Nenek

...HAPPY READING...

...----------------...

*POV RADIT*

Siang itu aku pergi bersama dengan Maxcton, meninjau lokasi shooting, pembuatan film KEKASIH KEMBARKU.

Aku duduk di kursi penumpang, sementara Maxton mengemudikan mobil, aku membaca naskah film tersebut, memang cukup menarik pikirku.

Lembar demi lembar, aku membaca naskah itu, hingga naskah terakhir kubaca, dan ternyata setting cerita dari film ini berlatar di dua negara, yaitu Turkey dan Indonesia.

Sejenak aku memijat kening, mendesah pelan, saat membaca kisah yang cukup tragis dan cukup menguras emosi, bukan cuma itu, film ini akan membawaku kembali ke Istanbul.

Saat aku kembali membuka lembar berikutnya, tiba-tiba saja Maxcton mengalihkanku.

“Kita sudah datang di lokasinya Mister,” ucap Maxcton menyadarkanku.

Belum sempat aku menyelesaikan, membaca naskah film tersebut, aku harus segera turun, untuk memastikan para kru film bekerja sama dengan baik, dalam sebuah tim, agar debut film ini mendapat predikat terbaik di ajang bergengsi, serta mendapatkan keuntungan yang sangat besar untuk perusahaan MIXARPICTURE.

Kemudian aku turun dari mobil, menghampiri sutradara yang mengarahkan jalannya shooting. Aku sangat terkejut, ketika melihat Andara yang sedang duduk di kursi sambil membaca naskahnya.

“Selamat siang Tuan Radit, saya sangat senang Anda berkunjung ke lokasi,”

Sutradara yang menangani film ini menyambutku, kemudian ia kembali berbicara, namun aku masih tidak bisa mengalihkan pandangan, dari seseorang yang sangat mirip dengan Andara.

“Kami merasa terapresiasi atas kedatangan produser, sekaligus pemilik PH film bisa menyempatkan hadir di lapangan,” ujar sang sutradara, kemudian aku menimpalinya.

“Saya hanya berkunjung saja, tidak akan lama-lama di sini, bagaimana semuanya lancarkan? Jika ada kebutuhan lain, segera hubungi Macton,” ucapku.

“Iya semuanya berjalan lancar Mister,” ucapnya.

“Baiklah, kalau semuanya berjalan lancar, saya akan kembali ke kantor, selamat bekerja keras, semoga film ini sukses besar,” ucapku memberikan semangat kepada mereka.

Setelah berbincang-bincang dengan sutradara yang menangani film itu, aku segera kembali ke mobil, namun aku tidak bisa berhenti memikirkan wanita yang sangat mirip dengan Andara.

‘Tidak mungkinkan Andara pergi ke Indonesia? Ya sepertinya aku hanya salah lihat,' ucapku di dalam hati.

Kini aku dengan Macton meninggalkan lokasi shooting, kami kembali ke kantor untuk segera mengurus biaya pengeluaran, untuk menggarap film tersebut.

“Anda kenapa Mister Radit, sepertinya Anda sedang memikirkan sesuatu?” ucap Macton menyadarkanku, dari lamunan.

“Tidak ada, sama sekali tidak ada yang sedang saya pikirkan, fokuslah mengemudi jangan banyak bertanya,” ucapku.

“Iya-iya... maafkan saya,” ujar Macton kembali menatap jalanan di hadapannya.

Kurang lebih memakan waktu perjalanan, satu setengah jam. Kami telah sampai di gedung MIXARPICTURE.

Kemudian aku berjalan gontai segera memasuki kantor, lalu menaiki lift, menuju langsung ke ruanganku.

KLEK. Aku membuka pintu, kulihat di dalam ruanganku ada sosok perempuan, yang selalu berada di dekatku yaitu Monica sahabat, sekaligus sekretarisku.

“Kamu sedang apa di dalam ruanganku?”

“Radit, kamu dari mana saja? Kenapa tidak mengajakku keluar, jangan katakan kalau kamu melakukan kencan buta lagi,” ujarnya memprotesku.

“Aku dari lokasi shooting, meninjau pekerjaan di sana! Oh ya... kamu sedang apa berada di ruanganku?” tanyaku kembali mengulang pertanyaan.

“Tadinya aku hanya ingin meminta kamu untuk menandatangani dokumen kerja sama dari klien, tapi kamu enggak ada yaudah deh, aku menunggumu di sini,” ucap Monica.

“Benar hanya itu? Apa tidak ada yang lain,” ucapku menarik tangan Monica yang masih duduk di kursi kebesaranku.

Sehingga aku membuatnya memelukku, ketika aku menatap matanya, terselip kebohongan di sana.

“Jangan coba-coba membohongiku Monica, katakan siapa yang datang ke ruanganku selain dirimu?!” ucapku menatapnya.

“Baiklah-baiklah... lepaskan aku, kau membuatku sesak,” ucapnya gugup.

“Cepat katakan, siapa yang datang ke ruanganku, selain kamu?” tanyaku terhadapnya.

“Nenek Milloma, datang mencarimu. Katanya kau harus menemui seseorang di restoran DELUCENIGT, nanti malam!” ucap Monica memalingkan wajahnya dariku.

Kemudian aku melepaskannya, lalu Monica pergi meninggalkan ruanganku.

Aku menghela nafas, kemudian duduk di kursi memijat kening, memikirkan seseorang yang harus kutemui.

“Huh. Nenek ada-ada saja, dia pasti memintaku kencan buta lagi dengan perempuan yang sama sekali tidak aku kenal,”

Kemudian aku memikirkan cara agar nenek Milloma tidak terus-menerus mencecarku.

“Radit... mau sampai kapan kau menghindari Nenekmu ini!”

Seseorang menyadarkanku dari lamunan, sekilas aku menoleh pada sumber suara itu.

Nenekku sudah berdiri di ambang pintu menatapku dengan tatapan mendominasi.

Kemudian aku menghampirinya, dan mempersilahkan nenekku, untuk duduk.

“Silahkan duduk Nek! Ya ampun kenapa Nenek repot-repot datang menemuiku, kalau Nenek ingin bertemu denganku, kan Nenek bisa telepon... nanti aku datang menemui Nenek ke rumah!”

Namun Nenek Milloma malah mengomel, kepadaku dia menggerutu.

“Kau memang pintar, mencari-cari alasan ya! Nenek menghubungimu, tapi ponsel kamu tidak aktif, apa kamu berganti nomor lagi!” tukasnya menatapku, sepertinya kali ini Nenek Milloma sangat marah.

Aku menelan ludah, sejenak aku terdiam lantaran aku sengaja mengganti nomor, supaya nenek tidak menghubungiku.

“Kenapa kamu diam? Dasar cucu durhaka! Radit, ingatlah umurmu hampir kepala tiga, seharusnya kamu sudah beristri, Nenek sudah ingin menimang anak darimu, kapan kau mengabulkan permintaan dari Nenek!” ucapnya datar.

“Nenek yang tenang yah, sebenarnya Radit sudah punya calon di Istanbul, tunggu Radit akan membawanya, jika semua pekerjaan Radit sudah selesai, untuk saat ini ijinkan Radit menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu yah!”

Aku berusaha membujuk Nenek Milloma, dia memang hanya Nenek angkatku, tapi dia sudah seperti Nenek kandung bagiku, dia adalah satu-satunya orang yang membantuku saat aku terpuruk.

“Baikah Nenek mengijinkanmu, tapi kamu harus menemui seorang perempuan yang bernama Luce, di restoran DELUCENIGT malam ini!” ujar Nenek Milloma.

Kemudian ia bangkit, kemudian berpamitan kepadaku.

“Hanya itu saja yang ingin Nenek sampaikan padamu, ingat jangan terlalu sibuk bekerja cucuku, kau juga perlu memperhatikan masa depanmu!” ucapnya kemudian pergi dari ruanganku.

Sepeninggalan Nenek Milloma dari ruanganku, aku kembali fokus pada pekerjaan, namun Monica kembali memasuki ruanganku.

TOK-TOK-TOK.

Monica terlihat mengetuk pintu, yang masih terbuka lebar, sambil menatap ke arahku, kemudian ia menghampiri.

“Radit... kalau kamu tidak mau menemui perempuan itu, sebaiknya kamu harus menyuruh seseorang untuk menemuinya, supaya Nenek kamu tidak kecewa,” ujar Monica perlahan mendekat.

“Kau menguping pembicaraanku dengan Nenek? Dasar lancangnya!” ucapku mengeram, tidak menyukai kebiasaan Monica.

“Siapa yang menguping, aku hanya tidak sengaja mendengarnya,” elak Monica.

“Itu sama saja Monica, dan kenapa kau kembali ke ruanganku, bukankah seharusnya kau melanjutkan pekerjaanmu!”

Aku menatap tajam padanya, sesaat kemudian dia kembali berucap.

“Kau lihat Arloji di tanganmu, sudah jam berapa ini Radit. Ini sudah sore, apa kau tidak ingin pulang!” ucapnya mengingatkanku.

Sejenak aku mendengus kesal, lantaran Monica selalu saja membuatku geram, dia sahabatku, namun rupanya dia juga memiliki perasaan khusus padaku, tapi aku tidak sedikitpun membalas perasaannya.

Karena aku tidak bisa mencintainya, karena aku sangat mencintai Andara yang jauh di seberang sana.

“Radit... aku ikut pulang denganmu ya! Ada hal yang harus aku katakan padamu,” ucap Monica menyadarkanku dari lamunan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Visual Radit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!