Awal Pertemuan

Brugh

"Aww..." ringis seorang gadis dengan mengusap keningnya yang terasa nyeri karena telah membentur sesuatu yang cukup keras.

Gadis itu adalah Kayla Syawalia Hanum.

"Kalau jalan pakek mata dong." suara bariton di depan gadis itu terdengar sangat ketus dan membuat rungu Kayla berdengung.

Gadis bernama Kayla yang masih terduduk setelah menabrak itu menghentikan aksinya mengusap kening, lalu memfokuskan pandangannya ke depan.

Menangkap dua buah kaki jenjang berdiri di depan matanya, Kayla menggerakkan kedua bola matanya. Memindai asal kaki jenjang tersebut dengan mendongak.

Seketika Kayla memasang wajah masam saat netranya menangkap tubuh jangkung berdiri tegak dengan kedua tangan masuk ke dalan kantong celana seragam sekolah SMA.

Gayanya terlihat sombong dan angkuh, tak sedikitpun keramahan pada wajahnya yang sesungguhnya sangatlah tampan.

Tampan??

Isshh... Kayla segera menepis wajah yang sempat menodai mata perawannya. Kayla memilih untuk segera bangkit, membawa tubuhnya berdiri tegak.

Kayla menatap sinis cowok bertopi dan memakai seragam sekolah menengah umum yang tengah memberikan tatapan dingin kepadanya tersebut.

Dalam hati mengumpat kesal melihat gaya cowok di depannya yang sok cool, sok keren itu.

"Aku jalan pakek kaki bukan pakek mata." Ketus gadis berkerudung lebar bernama Kayla Syawalia Hanum itu beranjak berdiri seraya menepuk baju bagian belakangnya yang sedikit kotor akibat mendarat di lantai parkiran mall.

Cewek sialan... berani beraninya dia jawab gue... mana yang diomongin bener lagi... umpat hati Bima kesal. Tanpa menyurutkan tatapan tajam pada sorot matanya.

Bima memilih tak menyahuti ucapan sinis gadis yang menurutnya berpakaian aneh tersebut.

Bagaimana tidak aneh jika di tengah hari bolong yang cuacanya sangat panas menyengat ini, gadis galak itu memakai rok lebar yang menyentuh lantai serta baju bagian atas yang menjuntai hingga setengah kakinya. Terlihat sangat kebesaran dan menutupi seluruh tubuhnya. Ditambah dengan kerudungnya yang juga hampir menutup setengah tubuhnya. Jangan lupakan warna pakaiannya yang hitam gelap. Tidak salah bukan jika Bima menyebut penampilan gadis di depannya itu aneh.

Bahkan Tita teman sekolahnya yang juga berkerudung tidak memakai pakaian sebegitu longgarnya.

Meski pakaian yang gadis itu kenakan tidak sebesar ukhti ukhti bercadar, tetap saja pastinya akan sangat terasa gerah dan menyiksa tubuh di cuaca terik seperti saat ini.

Dia mau ke makam apa ngemoll sih... tentu saja Bima hanya mengungkapkan kalimat itu hanya dalam hati saja.

Sorot matanya bergerak memindai tubuh Kayla dari atas sampai bawah sebelum akhirnya Bima memutuskan bergerak membalik tubuhnya untuk beranjak pergi dari sana. Toh gadis itu tidak mengalami cedera, jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan oleh Bima.

"Eh... eh... cowok songong...." Kayla berseru pada Bima yang terlihat hendak pergi begitu saja.

Bima menoleh kan kepala ke belakang dengan tatapan datar.

"Kamu mau pergi gitu aja?" Kayla dengan melebarkan kelopak matanya kesal.

Bima menghela nafas kasar, lalu membalik tubuh sepenuhnya kembali berhadapan dengan Kayla.

"Kenapa? Minta pertanggungjawaban dari gue? Emangnya gue bikin lo hamil?" Ucap Bima terdengar sangat pedas di telinga Kayla.

Kayla menajamkan kedua bola matanya mendengar ucapan frontal nan pedas mulut Bima.

"Mulut kamu kalau ngomong di jaga ya, jangan sembarangan. Bikin orang lain salah paham tau nggak." Kayla berseru dengan dada bergemuruh. Ekor matanya bergerak memindai kanan kiri, takut jika ucapan cowok di depannya terdengar oleh orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Ada sedikit kelegaan saat Kayla menemukan tidak ada yang peduli dengan keributan yang tengah terjadi padanya.

"So... mau lo apa. Lo gak ada patah kaki juga kan?" Bima berusaha tetap tenang, memperlihatkan wajah datarnya meski emosi telah mencapai puncak ubun ubun kepalanya.

"Setidaknya kamu harus minta maaf sama aku." Kayla dengan nada menuntut.

"Heh..." Bima tersengih mendengar ucapan gadis yang entah dari dunia mana datangnya itu. Kemudian bersidekap dada seraya memandang remeh pada Kayla.

"Emangnya gue yang bikin lo kejedot lantai? Enggak kan?" Bima dengan tatapan angkuhnya.

"Iya lah. Coba kalau kamu nggak ngalangin jalan aku, nggak bakalan aku jatuh."

Kayla tetaplah seorang perempuan. Perempuan yang biasa disebut netizen sebagai makhluk maha benar.

"Lo nggak usah ngada ngada, lo mau uang dari gue?" Bima dengan membuka dompet yang dia ambil dari saku celananya. Ucapannya terdengar meremehkan.

Ucapan Bima yang bernada meremehkan membuat Kayla semakin geram.

"He cowok songong. Kamu jadi orang jangan suka meremehkan orang lain ya. Kamu pikir semuanya bisa diselesaikan begitu saja dengan uang. Walaupun aku miskin aku nggak butuh uangmu." Jari telunjuk Kayla tepat menunjuk dada Bima dengan tidak menyentuhnya.

"Aku lebih menghargai ucapan maaf dari mulutmu dari pada lembaran kertas dari dompetmu. Masih dapat uang dari orang tua aja sombong." ketus Kayla berlalu pergi dari hadapan Bima dengan perasaan dongkol.

"Amit... amit... jangan sampai ketemu lagi sama cowok modelan kek begitu." gerutu Kayla kesal.

🌷🌷🌷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!