Bijaklah dalam membaca, ini bukan novel religi yang harus kuat syariat islam karna ini bacaan terbuka yang mungkin ada NON MUSLIM yang ikut menikmati.. jelas ini konflik rumahtangga romance biasa, yang diambil dari segi perasaan suami istri bukan masalah meraih pahala atau Surga. Ini juga bukan kisah si ahli ibadah dalam lingkup PonPes yang kuat nuansa islami ya..
Alurnya sangat-sangat umum, yang berbeda hanya si wanita bercadar dan itu bukan sebuah patokan untuk saya menulis menurut kaidah islam. Terima kasih. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏
🍁Happy Reading🍁
"Assalamu'alaikum,"
Satu minggu berlalu, meski luka masih menganga tapi setidaknya Aurora sudah berhasil menata serpihan kecewanya untuk kembali bangkit. Tak ada yang perlu diselesaikan karna semua sudah ia serahkan pada Sang Pemilik Hidup.
Manis dan pahit rumah tangganya tak perlu orang lain selagi ada cinta dalam hatinya untuk sosok suami yang kini masih bertanggung jawab
"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Ummi Khayangan yang keluar dari ruang makan.
"Ummi, Ola kangen," ucapnya saat memeluk erat wanita yang melahirkannya itu.
"Apalagi, Ummi. Kemana saja kamu satu minggu ini?" tanya Khayangan yang langsung mencubit pipi putri bungsunya dibalik cadar yang Aurora kenakan.
"Aku lagi males ngapa-ngapain, Mi," jawab Aurora.
"Kamu hamil?" timpal Ara, kakak ipar Aurora yang selalu membuat isi rumah beristighfar jika wanita bar-bar itu sudah bicara.
"Aamiin," sahut Khayangan.
Aurora hanya tersenyum simpul, ia tak berani buka suara karna itu hanya akan menertawakan dirinya sendiri. Mana mungkin juga ia hamil karna hanya dua malam ia dan Leo tidur satu ranjang tanpa melakukan apapun layaknya suami istri halal lainnya.
"Doakan saja, aku akan memberimu keponakan yang lucu dan menggemaskan seperti Si kembar," ucap Aurora yang tentu itu juga doa untuknya sendiri.
Tiga wanita itu lalu bergegas ke ruang tengah tempat dimana mereka sering bertukar banyak cerita. Aurora sungguh rindu rumahnya, rindu suasananya dan rindu penghuninya.
"Bagaimana kabar suamimu, La?" tanya Khayangan.
"Mas Leo baik," jawab Aurora.
"Kemarin di pengajian Ummi bertemu dengan ibu mertuamu, apa kalian belum mengunjungi mereka?"
"Terakhir kesana minggu lalu, minggu ini ada yang harus kami selesaikan dulu, Mi." Aurora masih hati-hati dalam menjawab.
"Urusan bikin anak?" timpal Ara.
"Ish, itu sih kamu sama kak Gala, bikin anak mulu kerjanya," cibir Aurora, entah bagaimana bisa kakak kembarnya itu bisa bertekuk lutut di hadapan Ara yang selalu tak difilter dulu saat bicara.
"Alah, enak kan tapi?" ledek Ara sambil tertawa.
Aurora dan Khayangan hanya bisa mengelus dada, sudah biasa keduanya mendengar hal tersebut selama ini, tapi itu mengurangi rasa sayang mereka pada Ara.
"Layani suamimu dengan baik, jadikan dirimu tempat pulang yang hangat untuknya," pesan Khayangan sambil meraih tangan putri bungsunya yang kini sudah berstatuskan menantu keluarga Barata.
'Lalu bagaimana jika aku hanya di jadikan rumah singgah saja?' bathin Aurora.
"La, kenapa melamun?" tanya Khayangan.
"Hem, enggak apa-apa, Ummi. Ola mau ke kamar dulu ya," pamitnya kemudian
.
.
Didalam kamar Aurora langsung melepas cadar dan merebahkan diri diatas ranjang yang tak sama nyamannya di Apartemen. Kamar yang ia tempati seumur hidupnya itu seolah jadi saksi bisu betapa ia begitu menjaga kehormatannya.
Aurora berguling ke kanan dan ke kiri menunggu balasan pesan dari Leo, alih-alih bunyi notifikasi yang ingin didengar tapi justru dering teleponlah yang mengagetkannya.
"Assalamu'alaikum, Mas," sapa Aurora setelah menggeser icon hijau di layar benda pipih miliknya.
"Waalaikum salam, La. Kamu sudah sampai?" tanya Leo, padahal ia sudah membaca pesan dari istrinya tersebut barusan.
"Alhamdulillah, sudah, Mas."
"Syukurlah, nanti malam aku kesana, kita menginap dirumahmu," ucap Leo.
Aurora yang mendengar hal tersebut langsung bangun dari baringnya karna rasa tak percaya dengan apa yang dikatakan suaminya barusan.
"Kita nginep disini? apa besok Mas Leo mau ke kota A?" tanya Aurora hati-hati.
"Enggak, mungkin lusa aku kesana. Besok siang ada pertemuan dengan client aku ingin kamu ikut, bagaimana?"
Lagi, Aurora kembali tercengang sebab biasanya ia tak pernah diturut sertakan dalam kegiatan yang dilakukan suaminya.
"Mas Leo serius?"
"Tentu, itupun jika kamu ada waktu pergi denganku, La." terdengar nada lirih dan penuh sesal saat Leo berbicara.
"Kamu prioritasku, Mas."
"Hem, Terima kasih. Terima kasih masih mau bertahan padahal jelas bukan hanya kamu satu-satunya dalam hidupku," ucap Leo.
"Saat aku sudah sah menjadi istrimu, bukankah aku harus siap dengan segala lebih dan kurangmu?" tanya Aurora dengan senyum kecil di ujung bibirnya.
"Jadilah alasanku untuk bahagia, Mas. Ku mohon, agar aku tak berniat melepasmu," sambungnya lagi yang membuat hati Leo bergetar.
.
.
.
Malam yang dijanjikan pria itu pun datang, Leo pulang dari Resto ke kediaman Rahardian.
Ia mengobrol sebentar dengan kedua mertuanya sebelum akhirnya naik kelantai atas menuju kamar istrinya.
Ceklek
Suara Pintu yang terbuka membuat Aurora menoleh karna kaget sebab tak ada suara ketukan sebelumnya. Ia yang sedang duduk di kursi meja rias langsung bangun untuk menyambut suaminya. Ia cium punggung tangan Leo dengan takzim dan membantunya juga melepas jas dan sepatu.
Aurora langsung menyiapkannya air dan baju ganti karna sesuai rencana mereka akan menginap di rumah orang tua Aurora.
Keluarnya Leo dari kamar mandi ia langsung menghampiri istrinya disofa. Jaraknya kini lumayan dekat tak seperti saat awal mereka menikah dulu.
"Mas, mau tidur sekarang?" tanya Aurora sambil bangun karna tempat yang di duduki adalah alas tidur suaminya.
"Belum, bisa temani aku?" pinta Leo sembari mencekal tangan Aurora.
"Tentu."
Mereka kembali duduk berdua, saling bersandar namun tetap berjarak. Belum ada yang mau memulai seakan saling menunggu siapa yang akan bicara lebih dulu.
"Besok, jam berapa kita akan pergi?" tanya Aurora akhirnya.
"Kita makan siang bersama, La.'
Aurora hanya mengangguk paham, bingung harus bicara apa lagi yang akhirnya ia memilih diam kembali.
" La--,"
"Hem, iya, ada apa, Mas?" tanya Aurora menoleh.
"Apa yang kamu harapkan dariku? sedang kan aku jelas bukan laki-laki yang baik untukmu." Leo menatap lekat kedua mata istri keduanya tersebut.
.
.
Aku pernah berharap jadi yang terpenting dalam hidupmu, tapi aku cukup tahu diri karna itu adalah hal terbesar yang tak mungkin terjadi. Maka -- katakan saja pada mereka tentang aku yang selalu menyayangimu dan sabar menghadapi semua sikapmu selama ini..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sandisalbiah
tdk ada yg bisa di persalahkan antara mereka tdk Leo, tdk Aurora bahkan tak juga Ameena.. mereka hanya terperangkap dlm takdir hidup yg mesti mereka jalani.. nyatanya gak semua org bisa menerima situasi seperti ini.. contoh nyata banyaknya comentar yg pro dan kontra kan..
2024-07-19
0
Meri Andani
baru baca karya author tpi aku yakin author kuat karakter dan banyak wawasannya,,semangat trus berkarya author
2024-07-09
0
sherly
sabar banget si Ola.
2023-02-11
0