Sebuah Jebakan

...HAPPY READING...

...----------------...

Kini Radit berada di negara tempat kelahiran kedua orang tuanya, ia mengambil alih perusahaan Ayahnya yang ada di Indonesia, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perfilman.

“Halo Mr. Radit,” sapa seseorang terhadap Radit, ketika Radit mulai turun dari mobil, menghampiri orang yang menyapanya.

“Halo Mr Max, bagaimana perkembangan perusahaan, selama saya tinggal di luar negeri?” ucap Radit terhadap Maxcton asisten pribadinya.

“Perkembangan perusahaan kita sangat pesat, bahkan dua sampai tiga bulan kedepan. Kita akan menggarap sebuah Film,” ungkap Max terhadap Radit, seraya berjalan di sampingnya.

“Bagus pertahanan prestasi itu, saya akan segera melakukan meeting hari ini, terima kasih atas informasinya MR. Max,” ujar Radit kemudian meninggalkan Maxcton, yang masih berdiri menatapnya.

Perlahan Radit mulai bergerak memasuki ruangannya, kemudian ia terfokus ke layar laptopnya.

Radit sangat gigih dalam bekerja, sehingga ketika dia sedang bekerja sampai lupa memperhatikan sekelilingnya.

“Huh... Manusia ini, selalu saja terlalu fokus pada pekerjaannya, bahkan aku berdiri sejak tadi di sini, tidak di liriknya sedikitpun, ini tidak bisa di biarkan begitu saja,” gumam perempuan, yang sedang duduk di sofa menatap kepada pria blasteran Indo-Turkey itu.

Perlahan ia bangkit, menghampiri Radit yang terlalu fokus dengan pekerjaannya, dengan tidak tahu malunya perempuan itu melingkarkan tangannya, kepada Radit.

Sontak saja Radit kaget, ia terkejut dengan perlakuan perempuan itu.

“Kamu kalau sedang bekerja sampai lupa daratan ya,” bisik perempuan itu, dengan nada memprotes di telinga Radit.

Sekilas Radit menoleh. “Sejak kapan kau berada di ruangan ini? Siapa yang mengijinkanmu, memasuki ruangan saya!” ketus Radit terhadap perempuan itu.

“Ayolah sayang... tinggalkan sejenak pekerjaan kamu, aku bersusah payah bangun pagi, hanya demi menemani kamu. Eh tahunya malah begini!” gerutu perempuan itu.

“Aku tidak memintamu untuk datang sepagi itu, dan tolong jangan panggil aku dengan sebutan konyol seperti itu, sayang-sayang, memangnya sejak kapan kita pacaran Monica!” ujar Radit tampak acuh.

“Iya maaf, enggak apa-apa kan, namanya juga usaha, siapa tahu dari ucapan itu, Tuhan mengabulkannya,” ujar Monica yang masih betah melingkarkan tangan, di perut Radit yang bak Roti sobek itu.

Kemudian Radit melepaskan tangan Monica yang melingkar di tubuhnya. “Masih pagi jangan banyak mengkhayal, sudah cepat sana kerjaanmu sudah menumpuk!” cetus Radit memerintah, sekretarisnya tersebut.

“Huh. Menyebalkan!” gumam Monica mendengus sebal, lantaran Radit tidak menanggapi perasaannya.

“Ya sudah! Kamu semangat kerjanya Dit, aku mau ke ruanganku dulu,” ucap Monica perlahan meninggalkan ruangan bos, sekaligus sahabatnya.

Sementara Radit terfokus pada pekerjaannya, dan tampak acuh terhadap Monica yang berusaha mengambil perhatiannya.

Sejenak Radit menyandarkan kepalanya ke kursi, kebesarannya. Dia selalu memikirkan Andara, namun enggan untuk menghubunginya.

“Andara, sedang apa kamu sekarang. Maafkan aku, pergi tanpa mengabarimu,” gumamnya menatap langit-langit di dalam ruangan.

TOK-TOK-TOK. Suara ketukan pintu tiba-tiba saja menyadarkan Radit dari lamunannya.

“Masuk!” teriak Radit sedikit mengencangkan suara.

KLEK. Seseorang membuka pintu ruangan itu, sekilas Radit menoleh padanya.

“Ada apa Maxcton?” tanya Radit menatap ke arah asisten pribadinya itu.

“Saya cuma memberitahukan jika meeting akan segera di mulai Mr. Radit,” ucap Maxcton.

“Oke saya akan segera ke sana!” seru Radit.

Kemudian Radit bangkit, dan memakai jas kerjanya yang ia kaitkan di kursinya.

“Max, nanti siang temani saya, ke lokasi shooting film yang sedang di garap oleh PH kita ya,” ucap Radit sambil berjalan meninggalkan ruangannya.

“Siap Mr, saya selalu standby untuk Anda,” balasnya menyanggupi permintaan dari Radit, pemilik perusahaan MIXAR_PICTURE.

***

*ISTANBUL TURKEY*

Andara memoles wajahnya dengan make up, serta membalut bibirnya dengan lipstik berwarna merah, salah satu warna kesukaan kekasihnya, Radit.

“Aku harus tidur bersamamu, kali ini Dit...,” gumam Andara sambil menatap dirinya di cermin.

Setelah selesai ia segera bergegas, meninggalkan rumahnya, menuju Four season hotel, salah satu hotel berbintang termewah di Istanbul.

Kini Andara telah sampai di four season, ia terlihat sangat cantik dengan mini dress, berwarna senada dengan lipstiknya.

“Halo dengan Ms Andara?” tanya sorang pegawai di sana, menghampirinya.

“Iya saya Andara, ada apa ya?” ucapnya menimpali pegawai hotel tersebut.

“Anda telah di tunggu oleh seseorang di rooms VVIP, oleh seseorang,” ungkap pegawai hotel itu, namun tidak memberitahu Andara soal siapa yang menunggunya.

Sehingga Andara menyimpulkan, jika Radit yang sedang menunggunya di ruangan private clas itu.

“Oke saya akan segera ke sana, terima kasih,” ucap Andara melempar senyuman.

Andara berjalan gontai di lorong hotel, ia mencari ruangan yang di maksudkan untuknya.

Hingga pada akhirnya, Andara berdiri di depan ruangan tersebut, lalu membuka pintu dan memasukinya, akan tetapi saat Andara memasuki ruangan itu, di sana tidak ada siapa-siapa.

Hanya ada buket bunga Tulip, dan beberapa taburan bunga di atas ranjang berukuran besar, membentuk lambang hati, kemudian Andara mengitarkan pandangannya, hingga tatapannya terjatuh pada sebuah cermin yang bertuliskan.

"Will you marry me Andara?"

Andara tersenyum, ia bahagia karena hari yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang juga, hari di mana Radit melamarnya, untuk menjadikan dirinya satu-satunya wanita yang ada di sisi pria tampan itu.

“Aku bersedia menjadi pendampingmu,” ucap Andara tersenyum sambil menatap tulisan di cermin.

Dengan sekejap sosok pria berperawakan tinggi, berkulit putih, memiliki manik mata biru itu, memeluk Andara dari belakang.

“Terima kasih hon, akhirnya kau mau menikah denganku!” ucap suara Pria tampan yang kini melingkarkan tangannya di pinggang Andara.

DEG.

Sorot mata Andara kini berubah seketika, menatap tajam pria yang sedang memeluknya serta menciumi bahu mulusnya yang terekspos.

Dengan gerakan cepat Andara memutar badannya, menampar Pria yang kini sedang memeluknya.

PLAK. Satu tamparan mendarat di pipi pria tampan yang masih melingkarkan pelukannya.

“Beraninya kamu melakukan ini padaku! Di mana Radit!” tukas Andara merekatkan rahangnya, menatap pada pria tampan yang sedang berhadapan dengannya.

“Kenapa kau menamparku, dan kenapa kamu menanyakan Radit! Aku yang mengundangmu datang, bukan Radit!” tukas Alexander marah, karena Andara masih saja mengharapkan Radit.

“Enggak-enggak mungkin, kamu pasti bohongkan, bukan kamu yang menyiapkan semua inikan?” ucapnya menarik kerah baju Alexander, sambil memikirkan buket bunga yang di kirim untuknya, di sela ia melakukan pemotretan.

“Aku yang menyiapkan ini untukmu Andara, harus berapa kali aku katakan, kalau aku sangat mencintaimu!” ujar Alexander, mengencangkan pelukannya, membawa Andara ke ranjangnya.

BUGH. Andara berhasil Alexander dorong ke ranjangnya, hingga terlentang di atas kasur empuk itu, mengekspos belahan tubuhnya di sana.

Namun Andara bangkit kembali, dan segera berlari menggapai pintu, ia tahu Alexander akan berbuat buruk padanya, akan tetapi saat Andara hampir keluar dari ruangan itu, seorang pegawai hotel menutup pintu tersebut.

“Selamat bersenang-senang Tuan Alexander,” ucap seseorang dari balik pintu itu.

“Hei... buka pintunya!” teriak Andara, kemudian berbalik menatap Alexander.

“Alexander...,” gumam Andara menatap tajam pada Alexander, yang tersenyum miring menatapnya dengan penuh nafsu.

“Sudah aku katakan, kau tidak akan bisa lari dariku Andara, menyerahlah dan menikah denganku,” ujar Alexander. Semakin mendekat ke arah Andara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!