Bab. 05 - Boneka Beruang Kecil

”Sonya! Kamu apain Aratha tadi pagi? Kayaknya dia terus menatap kamu dingin.” tanya Kinan saat mereka sedang melakukan latihan drama seperti biasa.

Sonya mengalihkan perhatiannya karena dia berusaha menghindari tatapan dingin Aratha dari kejauhan. Merinding. Rasanya seperti ditatap oleh kematiannya sendiri. Dan tatapan itu, terasa seperti memiliki aura negatif yang sangat besar.

Sonya menggaruk pipinya yang tidak gatal dengan jari telunjuk lalu menjawab, ”Mungkin karena dia menyukaiku. Kamu pasti tahu, tanda-tanda kalau cowok mulai suka ke kamu pastinya dia selalu memberikan ekspresi dan tatapan luar biasa yang tak pernah diperlihatkan.”

”Masa sih?” Kinan ragu dengan jawabannya. ”Kamu ketahuan motret dia dari dekat kan? Dia mungkin mengira kamu ini stalker. Aku juga bakalan takut kalau aku jadi Aratha.”

Sonya berkedip cepat beberapa kali. Dia berkata, ”Aratha juga ngomong begitu. Tapi, aku sama sekali tidak menyimpan foto Aratha dalam kameraku. Aku sendiri tidak tahu cara menggunakannya.” Sonya memperlihatkan kameranya dan semua foto-fotonya.

Kinan memperhatikan dan terpaku pada satu foto yang ada di sana. ”Ini Ibumu?” tanyanya setelah melihat foto Sonya berumur 10 tahun bersama dengan Ibunya di depan air mancur.

”Ya. Dulu ini kamera milik Ibuku. Dia memberikannya padaku disaat-saat terakhirnya. Setiap kali memegangnya, aku merasa kalau Ibu masih hidup sampai sekarang. Dalam kamera ini, aku bisa mendengar suara, tawanya dan wajahnya.” Sonya menatap tulus fotonya dan jujur, dia sangat merindukan Ibunya. Di sisi lain, Sonya tidak tahu kalau dibalik tirai panggung, sudah ada Alrez yang mendengarkan semua ceritanya. Setelah itu dia langsung berjalan pergi.

”Kayaknya kamu menjaga kameranya dengan baik. Wajar sih kalau kamu melakukannya.” Kinan memberi jeda saat menepuk pundak Sonya. ”Aku pergi ya. Baiknya kamu selesaikan masalah kamu sama Aratha. Kayaknya dia makin curiga kalau kamu punya niat jahat.”

Kinan pergi untuk mengurus yang lain sementara, Sonya menyempatkan diri untuk menatap Aratha yang masih memberikan tatapan ganas padanya bak diincar oleh raja hutan. Sonya berpikir dia memang pantas mendapatkannya. Karena dia yang sudah menjebloskan Aratha masuk ke klub drama dan dipaksa menghafalkan seluruh dialog yang berjumlah ratusan kata.

Sonya berbalik membelakangi Aratha. Saat Aratha masih menatapnya, Sonya mengambil langkah seribu untuk meninggalkan ruangan selagi Aratha disibukkan dengan dialog yang harus dihafalkannya.

...~o0o~...

”Fahruz!” seru Pak Zaki yang melangkah keluar dari ruang Guru setelah dia melihat Fahruz melintas.

Fahruz menoleh ke belakang dan dengan sopan bertanya, ”Ada apa, Pak? Butuh bantuan saya?”

Pak Zaki meletakkan setumpuk jilid buku yang cukup tebal dan berat di atas kedua tangan Fahruz. ”Tolong kamu rekap absen hari ini, ya. Bapak dan Guru yang lain akan memulai rapat.”

Fahruz terlihat ragu dan tidak ingin melakukannya. Masalahnya, hari ini dia belum bertemu dengan Sonya dan dia baru saja selesai kelas olahraga. Khawatir sesuatu terjadi padanya. Namun, dia juga merasa tidak enak jika menolaknya. Ancamannya adalah nilai dan norma-norma kesopanan yang masih berlaku.

”Iya, aku akan segera merekapnya.” Fahruz terpaksa menjawabnya.

”Terima kasih, ya. Kalau sudah, taruh saja di meja bapak. Bapak mau rapat dulu.”

Pak Zaki berjalan masuk kembali ke ruang Guru. Fahruz memandangi setumpuk jilid buku yang ada di tangannya. Dia menghela nafas lelah karena merasa semua ini akan lama untuk di selesaikan.

”Bisa-bisa semua ini akan selesai setelah jam istirahat. Terpaksa aku tinggal di sini sebentar.” gumam Fahruz lesu sembari berjalan memasuki ruang Guru.

...~o0o~...

Karena Aratha sibuk menghafalkan dialog dan Fahruz mendapatkan tugas dadakan dari Pak Zaki, Sonya harus pergi ke kantin sendiri. Tidak seperti yang lain, Sonya lebih menikmati waktu sendiri jika ada kesempatan. Pikirannya terasa jauh lebih tenang saat dia menyeruput jus alpukat yang baru saja matang dari blender.

Namun, sepertinya ada beberapa cewek yang terus menatapnya sinis. Sonya mencoba untuk mengabaikan tatapan mereka dengan melihat-lihat kameranya sebentar.

Belakangan ini, ada beberapa cewek yang tidak suka padanya semenjak Sonya bertemu dengan Aratha. Entah apakah mereka itu fans fanatik Aratha atau bukan. Yang pasti, Sonya merasa tidak terganggu dengan kemunculan mereka di muka bumi. Jika saja dunianya adalah dunia fantasi, Sonya akan langsung menerbangkan cewek-cewek itu menggunakan ketapel raksasanya.

Hening di tengah keramaian.

Tanpa di duga olehnya, Sonya merasa ada seseorang yang sedang berdiri di depannya. Bayangan itu terlihat menutupi jus alpukatnya sehingga membuat Sonya penasaran dan berpikir gunung aktif telah muncul di depannya.

Sonya mengangkat kepala untuk melihatnya. Baru sekali tatap, ia merasa sangat terkejut menyadari Alrez lah yang sudah berdiri di depannya.

Dengan cepat, Sonya segera menjauh dari kursinya dan menatap Alrez dari jarak yang lumayan jauh, seperti dua tebing yang terpisah karena gempa. Wajah Sonya terlihat ketakutan, bertanda bahwa dirinya masih belum bisa melupakan kejadian dua bulan lalu. Alrez sendiri merasa tidak enak dan langsung mengalihkan perhatiannya. Seketika, pertemuan mereka berdua menjadi sorot perhatian semua orang yang ada di kantin.

Bahan yang sempurna untuk seseorang yang hobi menggosip di sekolah.

”Maaf, membuatmu takut.” ucap Alrez sembari mengusap leher belakangnya. ”Sampai sekarang pun, aku masih takut berbicara denganmu. Aku ke sini, cuma ingin memberikanmu ini.”

Alrez menunjukkan sebuah boneka beruang coklat kecil yang di sembunyikan di belakang punggungnya. Wajah Alrez memerah karena malu. Setiap kali dia berhadapan dengan Sonya, dia selalu terlihat seperti orang lain.

”Aku mau kamu menerima ini. Jadi, aku letakkan di sini saja.” Alrez meletakkan bonekanya di atas meja. Dia masih menatap Sonya yang tampak ketakutan. Setelah itu, dia pun berjalan cepat pergi meninggalkannya dan kembali ke kelasnya.

Sonya tak mengerti mengapa Alrez melakukan ini. Jika tujuannya adalah meminta maaf, Sonya sudah memaafkannya sejak dulu. Hanya saja, dia masih takut berhadapan dengan Alrez sendirian. Ini adalah kali pertama Alrez menatap Sonya dengan tatapan tulus seperti itu semenjak mereka berdua berpisah.

Boneka beruang coklat itu terlihat imut sekali dengan hati yang ada di depan perutnya dan pita merah di lehernya. Sonya mengambil boneka itu dari atas lantai setelah terus menatapnya selama beberapa saat. Dia memperhatikannya dari jarak dekat dan tepat di belakang punggung beruang itu, terdapat sebuah gulungan kertas kecil yang terselip di antara jahitan.

”Kenapa Alrez melakukannya?.” batin Sonya. Dia menyimpan gulungan kertas itu ke dalam saku seragamnya lalu, berjalan meninggalkan kantin dengan seluruh tatapan yang masih mengarah padanya.

...~o0o~...

”Ah! Bodoh sekali! Untuk apa aku melakukannya?!” Alrez terlihat sangat malu di kelasnya bahkan dia menggunakan tasnya untuk menutupi wajahnya.

Kali ini dia merasa tidak memiliki wajah. Sudah melukai perasaan Sonya dan dia malah memberikan sesuatu untuknya sebagai permintaan maaf. Ah! Lagipula, tidak ada salahnya memberikan dia hadiah kecil untuk berbaikan. Lagipula, Alrez tak akan meminta Sonya untuk kembali padanya.

”Alrez! Tumben nggak bolos kelas.” ucap Dea, teman sekelas Alrez sekaligus cewek yang sudah bersamanya sejak SMP. Cewek dengan kepang dua ini, memang terlihat tomboi dari cewek biasanya. Namun, jarang ada yang tahu kalau dia diam-diam menyimpan perasaan pada Alrez.

”Emangnya kenapa? Aku masih betah di sini.” ucap Alrez dengan posisi yang sama sehingga suaranya tidak begitu terdengar.

Dea mengambil paksa tas Alrez meski harus saling tarik-menarik sampai akhirnya Alrez menyerah. Dea menatapnya dengan menilai sekaligus penuh dengan kecurigaan.

”Apa-apaan sih kamu!” bentak Alrez yang langsung meringkuk di atas meja. Dia tidak mau ada seorang pun yang melihat wajahnya saat ini.

”Alrez, kayaknya kamu masih menyimpan perasaan ke Sonya.”

”Emangnya kamu tahu apa?! Masalah ini, aku aja yang menyelesaikannya!”

”Aku tahu kok. Kamu masih punya perasaan ke Sonya. Tapi, emangnya Sonya masih punya perasaan ke kamu? Dia kan sudah memiliki Fahruz. Dan aku lihat pagi tadi, dia lagi jalan sama Aratha. Lama-kelamaan, posisi kamu juga bakalan tergantikan.”

Alrez mengangkat kepalanya dan berpikir. Dia menganggap ucapan Dea ada benarnya juga. Sonya orang yang mampu mengikat siapa pun bahkan Alrez yang selalu mendapatkan penilaian buruk di mata orang-orang. Sonya juga orang yang membuat hatinya melunak. Karena itu, dia berusaha untuk mendapatkannya lebih dulu.

Alrez mengangguk kesal, membuang pandangannya ke arah jendela. ”Aku tinggal mengambilnya lagi. Cowok itu nggak pantas dapat cewek kayak Sonya.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!