Naina sangat sedih melihat kondisi adiknya, dia tidak secara langsung menunjukkan rasa sayangnya pada adiknya tapi malah memarahi di depannya, sebenarnya dia sangat khawatir dengan kondisi adiknya, walau kecewa karena selama ini dibohongi adiknya, tapi dia terus memikirkan cara untuk membantu adiknya itu.
Naina berencana mengajak bertemu keluarga Putra, bagaimanapun dia harus bertindak untuk adiknya.
Hari itu dia memutuskan menemui keluarga Putra, saat sampai kerumah keluarga Putra yang terlihat sangat besar itu, ada sedikit rasa ragu pada hati Naina, tapi dia tidak boleh menyerah, ini semua untuk adiknya.
"Siapa lagi ini? apakah kamu juga mau mengemis untuk Ningsih?" tanya mamanya Putra
"Apa maksudnya? kenapa kami dibilang pengemis, bukankah memang sudah seharusnya kalian bertanggung jawab" jawab Naina.
"Kalau Ningsih tidak mau mengikuti kami, maka jangan harap kami memberikan uang sepeser pun"
"Apa tante pikir, saya kesini untuk meminta uang? kami mungkin miskin tapi kami bukan pengemis, dan ingat ya, saya bisa melaporkan Putra ke polisi, sebelum itu apa kalian tidak pernah berfikir, kalau seandainya hal itu terjadi pada anak perempuan kalian, apa kalian akan diam saja?!" teriak Naina mulai tidak bisa mengontrol emosinya
"Anak kami tidak seperti Ningsih yang murahan, anak kami pasti menurut pada orang tuanya"
"Apa kalian pikir Ningsih tidak mengikuti keinginannya orang tua kami? dia sudah meminta izin untuk berpacaran dengan anak anda, Ningsih dan orang tua kami percaya pada ucapan Putra yang akan mengikuti kepercayaan kami, ternyata semua omong kosong setelah Ningsih sudah memberikan segalanya"
"Itu salah kalian sendiri, sekarang pergi dari sini dan jangan pernah mengganggu kami lagi" usir mama nya Putra.
Naina keluar dari rumah itu dengan membawa dendam yang membara, dia tidak terima adiknya dihina, dia berpapasan dengan ayah Putra saat di depan rumah, karena tidak tahu siapa Naina, ayah Putra bertanya ramah pada Naina.
"Mencari siapa"
Naina tidak menjawab, dia tetap berjalan dan pura-pura tersandung dan menundukkan badan nya, dengan cepat dia membuka kancing bajunya, dan terlihatlah sedikit dadanya.
"Tidak om, tidak apa-apa, sepertinya ini sudah menjadi suratan takdir untuk kami semua" ujar Naina terus memandangi ayah Putra dengan wajah menggoda nya.
"Adik saya Ningsih, mungkin sudah nasibnya seperti itu, kami hanya harus menerimanya, ini kartu nama saya om, datanglah kalau keluarga om berubah pikiran tentang Ningsih"Setelah Naina menyerahkan kartu namanya dia membungkuk yang sudah pasti memperlihatkan dada nya.
Sesampai di dalam mobil, Naina merasa jijik dengan kelakuannya dan langsung kembali membenarkan bajunya, dia harus kuat dan bertahan untuk adiknya.
Naina pulang kerumahnya, disanalah suaminya yang sudah menunggunya dengan tanpa baju dan hanya memakai ****** *****.
"Wanita tidak berguna, datanglah layani aku" begitulah suaminya memanggilnya.
Mereka sudah dikaruniai anak tapi sudah besar dan mereka tinggal di asrama, kedua anaknya perempuan sementara suaminya sangat menginginkan anak laki-laki.
"Cepat lahirkanlah anak laki-laki untukku, atau kamu akan aku ceraikan!" teriak suaminya yang langsung menariknya dan melucuti semua pakaiannya.
"Sakit Roni, apa kamu tidak bisa melakukannya dengan perlahan" ujar Naina
"Untuk apa aku lembut padamu, kalau yang lahir selalu saja anak perempuan dan bahkan sudah lama kamu tidak kunjung mengandung lagi, apa kamu sudah menopause!?"teriak Roni yang terus bergerak cepat menggagahi istrinya dari belakang, Naina hanya bisa menahan rasa sakitnya, dendamnya pada keluarga Putra baru berkobar dan sekarang dendamnya pada suaminya juga mulai berkobar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
mom_abyshaq
makin penasan, apa yang akan dilakukan sang Kakak Demi membantu adik ,, nya
2023-02-06
2
Laila antoniii
loh piye iki
2023-01-30
0
Adyany
aku tipe gitu juga, tdk terlalu terbuka perasaan
2023-01-16
3