PERTEMUAN

" Rey, sayang ayo bangun, ini sudah pagi, sekolah nak."

Pagi ini Meisa mengetuk - ngetik pintu kamar Reynan mencoba untuk membangunkan putra yang sampai saat ini masih belum bisa menerima kehadirannya.

"Rey, bangun nak, ini sudah pagi, sudah jam enam pagi, ayo nak persiapan sekolah."

Meisa kembali mengetuk - ngetuk pintu kamar Reynan, namun berkali - kali dilakukan oleh Meisa tetap tidak ada tanda - tanda bahwa Reynan akan membukakan pintu.

"Bagaimana Meisa?"

Meisa langsung menggelengkan kepalanya ketika sang nenek datang untuk menanyakan apakah Reynan sudah bangun.

"Reynan, bangun nak, ini nenek, sudah pagi ayo siap - siap untuk berangkat ke sekolah."

Dan tiba - tiba saja pintu kamar terbuka, nampak Reynan masih dengan muka bantal memandang ke arah sang nenek dan juga Meisa.

Anak laki - laki berusia sepuluh tahun tersebut hanya bisa memandang sang nenek dan juga Meisa secara bergantian.

"Reynan sayang, kenapa tadi ibu mengetuk pintu tidak kau bukakan?"

Meisa yang menyadari ada yang tidak beres segera mengatakan hal tersebut kepada Reynan.

"Aku tidak mau dibangunkan oleh mu, aku hanya mau dibangunkan oleh nenek saja!"

Reynan mengatakan hal tersebut dengan memandang wajah Meisa dengan tajam.

Sungguh saat ini hati Meisa sangat sedih dengan perkataan putranya tersebut.

"Rey, maafkan mama."

"Nek, hari ini aku berangkat sekolah bareng dengan Aurel yah, setelah selesai sekolah, aku ada les pelajaran, jadi nenek tidak perlu menunggu aku untuk pulang siang."

Reynan mengatakan hal tersebut kepada sang nenek dan sama sekali tidak menatap wajah Meisa yang sejak tadi masih berdiri di samping sang nenek.

"Reynan, ini ibu mu, kau bisa minta izin kepadanya juga, bagaimanapun juga ibu mu perlu mengetahui kemana saja kau akan pergi hari ini."

Dengan sabar sang nenek mengatakan hal tersebut kepada Reynan, sang nenek berharap jika Reynan bisa segera berdamai dengan ibu kandungnya sendiri.

"Aku hanya akan menceritakan semuanya kepada nenek, karena hanya nenek yang selalu ada bersama dengan ku."

Reynan mengatakan hal tersebut sambil memandang sinis ke arah Meisa, dan pandangan sinis Reynan merupakan tamparan paling sakit yang pernah Meisa terima.

"Aku mau mandi nek."

Reynan langsung mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Meisa hanya bisa melihat punggung sang anak yang saat ini semakin menjauh.

"Nduk sabar ya nduk, sepertinya Reynan butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa menerima semuanya."

Sang nenek mengatakan hal tersebut sambil menepuk - nepuk pundak Meisa.

"Iya nek aku bisa mengerti mengapa Reynan seperti itu, dan aku akan sabar untuk menunggunya."

Dengan mantap Meisa mengatakan semua hal tersebut kepada sang nenek.

Karena saat ini bagi Meisa melihat putranya dari jarak dekat sudah cukup membuat dirinya tenang.

"Aku berangkat dulu ya nek, hari ini aku akan mencari pekerjaan, doakan Meisa supaya cepat untuk mendapatkan pekerjaan itu ya nek."

Meisa mengatakan hal tersebut sambil mencium tangan sang nenek, wanita paruh baya yang selama ini selalu berada di samping Meisa.

"Ya nduk, nenek doakan supaya kamu bisa secepatnya mendapatkan pekerjaan."

Meisa tersenyum dan langsung keluar dari dalam rumah.

Dengan membawa sepeda motor hari ini Meisa keliling kota Jogyakarta.

Bagi Meisa apapun pekerjaan itu, Meisa akan tetap lakukan untuk Reynan dan juga sang nenek.

"Astaga panas sekali hari ini."

Matahari yang siang ini sudah semakin memancarkan sinarnya membuat Meisa sejenak berhenti dan meneduhkan diri di depan proyek pembangunan besar yang berada di pusat kota.

Meisa mulai mengeluarkan bekal yang sengaja dia bawa dari rumah, untuk lebih menghemat Meisa membawa bekal untuk makan siangnya.

Di pinggir jalan Meisa makan dan minum tanpa peduli lagi bahwa saat ini dia sedang melakukan hal itu di pinggir jalan.

"Ya, aku mengerti, tapi sampai saat ini aku belum bertemu dengan pengganti mu Nil."

Dua orang laki -laki tampan keluar dari dalam pembangunan gedung, masih dengan perlengkapan safety dan sedang membicarakan hal ini di depan Meisa.

"Daniel mengerti mas Jo, namun bapak mas Daniel meminta Daniel untuk segera kembali ke Jakarta, disana bapak juga membutuhkan asisten pribadi."

"Arrh bapak, beliau seharusnya sudah pensiun mengapa masih saja bekerja, ini kan jadi membuat kita repot."

Dengan geram Jonathan mengatakan hal tersebut kepada Daniel.

"Jadi siang ini kita jadi makan di seberang sana Nil?"

Jonathan mengatakan hal tersebut sambil menunjuk satu tempat makan di seberang jalan.

"Jadi mas, kata karyawan yang lain sambel terasinya enak sekali."

"Baiklah, ayo segera kesana, aku sudah lapar, kau tau sejak aku bergaul dengan mu, aku jadi terbiasa makan di pinggir jalan."

Jonathan menepuk pundak Daniel dan langsung mengikuti Daniel menyebrang jalan..

Meisa yang saat ini berdiri di belakang mereka dan sama sekali tidak dianggap ada hanya bisa memandang kepergian ke dua laki - laki tersebut.

Masih dengan kotak bekal makan siang pangkuannya Meisa mulai berpikir dan mengingat - ingat setiap pembicaraan ke dua laki - laki tersebut.

"Tunggu, tadi salah satu dari laki - laki tersebut mengatakan bahwa dirinya sedang mencari orang untuk bekerja dengan dirinya."

Meisa yang kembali mengingat beberapa pembicaraan tersebut langsung bangkit dari tempat dirinya duduk.

"Mungkin saja, aku bisa menanyakan lowongan pekerjaan kepada ke dua pria tersebut, ya apa salahnya untuk di coba, kesempatan bisa datang darimana saja dan kapan saja, siapa tau aku bisa mendapatkan informasi pekerjaan dari mereka."

Dengan semangat Meisa mengatakan hal tersebut dan berharap apa yang dia katakan itu benar.

"Ayo Meisa kau harus semangat, ya Kiara Meisa Surjono harus semangat!"

Meisa mengatakan hal tersebut kepada dirinya sendiri.

Hal tersebut Meisa lakukan agar dirinya bisa tetap semangat untuk melawan panasnya matahari siang hari ini..

Agar dirinya bisa melawan rasa lelahnya untuk tetap bisa melakukan setiap aktivitasnya pada hari ini.

Sudah lebih dari setengah jam Meisa berjalan mondar mandir di depan gedung yang saat ini sedang dalam proses pembangunan, namun ke dua laki itu sama sekali belum terlihat.

"Ya Tuhan lama sekali mereka makan."

Meisa mengatakan hal tersebut sambil menggelengkan kepalanya.

"Ah itu mereka, sebaiknya aku segera menghampirinya."

Begitu Meisa melihat ke dua laki - laki tampan tersebut hendak menyebrang jalan Meisa langsung bersiap untuk menghadangnya.

"Mas, anu mas maaf jika menganggu."

Jonathan dan juga Daniel langsung mengernyitkan dahi ketika melihat satu sosok wanita muda datang menghampiri mereka.

"Siapa anda?"

Daniel langsung menanyakan hal tersebut kepada Meisa yang saat ini masih menatap mereka berdua.

"Perkenalkan nama ku Meisa, saat ini aku sedang mencari pekerjaan."

"Maaf kami sedang tidak membuka lowongan."

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!