Marah besar

Fabian datang ke rumahnya seorang diri, ia tampak lesu dan kesal saat memasuki rumah orangtuanya itu untuk memenuhi undangan mereka.

Tampak sudah cukup ramai orang disana yang tengah berkumpul di meja bersiap melakukan acara makan siang bersama.

Fabian pun terlihat murung, pasalnya semua yang datang disana membawa pasangan masing-masing, dan hanya dia yang datang seorang diri tanpa sang istri.

Kedatangan Fabian disambut hangat oleh mereka, terutama sang ibu yakni, Cornelia.

"Biyan, akhirnya kamu datang juga!" sapa Cornelia begitu melihat putranya. Dia memeluk dan mencium putranya yang malang itu.

"Iya ma, gak mungkin aku gak datang ke acara mama sama papa. Apalagi kita sekarang udah jarang ketemu," ucap Fabian, ia memaksa tersenyum walau sebenarnya hatinya sedang sangat sakit saat ini.

"Istri kamu mana Biyan? Bukannya papa udah bilang ya kalau kamu harus ajak Khayra buat datang kesini?" tanya Cornelia sambil celingak-celinguk mencari menantunya.

"Eee..."

"Biyan!" Fabian menghentikan ucapannya saat suara berat menyapanya, itulah sang ayah yang tak lain adalah tuan besar Dominic Alvansyah.

"Papa?" Fabian tampak malu saat berhadapan dengan papanya. Bukan karena penampilan, melainkan karena dia tidak bisa membawa serta istrinya kesana.

"Baguslah kamu datang! Langsung saja kita ke meja makan sekarang!" ucap Alvan.

"Mas, tapi Biyan cuma datang sendiri loh," ujar Cornelia memberitahu suaminya.

"Sendiri? Memangnya Khayra kemana, Biyan? Kamu gak ajak dia?" tanya Alvan heran.

"Eee aku sebenarnya udah ajak dia, tapi dia gak bisa datang kesini pa, ma. Mungkin lain kali kalau gak sibuk baru dia bisa datang," jelas Fabian.

"Loh gimana sih? Sesibuk apa dia sampai gak bisa memenuhi undangan papa?" ujar Alvan, tampak raut kekesalan terpampang di wajahnya.

"Sabar mas! Mungkin Khayra memang lagi ada kesibukan yang gak bisa ditunda," bujuk Cornelia.

"Yasudah, kamu sekarang duduk saja Biyan!" ucap Alvan tegas.

"Iya pa," Fabian mengangguk singkat, kemudian berjalan mendekati meja makan.

Disana semua keluarganya sudah berkumpul, mulai dari paman sampai sepupunya tampak datang bersama pasangan mereka.

"Hey Biyan! Mana istri kamu itu? Kok kamu cuma datang sendiri?" ucap paman Fabian yang lagi dan lagi menanyakan mengenai istrinya.

Fabian tersenyum tipis, sungguh ia sangat malu karena hanya datang seorang diri.

"Lihat saja Khayra, aku akan bikin perhitungan denganmu! Kamu telah mempermalukan aku disini, aku tidak terima!" batin Fabian.

Sebelumnya....

Fabian dan Khayra terlibat perdebatan di dalam mobil saat hendak menuju rumah orang tua pria itu.

Semua bermula dari telpon yang didapat Khayra, wanita itu tampak memohon pada Fabian untuk diturunkan di tengah jalan.

"Biyan, aku mohon turunin aku disini! Aku gak bisa ikut sama kamu sekarang, aku harus ke tempat syuting karena ini gak bisa ditunda! Kamu emang mau kalau aku kehilangan pekerjaan aku?" rengek Khayra.

Fabian menatap istrinya dengan sinis, "Kamu lebih pilih pekerjaan kamu daripada suami kamu?" Khayra terkejut mendengar pertanyaan yang dilontarkan suaminya.

"Maksud kamu apa sih? Kalau gak penting, aku juga gak bakal kayak gini," ujar Khayra.

"Oh okay, aku ngerti sekarang! Tiga tahun kita menikah, kamu gak pernah sama sekali perduli sama aku. Seharusnya dari awal aku tahu, kamu emang gak setuju dengan perjodohan ini. Sekarang semuanya terserah kamu, kalau kamu mau pergi ya silahkan aja, aku gak larang kok!" ucap Fabian.

Pria itu menghentikan mobilnya ke pinggir, mempersilahkan Khayra untuk pergi walau dengan perasaan sakit.

"Biyan, kamu jangan begini dong! Aku jadi gak enak buat ninggalin kamu," ucap Khayra.

"Kenapa harus gak enak? Biasanya enak-enak aja kan?" tanya Fabian.

"Ya oke deh, aku pergi sekarang. Tapi, lain kali pasti aku bakal temenin kamu deh!" ucap Khayra.

Fabian hanya mengangguk kecil, Khayra pun mencium tangannya dan turun dari mobil itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Praaangg...

"Haaahhh!!" Fabian berteriak keras sekali sembari melemparkan barang-barang miliknya sebagai pelampiasan emosi.

Lelaki itu benar-benar kacau malam ini, dia telah dipermalukan di acara keluarganya akibat ulah sang istri.

Ia memandang bingkai foto pernikahan dirinya dengan Khayra yang terpajang di dinding, mendekat lalu memukulnya keras.

"Ini semua gara-gara kamu! Istri macam apa yang selalu membuat suaminya kesal?!" geram Fabian sembari terus memukuli foto tersebut.

TOK TOK TOK...

Suara ketukan pintu membuyarkan emosi Fabian, dia menghela nafas sejenak dan meminta orang di luar sana untuk masuk.

"Masuk!" ucapnya lirih.

Ceklek...

Pintu pun terbuka, tampak sang pelayan menghampirinya dengan nampan di tangan.

"Permisi tuan muda! Ini saya sudah buatkan kopi sesuai pesanan, silahkan diminum tuan muda!" ucap pelayan itu.

"Terimakasih, taruh saja di meja!" pinta Fabian, suaranya terdengar dingin dengan bibir gemetar akibat menahan emosi.

"Baik tuan muda!" pelayan itu meletakkan gelas kopi di meja, "Kalau begitu, saya permisi dulu tuan!" ia langsung berbalik dan pergi dari kamar itu.

Fabian melirik sekilas ke arah cangkir kopinya, ia mengambil cangkir itu dan melemparnya ke arah bingkai foto di dinding itu.

Praaangg...

Pecahan gelas dimana-mana, air kopi yang panas itu juga tumpah ruah membasahi foto sang istri.

"Aku akan lakukan itu juga secara langsung padamu Khayra, tunggu saja!" ucapnya sembari mengusap cairan kopi di bingkai tersebut.

Misha tiba di rumah sakit, ia masuk ke sebuah kamar disana dan tersenyum sekilas menatap ke arah tempat tidur berisi seorang pria tua yang sedang memejamkan mata.

Gadis itu menarik kursi, duduk di sebelah si pria dan mulai mengusap wajahnya lembut.

"Ayah, Misha udah datang nih. Sampai kapan ayah tidur terus kayak gini? Misha kangen banget sama ayah, Misha mau ayah sembuh!" ucap gadis itu.

Sebagai informasi, ayah Misha itu memang sedang koma dan sudah berjalan hampir setahun.

"Misha tau, ayah pasti bisa dengar suara Misha. Soalnya kata orang, pasien yang lagi koma itu tetap bisa dengar suara-suara di sekitarnya. Semoga ayah bisa cepat sadar ya!" ucap Misha.

Gadis itu terus mengusap lembut wajah dan menggenggam tangan sang ayah.

"Jujur Misha sedih banget, Misha gak tahu lagi harus berbuat apa untuk sembuhin ayah dari penyakit ini. Misha cuma bisa berharap sama Tuhan, walau sampai sekarang Tuhan juga belum bisa bikin ayah sadar," ucap Misha.

Ceklek...

Misha terkejut dan reflek menoleh ke arah pintu begitu mengetahui ada seseorang yang datang.

"Permisi kak!" itu adalah suster yang selama ini merawat ayahnya.

"I-i-iya sus, ada apa ya? Suster mau periksa ayah?" tanya Misha gugup.

"Enggak kok, saya cuma mau menyampaikan pesan dokter sama kamu. Tolong cepat-cepat dilunasi ya biaya administrasinya! Kalau enggak, ayah kamu harus dikeluarkan dari sini," jawab suster itu.

"Apa sus? Dikeluarkan??" Misha syok berat mendengarnya, bagaimana mungkin dia tega membiarkan ayahnya dikeluarkan dari rumah sakit.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

Dehan

Dehan

semangat kak
.

jangan lupa dukung balik penjahit cantik ya kak

2022-11-25

1

ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐

ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐

Berharap Misha dinikahkan Dan berpoligami ...Daripada cmn gadis ranjang...Blm tebak istrinya Biyan Masih 4 bab

2022-10-24

1

🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩

🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩

Fabian lebih bahagia, tanpa Kyara...betul kan Thor...?? 😂😂😂

2022-10-24

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!