Episode 5

Dengan senyuman tipis Ken menertawai kegaduhan Yui di pagi hari. Baru saja dia tinggal sehari di apartemen milik gadis itu, semua aib sudah dilihatnya.

"Cuci muka sana! Jangan menghilangkan selera makanku dengan tampil jorok begitu," kata Ken dengan kejam menegur Yui. Dia masih asyik dengan masakan yang sedang dituangkan ke dalam wadah kaca.

"Gak mau!" tolak Yui membebalkan batin. Dia duduk di kursi makan lalu dengan ringan mengambil sendok hendak mencicipi masakan Ken yang begitu menggugah. "Kelihatannya enak," kata Yui sambil tersenyum puas melihat meja sudah dipenuhi masakan yang mewah. Harumnya sampai ke ulu hati. "Ahhh! Segar banget baunya," puji Yui sambil menghirup bau dari makanan hidangan di depannya.

Plak!

Ken memukul tangan Yui hingga sendok di tangannya jatuh. "Cuci muka!" perintahnya dengan mata terbelalak.

"Ish! Iya iya, bawel banget sih," umpat Yui. Dia dengan malasnya diri dari duduknya lalu membasuh muka di wastafel dapur. Dia menunduk dan langsung mengarahkan kran ke arah wajahnya.

"Kau luar biasa," ucap Ken dalam benak.

Melihat rambut gadis itu begitu mengganggu, Ken menepikan setiap helaian rambut Yui. Lalu dia memegang rambutnya gadis tersebut, membantu agar rambut gadis itu tidak terkena siraman air kran.

"Kamu ngapain?!" Yui berbalik dan melindungi diri. "Jauh sana! Jangan dekat dekat ih, bikin kaget aja deh," keluhnya terkejut. Dia memercikkan air di sela jarinya ke arah wajah Ken, sambil tersenyum bahagia karena berhasil menjahili pria tersebut. "Hahaha… rasain tuh! Dingin, gak?" Yui tertawa terbahak-bahak sampai tidak sadar bahwa Ken sama sekali tidak mengeluarkan ekspresi apa pun. Dia hanya terdiam dengan wajah kaku sambil menatap Yui yang begitu poranda puas.

"Eh? Ma-Maaf." Yui terdiam melihat tidak adanya reaksi dari Ken. Dia merasa tidak enak karena sudah berlebihan pada pria itu. Niatnya hanya untuk bercanda, tapi dia tidak tahu bahwa Ken akan sedingin itu menanggapi kejahilannya.

"Duduk dan makan!" perintah Ken dengan nada suara yang berat.

Yui dengan patuh duduk di kursi lalu memakan hidangan di depan matanya dengan tegang. Seketika dia lupa bahwa pemilik apartemen itu adalah dirinya, melihat betapa menurutnya dia pada pria itu. Dengan suasana kondusif mereka melewati sarapan pagi bersama.

Saatnya bagi Yui untuk pergi ke cafe seperti biasanya. Namun kali ini berbeda, karena keberadaan Ken, Yui jadi susah untuk bergerak pergi kesana-kemari.

Dia tidak bisa meninggalkan pria itu di apartemen sendirian tanpa pengawasan, tentu Yui masih takut terjadi musibah yang tidak diinginkan. Akhirnya dia memutuskan untuk membawa Ken ke cafe bersamanya.

"Tidak. Aku tidak bisa berbaur dengan manusia," tolak Ken dengan teguh.

"Loh, kok kamu gitu sih? Aku ga bisa ninggalin barang aku, nanti kamu punya kesempatan buat nyuri lagi," oceh Yui.

"Aku tunggu kau di luar," kata Ken dengan simpel tak ingin berdebat. Dia berjalan di keluar apartemen lalu berdiri dengan kaki terbuka selebar bahu dan kedua tangan diletakkan di atas dada.

Yui hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan kaku dari Ken. Dia berjalan mendekati Ken lalu menarik tangan pria tersebut. "Kamu ikut aja deh," katanya sambil berjalan menuntun Ken.

"Tidak!" Ken menolak. Dia menahan tubuhnya agar Yui tidak bisa menarik badannya yang tinggi itu.

Yui sudah berusaha menarik Ken berkali-kali dengan menghabiskan tenaga cukup banyak, namun Ken sama sekali tidak bergeser dari pijakan kakinya. "Aku tidak bisa berbaur dengan manusia," ungkapnya lagi.

"Terus kenapa kamu bisa berbaur denganku? Aku juga manusia, gila banget deh."

"Kau dan mereka berbeda," jawab Ken menegaskan. "Pergi saja, aku akan menunggu di sini," katanya.

Yui tidak tega membiarkan Ken berdiri di depan pintu hingga dia kembali nanti. Tapi dia juga tidak bisa memaksa Ken agar ikut bersamanya. Lebih parahnya, dia tak akan membiarkan Ken tinggal sendirian di dalam apartemennya, dia khawatir jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Ampun deh, kamu ngeselin banget," decak Yui kesal.

Melihat pakaian absurd yang dikenakan Ken, membuat Yui merasa mual dan ingin mengusir pria itu. Untungnya Ken memiliki wajah tampan dan badan kekar, hatinya jadi sedikit ikhlas membiarkan pria itu tinggal bersamanya.

"Kita ke toko baju aja kalau gitu. Bajumu jelek," ejek Yui dengan kasar.

"Ini lebih mahal daripada seisi apartemenmu," balas Ken sombong tidak ingin dihina.

"Huweeek … mahal apaan jelek gitu," tambah Yui tak ingin kalah.

Ken diam dan memalingkan badannya. "Berisik," decaknya pelan karena kesal berdebat.

Yui kembali memegang tangan Ken, disaat pria itu lengah Yui menarik tubuh pria itu. "Ayo!"

Akhirnya Ken duduk di dalam mobil Yui.

"Menjengkelkan," gerutu Ken kesal.

Yui tersenyum melihat wajah Ken yang tampak masam karena telah berhasil memaksa pria itu. "Aku mau beliin baju kok malah nolak? Aneh kamu ih," kata Yui.

Yui langsung menancapkan pedal mobilnya dan melaju ke toko pakaian. Meski wajah pria itu tampak keberatan, Yui tetap bersikukuh akan membeli beberapa baju dan celana untuk Ken.

Sesampainya di toko pakaian. Semua orang menatap Ken dengan mata bersinar-bersinar. Mereka begitu tampak mengidamkan wajah pria itu dan tak seorang pun melewatkan kesempatan untuk memuji Ken.

"Ih ganteng banget," puji yang satu.

"Dia cosplay jadi assassin, gantengnya."

"Ada pangeran."

"Aku mau cowok itu!"

Suara itu terus terdengar sepanjang mereka berjalan. Kesal dengan kebisingan tersebut, Yui cepat-cepat membawa Ken ke kamar kecil khusus mengganti pakaian.

"Nih kamu coba!" suruhnya sambil memberikan beberapa helai baju juga celana.

Ken mencoba satu per satu baju dan celana yang dipilihkan Yui. Dia keluar setiap satu pasang baju dikenakannya.

"Bagus banget, dia cocok pakai yang itu," puji karyawan yang sejak tadi sudah meleleh melihat Ken.

Yui melirik sinis karyawan tersebut, lalu dengan perasaan jengkel menyuruh Ken untuk ganti baju dan kenakan pakaian lain.

"Padahal yang tadi bagus banget loh, Mba," ujar Karyawan tersebut.

"Dia terlalu sempurna pakai baju yang itu," kata Yui dengan amarah di dalam hatinya.

Sekali lagi Ken keluar. Karyawan tersebut terus berdecak kagum melihat Ken. Dia terus mengoceh sampai Yui muak mendengar suara centil karyawan tersebut.

"Bagaimana?" tanya Ken dengan singkat.

"Hmm," balas Yui malas.

Ketika Ken hendak mencoba mengenakan pakaian yang belum dicobanya, Yui langsung memungut semua baju dan celana tersebut. Dia dengan hentakan kaki yang keras berjalan ke kasir dan membayar semua baju tersebut.

"Kau kaya juga," kata Ken.

"Berisik! Jangan banyak komen!" Wajah Yui sangat kusut sejak tadi. Sepanjang perjalanan ke parkiran Yui tak berselera untuk berbicara karena masih kesal dengan para gadis yang sudah mencuri-curi pandang wajah Ken.

Terpopuler

Comments

Qirana

Qirana

7in1

Dukungan untuk para Author tersayang
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏

2021-09-18

0

𝐌𝐞𝐥𝐨𝐝𝐲𝐚•✍

𝐌𝐞𝐥𝐨𝐝𝐲𝐚•✍

bucin mah bebas atuh

2020-11-24

0

Kadek

Kadek

jangan lupa mmpir kk

2020-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!