"Apa yang ingin kakak bicarakan denganku?" tanya Ecca to the point.
Ia terlihat sudah sangat jengah melihat kakaknya yang tampak sangat bahagia bersanding dengan Belva.
"Kamu mau gak tinggal sama kakak?" tawar Nuna membuat Ecca seketika membelalakkan matanya.
"What?!" pekik Ecca. "Kakak udah gila ya?"
Ecca tidak habis fikir dengan permintaan kakaknya. Mengambil penelitian di kantor suami kakaknya saja sudah membuatnya terbakar api cemburu, apalagi jika ia harus melihat kemesraan kakaknya dengan suaminya setiap hari.
Bisa-bisa ia bukan terbakar lagi, melainkan sudah menjadi abu.
"Apanya yang gila? Aku hanya menawarkan berbagai keuntungan untukmu, dek."
"Jarak dari rumah kakak ke firma sangat dekat dan kamu tidak perlu harus merasakan kemacetan setiap pergi dan pulang bekerja."
"Kamu juga bisa berangkat dan pulang bersama Mas Belva. Setidaknya bisa meminimalisir pengeluaran mu." jelas Nuna membuat Ecca langsung menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mau kak." tolak Ecca.
Penolakan Ecca kali ini membuat Nuna memohon agar adiknya mau tinggal bersamanya. Mendengar kakaknya terus memohon, membuat Ecca penasaran apa yang membuat Nuna memaksanya untuk tinggal bersama.
"Sebenarnya apa sih mau kakak?" tanya Ecca dengan nada yang tidak suka.
"Aku sedang hamil muda, dek." jawab Nuna membuat hati Ecca kembali teriris.
'Ternyata kakak benar-benar sudah hamil. Cepat sekali Mas Belva menanam benih di rahim kakakku.' batin Ecca yang semakin tidak mood mengobrol dengan kakaknya.
"Aku tidak sanggup mengurus pekerjaan rumah sendiri. Dan aku juga tidak tega melihat Mas Belva selalu kerepotan mengurus rumah saat aku mual." jelas Nuna membuat Ecca mulai naik pitam.
"Lalu, maksud kakak apa? Aku yang jadi pembantu di rumah kakak? Kenapa tidak menyewa asisten rumah tangga saja untuk mengurus semuanya?" serbu Ecca kesal.
Selama ini memang Ecca sangat lincah untuk membereskan pekerjaan rumah dan memasak meski ada asisten rumah tangga di Mansionnya. Tapi tetap saja ia tidak bisa jika harus menyaksikan kemesraan kakaknya setiap waktu.
"Kita belum dapat asisten rumah tangga yang cocok. Kemarin sudah dapat, tapi terlalu tua. Ada juga datang terlalu muda dan seksi. Mas Belva tidak suka,"
"Please, dek. Bantu kakak satu kali ini saja." pinta Nuna sedikit merengek.
"Ck. Kakak coba bilang papi sama mami deh." balas Ecca kesal sambil beranjak meninggalkan kakaknya.
Saking kesal nya, Ecca menghentak-hentakkan kakinya di lantai saat keluar dari kantin sampai ia tidak sadar jika Belva sudah berdiri di depannya.
Brukkk!
Ecca menabrak dada bidang Belva dan membuat Belva langsung merengkuh tubuh adik iparnya agar tidak terjatuh.
Deg!
Deg!
Deg!
Degub jantung Ecca bertalu-talu saat ia dan Belva dalam keadaan yang sangat dekat dan tidak berjarak.
Sorot mata mereka pun saling bertemu membuat Belva juga tidak segera melepaskan Ecca yang kini terlihat jelas seperti sedang ia peluk.
"Maaf Pak Belva, tadi saya tidak melihat jika ada orang di depan saya." ucap Ecca yang kemudian menjauhkan dirinya dari Belva.
"Hemm." jawab Belva singkat yang kemudian langsung meninggalkan Ecca yang berdiri mematung di pintu kantin.
"Mas Belva bener-bener yah. Cuek banget sama aku." gumam Ecca menggerutu sambil melangkah menuju ke lift untuk segera ke lantai 4.
Sedangkan Belva pun langsung menemui istrinya yang sudah menunggu kedatangannya.
"Hai Nuna, kamu tumben deh ke kantor aku pagi-pagi. Ada apa?" tanya Belva sambil menarik kursi istrinya.
"Aku pingin minta sama Ecca buat tinggal sama kita sebelum kita dapat asisten rumah tangga."
"Untuk apa? Toh aku masih sanggup mengurus rumah sendiri." balas Belva yang terdengar tidak setuju dengan keinginan istrinya.
"Tapi, Mas. Aku gak mau lihat Mas Belva kecapekan. Udah kerja, trus ngurus rumah juga." ucap Nuna.
"Ecca juga kerja, dia gak mungkin kita minta untuk bantu urus rumah, kan?" sanggah Belva.
"Tapi kan dia kalo berangkat kerja dari rumah kita lebih dekat sayang. Dan gak tahu kenapa aku kayaknya ngidam masakan Ecca." ucap Nuna yang kemudian memberi alasan agar Belva setuju Ecca tinggal bersama mereka.
Dan benar saja, Belva langsung setuju jika Ecca harus tinggal di rumahnya.
Mereka berdua pun langsung memberi kabar papi Mario dan Mami Aleya tentang kehamilan Nuna.
Tidak hanya itu, orang tua Nuna pun langsung setuju jika Ecca tinggal bersama mereka untuk memasak untuk Nuna dan suaminya agar ngidam Nuna terpenuhi.
Setelah memastikan semuanya keinginannya terpenuhi, Nuna pun pamit kepada suaminya untuk berangkat bekerja. Awalnya Belva sedikit tidak setuju jika istrinya masih tetap bekerja.
Tapi mengingat Nuna sangat menyayangkan posisinya yang baru naik jabatan menjadi seorang Manager, Belva pun mengizinkannya dengan catatan diantar jemput olehnya.
...🍄🍄🍄...
Sedangkan Ecca yang kini mulai menggarap skripsinya langsung uring-uringan saat mendapat kabar dari maminya jika sebagian pakaian dan barang milik Ecca akan dipindahkan ke rumah Belva sesuai permintaan kakaknya.
Terlebih papi dan maminya sama sekali tidak mengindahkan protes darinya.
'Semuanya sudah gila! Aku tidak mungkin melebur rasa cintaku pada mas Belva jika seperti ini keadaannya.'
'Jangan salahkan aku jika nantinya aku bertindak di luar batasku! Dan jangan pernah menyalahkankan aku, jika aku merebut suami kakakku sendiri!' batin Ecca menahan rasa geram.
Seketika di kepalanya dipenuhi bayangan kemesraan kakaknya dengan Mas Belva yang akan terus menenerus mengisi hari-harinya ke depan.
...🎀🎀🎀...
Selepas jam kerja, ponsel Ecca berdenting dan tampak nama Belva mengirimnya pesan. Dan ini baru pertama kali untuknya mendapat pesan dari Belva.
💌 Belva
Aku sudah menunggu di Loby. Kita pulang bersama. Aku tunggu 1 menit dari sekarang.
Ecca memutar bola matanya malas saat membaca pesan dari kakak iparnya itu. Ia pun segera mengirimkan pesan balasan untuk Belva.
💌 Ecca
Pak Belva pulang saja duluan. Saya bisa pulang sendiri. Nanti shareloc alamat rumah bapak.
Setelah mengirim pesan balasan untuk Belva, Ecca kembali berkutat dengan tugas skripsinya dan sengaja menunda kepulangannya.
Namun tiba-tiba Belva sudah berdiri tepat di hadapannya sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Pulang sekarang!" suara bariton Belva memenuhi ruangan.
Akhirnya mau tidak mau Ecca pun membereskan meja kerjanya dan pulang bersama Belva.
Ecca duduk tepat di samping sopir, sedangkan Belva sendiri duduk di belakang karena mereka akan menjemput Nuna di Hotel tempatnya bekerja.
Sesampainya di Hotel, tepat saat Nuna juga sudah menunggu kedatangan mereka. Dan lagi-lagi hari ini Ecca harus kembali tersakiti dengan melihat kemesraan kakaknya dan Belva di seat belakang.
"Ck, bisa gak sih mesra-mesraannya di kamar aja." celetuk Ecca dengan nada tidak suka. "Kayak gak ada tempat lain aja."
Nuna dan Belva yang hampir saja berciuman pun langsung menjaga jarak mereka berdua.
"Diiih, sirik aja nih bocah. Makanya pacaran dong dek Ca, biar bawaannya gak kaku," seloroh Nuna.
"Oh iya, makasih ya udah mau tinggal sama kita. Malam ini aku pingin dimasakin kerang saos padang sama kamu ya dek. Kayaknya enak deh, udah lama gak ngerasain masakan kamu." pinta Nuna sambil mengelendot manja di bahu Belva.
"Aku capek, kenapa gak beli aja di warung seafood?" timpal Ecca.
"Lagipula hamil muda gak boleh makan kerang, apalagi yang pedes-pedes. Janin kakak belum kuat."
Mendengar ucapan Ecca, Belva pun langsung melarang istrinya dan memintanya untuk menjaga kehamilannya. Perhatian Belva kepada Nuna membuat Ecca merasa semakin muak berada diantara mereka.
"Ya udah deh, udang saus tiram aja. Tolong bikinin ya dek. Kakak beneran ngidam masakan kamu nih." pinta Nuna.
Ecca menghela nafasnya pelan dan kemudian berdehem mengiyakan permintaan kakaknya.
'Ternyata ini yang kakak inginkan, aku ada di rumah kakak dan tinggal bersama kalian. Menjadi babu yang dengan enaknya kakak suruh-suruh tanpa melihat bagaimana keadaan aku saat ini.' gerutu Ecca dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ita rahmawati
lagian mau² aja di jadiin babu
2023-11-30
0
Amelia
yg sabar ecca
2022-12-25
1
Bunda Alza
sabar Ca, saabbbaaarrrr
2022-11-24
1