Di dalam sebuah kamar yang berukuran luas, wanita cantik tampak mendekap tubuhnya dengan selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Heena perlahan turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Heena menatap diri di pantulan cermin yang terdapat di dalam kamar mandi, tangannya meremat selimut dengan kuat, air matanya kembali menetes.
Sesaat Heena dalam keadaan rapuh teringat suaminya akan menikah lagi namun ia kembali teringat putranya yang masih butuh dirinya sosok yang kuat.
Setelah selesai mandi dan berpakaian rapih, Heena mendatangi kamar putranya.
"Mama ..." Sebuah suara khas anak kecil berusia empat tahun menyambut kehadirannya saat Heena baru berdiri diambang pintu kamar putranya.
Aroma wangi menyeruak di seluruh ruangan kamar putranya, yang beraroma khas wangi anak kecil.
Anak kecil laki-laki itu habis dimandiin oleh pengasuhnya, dan tampak melompat-lompat di atas ranjangnya membuat sang pengasuh kesusahan untuk memakaikan bajunya.
"Yusuf, ayo pakai bajunya tidak boleh nakal, Nak?" Heena mendekati putranya dan meraih pakaian Yusuf.
Dan seketika sebuah suara lembut itu mampu menghentikan kejahilan Yusuf yang sedang melompat-lompat.
"Mama?" Yusuf memeluk Heena.
"Yusuf, mau di pakein baju oleh, Mama," ucap Yusuf dengan suara manja.
Waktu menunjukan pukul delapan pagi.
Setelah selesai sarapan bersama, Michael Langsung bergegas berangkat ke kantor.
Namun sebelum berangkat Michael menyapa putranya walau hanya sebentar, mengingat ia adalah pembisnis besar hingga membuat dirinya jarang ada waktu untuk putranya.
"Papa, cepat puyang."
Mickael melambaikan tangan ke arah putranya, setelahnya ia melajukan mobil menuju kantor.
Setelah kepergian Michael, Heena mengantar Yusuf ke sekolah bersama sopir.
Saat sedang menunggu Yusuf belajar di kelas, Heena bertemu istri kolega bisnis suaminya, yang ternyata anaknya juga sekolah di sekolahan yang sama dengan putranya.
"Nyonya Heena ..." Tamara sedikit memastikan takut salah.
"Iya, Nyonya Tamara."
Keduanya saling berpelukan dan tampak berbincang-bincang sangat terlihat akrab.
Heena adalah sosok yang ceria sehingga seberat apapun masalah hidupnya ia mampu menutupi bahkan senyumnya dan tawanya semua itu palsu.
Setelah jam sekolah Yusuf selesai, Heena tidak langsung pulang ke rumah, ia mampir ke sebuah restoran untuk makan siang karena permintaan Yusuf yang ingin makan di luar.
Rambut jabrik bocah tampan itu tampak bergerak-gerak seiring langkahnya yang sedikit sambil melompat-lompat karena senang.
Menarik tangan Mamanya untuk segera sampai dan duduk lalu memesan makanan.
"Pelan-pelan, sayang."
Kini keduanya sudah duduk dan Heena sedang memilih menu makanan, Yusuf dengan antusias mengedarkan pandangannya untuk melihat suasana di restoran tersebut.
Namun tanpa sengaja mata jernih itu menatap sosok yang sangat ia kenal, dan untuk memastikan Yusuf berjalan mendekati orang tersebut.
"Papa?"
Seketika pria tampan itu menghentikan kegiatannya yang sedang menyuapi kekasih gelapnya saat mendengar sebuah suara anak kecil.
"Sayang, kamu mau apa?" Heena menoleh ke arah putranya namun seketika syok saat mendapati Yusuf tidak ada di sampingnya.
Heena mengedarkan pandangannya untuk mencari putranya dan seketika pandangannya menangkap sosok kecil yang berdiri di dekat meja seorang sepasang kekasih.
Namun yang membuat Heena semakin terkejut bukan putranya yang berdiri di sana, melainkan pria yang duduk di sana bersama wanita.
"Ternyata wanita itu ingin aku makan juga!" Setelah berkata seperti itu Heena langsung mendekati meja dekat putranya berdiri.
Heena tampak sangat marah ia yang merasa sedang lapar malah disuguhi pemandangan yang mengoyak hatinya, dan tanpa pikir panjang dan tanpa ia pedulikan pria yang duduk di kursi sebelah yang menatapnya dengan tajam, Heena terus melakukan aksinya.
Plak plak.
Heena menampar dua kali di pipi mulus wanita itu, tamparan keras yang hena berikan mampu mengeluarkan darah segar di sudut bibir wanita cantik itu.
Heena mencekal erat rahang wanita itu. "Mengapa pria beristri kau dekati! ... apa kau sudah kehabisan pria lajang, huh ..."
Plak.
Sebuah tampan keras mendarat lagi di pipi mulus wanita, namun bukan pipi wanita cantik itu, melain di pipi mulus Heena.
"Jaga ucapanmu!" Michael langsung menarik Heena membawa pergi wanita malang itu dari tempat tersebut.
"Papa, Mama, huhuhu." Yusuf menangis pilu berlari mengejar langkah lebar orang tuanya yang meninggalkannya jauh di belakang, sesekali Anak kecil itu jatuh tersandung lalu bangkit lagi mengejar Papa dan Mamanya.
Orang-orang pengunjung restoran merasa kasihan melihat keadaan Yusuf, ingin membantunya namun bukan siapa-siapanya.
Bruk.
Michael mendorong tubuh Heena ke dalam mobil dengan kasar.
Dan saat Michael mau menutup pintu mobil tiba-tiba ia merasakan tangannya di gigit.
Ahhww.
Michael meringis kesakitan, bersamaan itu terdengar suara anak kecil yang protes kepadanya.
"Papa, jahat! ... Papa tidak berhak sakiti, Mama!" Yusuf menatap tajam ke arah Papanya, lalu masuk kedalam mobil dan langsung memeluk mamanya.
Michael terus melajukan mobilnya menuju mansion, ia yang saat ini sedang diselimuti kekacauan sampai melupakan wanitanya yang ia tinggal di restoran.
Arghhh.
Wanita cantik itu terlihat sangat marah saat di tinggal Michael begitu saja dan harus membayar tagihan makanan yang nominalnya cukup besar.
Niat hati ia memesan makanan mahal yang banyak, akan di bayari oleh Michael, mengingat bersamanya ia ke mari. Ternyata malah di tinggalkan.
"Aku harus segera membuat, Michael. Menikahiku!"
Setelah berucap kalimat tersebut, wanita itu pergi meninggalkan restoran, keluar seraya memakai kaca mata hitam lalu mengibaskan rambut panjangnya ke belakang. Berjalan angkuh.
Mansion Henderson.
Jemari kecil itu sedari tadi mengusap wajah Ibunya, meski air mata Ibunya sudah tidak lagi menetes, namun seolah enggan untuk menjauhkan jemari kecilnya dari wajah Ibunya.
Heena meraih tangan putranya lalu mencium-cium tangan mungil milik putranya.
Ane sang pengasuh putranya tampak masuk membawakan sebotol susu buat Yusuf, setelah tadi ia selesai mengganti pakaian sekolah Yusuf.
Yusuf meraih botol susu tersebut lalu meminumnya tanpa menunggu lama sudah habis, dan ia kembalikan botol kosongnya ke tangan Ane.
"Ane, Yusuf mau bobok cama, Mama?" suaranya memelas bercampur manja seraya memeluk pinggang Ibunya.
"Baik, Tuan Muda." Ane pergi meninggalkan ruang kamar Heena.
Heena menidurkan Yusuf di ranjangnya sambil memeluk putranya.
Keduanya tidur terlelap hingga tidak terasa tiba malam hari.
Heena masuk ke dalam ruang kerja Michael saat mendapat perintah dari Michael bahwa ia untuk menemuinya di ruang kerja yang ada di Mansion tersebut.
Heena menatap Michael yang berdiri memunggunginya.
"Tiga hari lagi aku akan menikah dengan, Mawar." Perlahan Michael membalikan tubuhnya menghadap Heena.
Heena tersenyum getir. "Siap-siaplah kau merasa malu!"
Michael menatap tajam. "Berani kau berbuat macam-macam ... ibu dan adikmu akan mendapat balasan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Kinay naluw
menikahi pecah kaca dan membuang berlian.
2023-04-07
0