Meisa langsung berlinang air mata melihat satu bocah laki - laki yang mulai beranjak remaja saat ini sedang berdiri menatapnya.
"Kemarilah Reynan."
Sang nenek mengatakan hal tersebut kepada Reynan cucu kesayangannya.
"Ini ibu mu."
Dengan suara pelan sang nenek mengatakan hal tersebut kepada Reynan.
"Ibuku? memang aku masih punya ibu nek?"
Deg
Hancur hati Meisa ketika putra kesayangannya mengatakan hal tersebut tepat di depan ke dua matanya.
"Sayang, ini mama, ini mama Meisa nak, Meisa Kiara Surjono, ini mama kandung mu."
Meisa masih terus mengatakan hal tersebut sambil mencoba mengggengam tangan Reynan.
"Buktikan jika kau adalah ibu ku."
"Bukti apa yang harus aku berikan untuk mu nak?"
"Kemana saja anda selama ini!"
Deg
Dada Meisa sangat sakit dengan semua hal yang saat ini keluar dari putra yang ada di hadapannya.
"Reynan, kau tidak boleh berkata seperti itu kepada ibu mu nak, ibu mu ini bekerja di luar negeri untuk mencukupkan semua kebutuhan kita."
Reynan masih terdiam dengan semua penjelasan yang saat ini coba diutarakan oleh sang nenek.
"Ah Reynan tetap tidak percaya jika dia adalah ibu dari Reynan, kemana saja ketika selama ini Reynan membutuhkannya, meskipun kerja tapi bisa saja kan menghubungi Reynan."
"Nak ibu mu sering menghubungi nenek, dan kami tidak pernah putus komunikasi."
"Iya, tapi tidak dengan Reynan nek, mana pernah Reynan di hubungi olehnya."
Reynan mengatakan hal tersebut sambil menunjuk wajah Meisa.
"Nek sudah,sudah aku sama sekali tidak menyalahkan Reynan atas apa yang dia lakukan terhadap ku, Reynan benar selama ini memang aku yang tidak pernah berkomunikasi dengannya."
"Jadi sangat wajar jika Reynan pada akhirnya seperti ini terhadap ku."
"Tapi nduk."
Meisa langsung mengisyaratkan sang nenek untuk berhenti berbicara agar tidak terjadi pertengkaran di siang hari ini.
"Reynan kau pasti capek, istirahat lah nak."
Meisa mengatakan hal tersebut kepada Reynan sambil tersenyum.
Sungguh saat ini sebenarnya Meisa ingin sekali memeluk putra kandungnya tersebut.
Namun untuk sementara Meisa terpaksa harus menahan pelukannya tersebut ketika melihat respon Reynan yang masih belum bisa menerima kehadirannya.
Dengan sangat acuh Reynan meninggalkan Meisa dan juga sang nenek di ruang tamu.
"Nduk apakah kamu baik - baik saja?"
Sang nenek kembali bertanya kepada Meisa karena saat ini ke dua mata Meisa masih terpaku kepada Reynan.
"Ah ya nek aku baik - baik saja."
"Maafkan Reynan yah nduk, semakin besar semakin banyak hal yang dia tau, dan semakin banyak juga keinginan dan amarahnya."
"Ya nek, aku mengerti keadaan Reynan, semua ini bukan salah Reynan, namun semua ini adalah salah ku, jadi aku akan bersabar untuk menghadapi Reynan."
"Pasti bisa nduk, karena bagaimanapun kau adalah ibu kandungnya, jadi suatu saat Reynan pasti bisa mengerti segala sesuatu hal yang sebenarnya terjadi."
Meisa langsung menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Saat ini tidak ada lagi hal yang bisa dia lakukan kecuali hanya menunggu hari Reynan pulih, karena bagaimanapun juga Reynan menjadi seperti itu tak lepas dari campur tangan Meisa.
"Ya sudah nduk sebaiknya kamu istirahat saja dulu, biar semua nanti nenek yang merapikan."
"Terima kasih nek."
Meisa pada akhirnya masuk ke dalam kamar dan melepaskan semua pakaiannya.
Di bawah guyuran air, Meisa mencoba untuk memenangkan diri.
*Ayo Meisa ini baru saja permulaan, Reynan seperti itu karena memang akibat dari apa yang telah kau lakukan.
Bukankah kau kembali ke Indonesia untuk hal ini?
Ayo Meisa kau jangan menyerah*.
Di bawah guyuran air Meisa mengatakan semua hal tersebut di dalam hatinya.
Saat ini tidak ada yang lebih penting selain putra kandung dan keluarga intinya.
Ke dua orang tua Meisa yang sejak kecil sudah meninggal membuat Meisa harus di rawat oleh sang nenek.
Dan usia nenek yang semakin tua membuat Meisa pada akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan meninggalkan semua pekerjaannya di negara S.
Sementara itu di lain tempat.
"Mas Jonathan selamat datang kembali di Jogyakarta."
satu orang staff mengatakan hal tersebut kepada satu laki - laki tampan berbadan kekar, berkulit putih dan juga dengan kacamata hitamnya yang semakin membuatnya tampan.
"Ya Daniel, terima kasih kau telah menjemput ku di bandara."
Dengan tenang Jonathan mengatakan hal tersebut kepada satu laki - laki muda yang sejak tadi sudah menunggunya.
"Jadi apakah kita akan membeli rumah di sini atau kita menyewa hotel saja selama dua Minggu?"
"Untuk sementara kita akan menyewa hotel mas Jo, nanti jika memang dirasa kita akan menetap sementara di Jogya baru akan meminta dana kepada perusahaan."
"Ya kau atur saja dengan baik, aku hanya ingin beberapa rumah sakit yang saat ini sedang dalam proses pembangunan selesai dengan tepat waktu."
"Pasti mas Jonathan, pasti akan selesai dengan baik dan tentunya dengan tepat waktu."
"Bagus, sekarang temani aku makan, sudah lama aku tidak makan gudeg."
Jonathan mengatakan hal tersebut sambil masuk ke dalam satu mobil mewah yang sejak tadi sudah menunggunya.
"Daerah Wijilan saja Nil."
"Baik mas Jo."
Daniel pun melajukan mobil mewah tersebut ke daerah yang Jonathan minta.
Jonathan adalah laki - laki tampan, anak tunggal salah satu pengusaha terkaya di Indonesia.
Saat ini Jonathan sudah memiliki perusahaan sendiri yang berkonsentrasi di bidang kesehatan.
Sudah banyak rumah sakit swasta yang Jonathan bangun dan pada akhirnya menjadi ladang bisnis untuknya.
Saat ini Jonathan berada di Jogyakarta untuk mengawasi pekerjaan pembangunan beberapa rumah sakit swasta yang menggunakan nama perusahaannya.
"Ini mas gudeg yang terkenal enak itu."
"Ini bukan daerah Wijilan Nil."
"Ya mas memang bukan, tapi gudeg disini adalah salah satu gudeg terenak di kota Jogyakarta."
Jonathan yang masih berada di dalam mobil mencoba untuk melihat satu kondisi rumah sederhana dimana di dalam rumah tersebut banyak orang yang keluar masuk.
"Ya sudahlah, aku sudah lapar, ayo kita turun."
Perut Jonathan rupanya sudah tidak diajak bersahabat lagi, Jonathan pun langsung turun dari dalam mobil mewahnya.
Sungguh ini sebenarnya bukan tempat yang layak bagi Jonathan.
Jonathan yang terbiasa makan di restoran mewah mulai mengernyitkan dahi ketika masuk ke dalam rumah tersebut.
"Satu nasi gudeg komplit dengan es jeruk."
Begitulah pada akhirnya Jonathan mengatakan pesanannya kepada salah satu pelayan.
"Jadi tempat seperti ini yang di sukai di Jogyakarta?"
"Tepat sekali mas Jo."
"Bagaimana kalau kita membuat satu restoran mewah, namun dengan konsep makanan tradisional?"
"Kau tau tempat ini sangat panas sekali Nil, coba saja aku tidak lapar, aku tidak akan mau untuk makan di tempat seperti ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 6 Episodes
Comments