan
sebenernya dafin so sweet😊😊
2021-08-30
2