Jonathan terus mengatakan hal tersebut kepada Daniel namun tetap menguyah semua makanannya sampai habis.
"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Setelah Jonathan kenyang dan kembali lagi masuk ke dalam mobil, Jonathan menanyakan hal tersebut kepada Daniel.
"Mas Jonathan apakah membutuhkan asisten pribadi wanita?"
Jonathan langsung mengernyitkan dahi ketika Daniel mengatakan hal tersebut kepadanya.
"Aku butuh asisten pribadi wanita? untuk apakah aku membutuhkannya Nil?"
"Karena aku harus kembali ke Jakarta mas."
"Kapan kau akan kembali Nil?"
"Lusa mas Jonathan."
"Apakah kau tidak bisa untuk tinggal di Jogyakarta bersama dengan ku?"
Dengan cepat Daniel lab menggelengkan kepalanya.
"Bapak dan ibu meminta aku untuk kembali mas, karena bapak membutuhkan asisten pribadi."
Jonathan kini hanya bisa terdiam ketika Daniel mengatakan semua hal tersebut, bagi Jonathan asisten pribadi wanita itu lebih merepotkan daripada asisten pribadi laki - laki, namun saat ini sepertinya Jonathan tidak akan ada pilihan lain lagi.
"Kau urus saja Nil, yang jelas aku minta wanita itu adalah wanita biasa, tidak cantik, tidak dari keluarga kaya, dan seorang pekerja keras, karena aku bisa saja membutuhkan dia dua puluh empat jam."
"Baik mas Jonathan."
"Satu lagi, aku mencari wanita yang belum menikah, wanita yang tidak punya anak, pokoknya wanita yang masih sendiri, karena jika dia sudah berkeluarga sungguh akan sangat merepotkan aku."
"Baik mas Jonathan, apakah ada yang lainnya?"
"Aku rasa cukup Nil."
Dan setelah mengatakan hal tersebut Daniel melajukan mobilnya untuk menuju kembali ke hotel tempat mereka menginap.
Hari Jonathan lebih memilih untuk mengerjakan semuanya di hotel.
Sementara itu malam hari ini di teras rumah Meisa.
"Nduk belum tidur?"
Sang nenek keluar dari dalam rumah dan mendapatkan Meisa sedang duduk di teras.
"Belum nek, ada apa? apakah Reynan bangun, mencari ku dan memanggilku mama?"
Sang nenek hanya terdiam dengan perkataan Meisa.
"Tidak nduk, Reynan hari ini tidur dengan sangat nyenyak."
"Lalu nek? sebaiknya nenek masuk ke dalam saja, karena disini dingin."
Meisa langsung mengatakan hal tersebut kepada sang nenek, karena di saat yang sama, Meisa melihat sang nenek menarik kursi bersiap - siap untuk duduk di dekatnya."
"Nduk, nenek ingin menemani mu nduk.*
Dengan sabar sang nenek mengatakan hal tersebut kepada Meisa.
"Terima kasih nek."
"Nduk apa masih ada yang saat ini menganjal di pikiran mu?"
Sang nenek mengatakan hal tersebut karena sejak Meisa datang sangat sedikit menunjukkan rasa sukacitanya.
"Apakah semuanya begitu kelihatan nek?"
Meisa mengatakan hal tersebut dengan sangat serius.
"Nduk kau harus ingat aku adalah nenek kandung mu, dan aku lah yang merawat mu dari kecil, jadi aku sangat hafal dengan semua sikap mu, jadi nduk apa yang saat ini sedang menganggu di dalam pikiran mu?"
Meisa kembali menatap sang nenek dengan tatapannya yang tajam, sesekali Meisa menarik nafasnya dalam - dalam sebelum bersiap untuk menjawab pertanyaan nenek.
"Aku sedang berpikir nek, kira - kira pekerjaan apa yang bisa aku lakukan di Indonesia?"
"Pendidikan ku kecil, aku hanya tamatan sekolah menengah pertama, dan aku pernah memiliki kisah dengan laki - laki bejat ayah Reynan, apakah ada perubahan yang bisa menerima aku bekerja nek?*
Kali ini Meisa begitu tidak percaya dengan diriny sendiri.
"Nduk, nenek tau jika ke dua orang tua mu tidak mampu, dan sebelum semua pendidikan mu selesai mereka sudah dipanggil oleh Tuhan."
"Namun masa depan mu itu bukan milik manusia, masa depan mu itu milik Tuhan."
"Mungkin saja di luar sana hampir semua orang meremehkan kita, namun itu bukan berarti mereka bisa banyak hal bukan?"
"Jalani saja maka Tuhan yang akan menuntun setiap langkah kaki mu nduk."
Sang nenek pada akhirnya hanya bisa mengatakan hal tersebut kepada Meisa.
Sungguh saat ini di dalam diri Meisa sedang terjadi pro dan kontra untuk keputusan demi keputusan yang harus diambilnya.
"Apakah nenek pernah salah ambil keputusan seperti ku?"
Pertanyaan yang diterima oleh nenek cukup membuat sang nenek pada akhirnya hanya bisa tersenyum.
"Ya sayang, nenek pernah melakukan kesalahan fatal ketika mengambil keputusan."
"Dan kau tau apa yang pada akhirnya mengobati rasa bersalah kepada diri sendiri?*
Dengan cepat Meisa langsung menggelengkan kepalanya.
"Karena itu semua adalah intimidasi, jadi kita harus bisa menyadari akan hal itu, berdamai dengan diri sendiri adalah langkah paling awal untuk semua hal ini nduk."
"Ya nek dan sepertinya aku telat untuk melakukan hal ini, seandainya dari dulu aku bisa melakukan hal ini, mungkin saja Reynan tidak mengatakan hal itu kepada ku."
Meisa mengatakan hal tersebut sambil ke dua matanya menatap ke arah langit.
Saat ini tiba - tiba saja dirinya menyadari telah membuang waktu yang cukup lama untuk bisa berdamai dengan dirinya sendiri dan karena hal itu dirinya saat ini hampir kehilangan Reynan.
"Nduk, tidak ada kata terlambat, ketika kita pada akhirnya bisa sadar dan kembali memulai dari awal."
Sang nenek mengatakan hal tersebut sambil mengenggam tangan Meisa.
"Terima kasih nek, memang hanya nenek yang bisa mengerti Meisa."
"Terima kasih nek karena nenek adalah satu - satunya orang yang bisa bertahan untuk Meisa, saat kejadian sepuluh tahun yang berlalu, saat semua orang membicarakan Keluarga kita, saat semua orang mengatakan kita sampah masyarakat, di saat itulah nenek berikan kasih sayang yang luar biasa kepada Meisa."
"Tidak menghakimi Meisa yang sedang hamil tanpa suami, namun nenek malah merawat kehamilan Meisa, terima kasih nek."
Dengan sekuat tenaga Meisa mengatakan hal tersebut sambil memeluk erat sang nenek.
"Bukan tugas kita untuk menghakimi seseorang nduk, karena kita juga sama seperti mereka yang suatu saat bisa berbuat kesalahan."
"Tugas kita sebagai manusia adalah memberikan pertolongan kepada mereka."
Sang nenek mengatakan hal tersebut kepada Meisa sambil membelai rambutnya, bagi sang nenek Meisa tetaplah cucu kesayangannya.
Sang nenek begitu sayang kepada Meisa, karena sudah sejak kecil meraawatnya.
Berbagai pemberontakan yang dilakukan Meisa kepada sang nenek karena Meisa yang belum bisa menerima keadaan membuat nenek harus bekerja keras di dalam mendidik Meisa.
Namun saat kegagalan itu terjadi sang nenek hanya bisa memeluk Meisa dan kembali untuk merawatnya.
"Jadi apa nduk rencana mu selanjutnya?"
"Besok aku akan mencari pekerjaan nek, pekerjaan apapun akan aku lakukan semua itu untuk Reynan, semua itu untuk nenek, aku tidak ingin nenek bekerja keras lagi dengan menerima pesanan makanan, aku ingin nenek duduk diam di rumah merawat Reynan dan juga menghabiskan masa tua nenek."
Meisa mengatakan hal tersebut dengan penuh keyakinan bahwa pekerjaan itu akan segera dia dapatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 6 Episodes
Comments