"Dasar cewek resek. Dia yang salah dia yang marah." gerutu Bima dengan menarik kursi di samping Aldi.
Aldi yang mendengar gerutuan Bima yang tak jelas pun mendongak.
"Ngomong apan sih Ma?" Aldi dengan heran. Menatap menyelidik pada Bima yang menggerutu dengan raut wajah tertekuk kesal.
Saat ini Bima dan teman geng basketnya memang ada janji ngumpul bareng di sebuah kafe yang berada di lantai dasar salah satu mall.
Acara kumpul yang sering mereka lakukan disaat geng basket inti SMU Gemilang itu memiliki waktu luang.
"Udah gue bilang berapa kali jangan panggil nama gue kek gitu, masih aja ngeyel lo." Bima dengan menjitak pucuk kepala Aldi lalu mendaratkan bobot tubuhnya dengan cukup kasar.
Aldi mengusap pucuk kepalanya dengan sedikit meringis karena Bima telah menjitaknya dengan cukup keras.
Arya yang telah sampai lebih dulu, dan saat ini duduk tepat di hadapan Bima hanya mengerutkan kening heran saat mendapati wajah Bima yang sedang kesal.
Sedangkan Kennan yang juga duduk di sebelah Arya, hanya melihat Bima sekilas kemudian mengalihkan pandangannya seolah tak peduli. Pandangan matanya entah kemana. Cowok kulkas itu memang sering bertingkah tak jelas akhir akhir ini. Moodnya naik turun seperti rooler coster.
"Habisnya gue harus manggil apa coba? Bimbim? Nggak enak Ma. Berasa kek manggil dedek kecil gemoy gue. Mama? Rasanya nggak pantes. Ntar dikira kita jeruk makan jeruk." Aldi dengan terkekeh.
"Bima. Nama gue itu tauk." Bima dengan menekan pada namanya.
"Terlalu panjang Ma, nggak enak." Aldi masih saja ngeyel menggoda Bima yang tengah kesal.
"Serah lo lah, bacot." seru Bima menatap tajam Aldi. Terlihat jelas ada kemarahan pada tatapan itu.
"Ye malah marah. Sensi amat sih jadi orang. Masih muda dab, jaga pola makan biar nggak darah tinggi." Aldi seakan tak peduli dengan tatapan tajam Bima.
"Elo kesambet apaan sih? Perasaan tadi baek baek aja." Akhirnya Arya tidak bisa membendung rasa keingintahuannya.
Pasalnya Arya dan Bima berangkat bareng dan dalam mobil yang sama. Sepanjang perjalanan menuju mall yang menjadi tempat mereka berkumpul, Arya tidak mendapati keanehan pada adik kembar selisih lima menitnya tersebut.
Kedua kakak adik itu mengobrol normal dan tidak ada hal yang dapat memancing emosi. Hingga akhirnya mereka sampai di parkiran lantai mall bawah dan turun dari kendaraan pun tidak ada sesuatu yang aneh.
Hanya saja Bima pamit mampir ke toilet lebih dulu sedangkan Arya langsung menuju kafe tempat kumpulnya dengan geng basket SMU Gemilang.
"Kesambet cewek depan toilet."
Ucapan Irsyad yang baru saja datang membuat Aldi, Bima dan juga Arya sontak mengarahkan pandangan pada Irsyad.
"Yang bener pak ustadz. Jangan jangan ceweknya jelek makanya jadi sensi kek gini." Aldi dengan nada mengejek.
Irsyad menggedikkan bahu sembari mendudukkan diri di samping Arya. "Tau. Gue nggak liat wajahnya."
"Pasti jelek." Aldi lagi.
"Jelek pakek banget. Mana dia yang salah eh malah marah marah ke gue." Wajah Bima yang semula biasa kembali tertekuk kesal mengingat gadis yang bertabrakan dengannya di depan toilet beberapa saat lalu.
Meski wajah Kayla tidak jelek namun karena Bima saat ini sangat kesal dan diselimuti rasa marah pada gadis itu, kata kata itu terlontar begitu saja untuk mengungkapkan rasa kesalnya.
"Lah beneran jelek ya." Aldi cengo.
"Iya Al, mana style nya nggak banget lagi." Bima.
"Emang style nya kek mana Ma? Rok mini? Daleman doang? Atau tukang jahitnya ogah nerusin?" Aldi dengan raut wajah sangat penasaran.
"Enggak gitu sih. "
"Lalu?" Aldi.
"Bajunya sopan sih kek Tita." Bima tanpa sadar menyebutkan nama gadis yang membuat mood Kennan anjlok.
Seketika Kennan memberikan melayangkan tatapan tajam pada Bima, setelah mendengar nama Tita disebut.
🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments