JANGAN BOSEN KASIH LIKE DAN JANGAN LUPA MASUKKAN BUKU INI KE FAVORITEMU LEBIH DULU.
YANKTIE UCAPKAN SELAMAT MEMBACA
Di Indonesia Putra tidak langsung mencari kerja. Uang di koceknya masih lebih dari cukup, dan lagi semua anak ayahnya tetap mendapat jatah bulanan dari hasil usaha yang dikelola oleh Hilman. Saat ini dia masih ingin santai menikmati kebebasannya dari diktat kuliah yang sebenarnya sudah selesai sejak 7 bulan lalu.
Putra sedang mengamati lingkungannya, mengamati bukan sembarang mengamati, karena dia ingin melihat pangsa pasar serta wilayah yang enak untuk dia memulai usaha. Dia juga mencari lahan kosong untuk tempat memulai kantornya nanti. Dan semua itu butuh proses.
Dia tidak berniat mencari kerja, tapi dia ingin membuka lowongan kerja walau hanya untuk beberapa orang saja. Bagi sebagian yang hanya melihatnya dari luar, seakan Putra hanya bermain dan bermain, luntang lantung padahal telah selesai kuliah di London.
Banyak yang membuat rumors kalau dia anak tak tahu diuntung. Sudah dikuliahkan tinggi di negeri orang, pulang bukannya bekerja tapi malah hanya leha-leha saja.
Untungnya pada kakek dan ayahnya Putra sudah mempaparkan keinginannya. Dia juga sudah berkata pada kakak tertuanya bahwa dia tidak ingin ikut dalam bisnis super market bangunan, tapi dia akan bermitra, karena dia ingin membuka usaha pembuatan rumah saja.
Putra juga sudah mendaftarkan dirinya untuk mengikuti program S2 di kampus yang Nuna juga mendaftar, namun tentu saja Nuna baru akan masuk di semester 1 untuk S1.
***
Hari ini Putra baru saja melunasi pembelian sebidang tanah di daerah Cilandak, Jakarta Selatan yang akan di jadikan lokasi kantornya. Ayahnya dan Hilman tidak menyangka Putra mempunyai dana yang cukup untuk melunasi tanah tersebut. Mereka yang menemani Putra melakukan jual beli di depan notaris sangat bangga.
Purwanagara kecil sudah mulai mengepakan sayapnya. Setelah itu Putra juga langsung mengurus surat IMB untuk bangunan kantor yang akan dia dirikan.
“Jadi ini A’ kebutuhan awal buat pembangunan kantorku nanti,” Putra menyerahkan data bahan bangunan pada Hilman.
“Semua akan aku bayar, bukan gratis karena aku juga harus menghitung jumlah real investasiku,” jelas Putra pada ayah dan kakaknya saat mereka bertiga ngobrol sambil makan siang sehabis mengurus surat IMB.
“Ok, kasih dia harga pembelian kita aja Man. Jadi kita enggak ambil untung, tapi juga enggak ngasih gratis ke Utha,” Galih memberi titah pada Hilman.
“Siap Pa,” jawab Hilman. Biar bagaimana pun dia bangga pada adik kecilnya ini.
Bulan ke empat sejak di bangun, kantor yang Putra dirikan siap beroperasional walau bangunan belum tuntas 100%. Putra sengaja mensegerakan operasional kantor untuk mulai mengisi pundi-pundinya yang mulai menipis.
Hari ini Putra mulai merekrut pegawai untuk usaha yang dia rintis, PT TRIPLE ‘P’ KARYA. Saat start ini dia hanya merekrut 2 insinyur bangunan, 2 staff administrasi, 1 orang office boy dan 1 bagian keuangan yang semuanya harus fresh graduate.
Putra tidak ingin seperti perusahaan lain yang hanya menerima pegawai yang sudah berpengalaman sehingga kasihan yang baru lulus kuliah sulit mencari pekerjaan.
Dan dia juga menetapkan semua pegawainya harus laki-laki. Dia masih membenci perempuan sejak tragedi survey dulu. Untuk tenaga tukang dan pekerja bangunannya Putra sudah mendapat data dari papanya yang biasa bergerak di bahan bangunan sehingga bila ada proyek tenaga bangunan selalu ready.
Selain staff yang dijadikan pegawai tetap, Putra juga membuka lowongan tenaga marketing free lance, yang tidak menerima gaji. Hanya mendapat komisi bila mendapat order, langkah ini membuatnya tidak terbebani oleh pengeluaran untuk gaji karena saat ini perusahaannya belum mendapat income.
Kepada semua staff nya, Putra berharap kinerja yang baik, anggap saja saat ini mereka sedang mbabat alas ( membuka hutan ) untuk mendapatkan lahan terbuka menjadi ladang.
Putra mulai bekerja dengan tekun, dan jangan mimpi melihatnya menggunakan jas saat dia bekerja, karena dia bekerja dengan santai. Hanya dengan kemeja yang tangannya di gulung, dengan kancing atas terbuka memperlihatkan dalaman t shirt press body yang digunakannya, celana jeans serta sepatu sneakers.
CEO tanpa jas! Rambutnya pun tetap gondrong tapi selalu tersisir rapi walau kadang di biarkan tergerai.
***
Saat ini di rumah Galih Purwanagara sedang sibuk mempersiapkan pernikahan Himan. Tiga bulan lalu lamaran sudah di lakukan dan tiga minggu lagi acara pernikahan akan di laksanakan. Nuna meminta Putra menemaninya mencari beberapa barang yang diperlukan untuk membuat hantaran pernikahan.
Jadi disinilah mereka saat ini, di pasar Jatinegara, Jakarta Timur di bagian pernak pernik kerajinan. Putra dengan sabar menjawab semua pertanyaan manja Nuna, juga selalu waspada menjaga mamanya yang juga sibuk ikut memilih. Dua wanita ini adalah kekasih hatinya saat ini.
Dulu ada neneknya, ibu mamanya dan ibu papanya, tapi sekarang mereka sudah tiada. Ups salah, saat ini dia punya 1 kekasih hati yang baru, yaitu Miranda, anak A’ Gilar dan teh Risye yang di panggil INDA, bayi 2 bulan itu sudah membuatnya jatuh hati begitu pertama kali dia melihatnya.
Saat sedang asyik memilih barang, Nuna dikejutkan dengan tepukan seorang gadis manis “Nunaaaaaa!” sapa gadis itu sedikit memekik.
“Wiwiek, apa khabar?” sahut Nuna sambil memeluk temannya saat SMP dulu, mereka tidak 1 SMA karena Nuna mengambil sekolah di SMEA (sekarang SMK). Mereka sibuk bertukar nomor ponsel.
Putra ingat, Wiwiek adalah adiknya Edy
“Edoy di mana?” tanya Putra.
“Eh Kak Putra, bang Edy masih di rumah Kak, main ke rumah Kak,” sapa Wiwiek yang baru melihat keberadaan Putra.
“Kamu kasih nomor Edy ke nomor Nuna ya, nanti Kakak hubungi dia buat janjian,” pinta Putra.
“Ya Kak,” jawab Wiwiek sambil mengirimkan nomor Edy ke HP Nuna yang sudah di save nomornya
***.
Sesampai di rumah Putra langsung menghubungi nomor Eddy yang didapatnya dari Nuna.
“Hallo,” sapa Eddy dengan agak kaku karena nomor Putra tidak ada di phone book-nya.
“Hallo Bro, ‘pa khabar lo?” balas Putra, dia yakin Edy pasti lupa suaranya. Semoga saja tak lupa siapa dirinya.
“Siapa ya?” benar dugaan Putra, Edy menanyakan jati dirinya.
“Cogan se Ujung Aspal,” sahut Putra menyebutkan tempat tinggalnya.
“Suwek lo, kapan lo mudik dari tanah salju?” teriak Edy yang sadar bahwa yang menghubunginya adalah Putra temannya sejak SD.
“Udah lima bulanan gue di tanah leluhur, ketemuan yok, punya nomor siapa aja lo?” ajak Putra. Dia juga kangen dengan teman-temannya. Dan Putra yakin mayoritas masih sibuk kuliah.
“Gue ke rumah lo sekarang deh,” jawab Edy antusias. Sebelum berangkat Edy menghubungi Prayogi yang kemarin baru saja ketemuan dan berkeinginan menjalin silaturahmi dengan teman-teman lamanya.
==========================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SUKA GAYA BAHASA YANKTIE..👍🏻👍🏻👍🏻🥰🥰🥰
2024-03-18
0