Jingga Untuk Aratha

Jingga Untuk Aratha

Bab. 01 - Aratha Itu Orangnya,...

...Kamu datang dikala sepi....

...Tetapi, kamu bukan tamu yang dinanti....

...Uluran tanganmu membuatku bahagia....

...Namun, duniaku tetap berwarna jingga....

...Aku tak pandai berteman....

...Aku tak terbiasa bergandengan tangan....

...Tetapi, denganmu aku merasa damai....

...Seolah kamu datang membawa pelangi di tengah badai....

...~o0o~...

Di atas sebuah panggung, sebaris anak-anak SD berdiri bersama dengan orang tua mereka. Sebuah acara perpisahan tergelar sebagai ucapan selamat untuk para pelajar SD Tunas Mutiara yang lulus tahun ini. Mereka semua tampak bahagia dengan memakai toga wisuda layaknya anak kuliahan. Di antara semua tawaan dan nyanyian merdu mereka, ada satu anak perempuan yang berdiri di barisan belakang dengan wajah sedihnya.

Suram.

"Katanya anak itu baru saja kehilangan Ibunya. Dia meninggal karena penyakit jantungnya yang sudah sangat parah. Apalagi, Ibunya itu juga menurunkan penyakitnya pada anaknya sendiri."

"Kasihan sekali. Lalu, dimana Ayahnya? Apakah dia tidak ada di sini?"

"Ayahnya sibuk bekerja di Jakarta dan dia hidup bersama tetangganya. Nggak ada yang mau menggiringnya ke panggung. Katanya dia nggak mau ke sana selain bersama Ibunya."

"Kalau gitu, kita nggak bisa berbuat apapun untuknya. Apa kita harus membiarkannya di sana terus?"

"Jangan berbicara tentangnya! Bisa saja dia mendengar ucapan kita."

Orang-orang itu langsung pergi meninggalkannya. Mestinya dia merasa sunyi karena tak ada seorangpun yang menggandeng tangannya menuju panggung di saat semua orang sudah pergi meninggalkannya.

Tak ada yang mengerti.

Seperti bulan yang menggantikan matahari saat sudah tenggelam, ada satu anak laki-laki yang mengulurkan tangan untuknya dan mengajaknya pergi bersama ke panggung. Dia orang pertama yang mengajaknya tersenyum bersama.

"Kemarilah. Kamu tidak akan pernah sendirian lagi."

...~o0o~...

Lima tahun kemudian, Tangerang, Bulan September, musim hujan.

"Haha! Target sudah terkunci! Tubuh bagus untuk dijadikan tokoh seorang Pangeran." ucap Sonya, seorang siswi SMA yang memiliki rambut hitam sebahu dan sorot mata yang selalu memburu. Saat ini, dia sedang bersembunyi di balik pohon dengan sebuah kamera yang siap memotret sosok cowok berbadan bagus tak jauh di depannya.

Sudah sejak lama Sonya begitu memperhatikan sosok Aratha yang katanya dingin seperti patung es, sulit didaki seperti gunung Everest bahkan sebelum ketua klub Drama memintanya untuk mencarikan seseorang yang pantas dalam pementasan drama bulan ini.

Dia sudah mencoba memotretnya berulang kali tanpa sepengetahuan Aratha meskipun dia sendiri tidak tahu cara menyimpan hasil fotonya. Sonya tahu, rasanya sangat percuma memiliki kamera jika dia saja tidak bisa menggunakannya.

Sonya terlihat fokus pada sosok Aratha. Lalu, tiba-tiba pukulan keras dari seorang cowok mendarat di pundak Sonya sampai membuatnya terkejut."DORR! Sonyaaa! Kamu ngapain?!" teriak Fahruz, teman sekaligus tetangga Sonya.

Sonya langsung panik ketika Aratha hendak menoleh ke belakang setelah mendengar teriakan Fahruz. Dengan gerakan secepat kilat, Sonya menutup mulut Fahruz dan bersama, mereka berdua bersembunyi di balik pohon yang sempit.

"Bisa diam nggak? Kamu minta aku menyumpal mulutmu dengan kaos kakiku?" Sonya menatap Fahruz jengkel. Siapapun bahkan bisa melihat urat kepala Sonya menonjol keluar.

"Memangnya aku salah? Sudah menjadi tradisi ku menyapamu seperti ini dan memergokimu melakukan kesalahan." bisik Fahruz.

"Tapi, kamu nggak harus teriak 'kan?!" bentak Sonya. Dia kemudian teringat pada Aratha yang mungkin saja masih berdiri di tempat yang sama. Karena itu, dia mencoba melihat ke belakang dengan hati-hati. Dan dia tidak melihat keberadaan Aratha. Padahal dia hanya beralih selama beberapa detik saja dan dia sudah menghilang seperti harapan.

"Gagal! Padahal tadi itu posenya sedang bagus sekali." gumam Sonya kecewa karena tak melihatnya.

"Kayaknya kamu tergila-gila sekali sama Aratha. Memangnya apa bagusnya dia? Cowok dingin, jarang ngomong, melakukan apapun serba sendirian kayak orang autis!" celetuk Fahruz berdiri di sebelah Sonya. Wajahnya terlihat tak bersalah sama sekali meski ucapannya sungguh pedas.

Sonya menatapnya kesal lalu bertanya, "Memangnya kamu bisa lebih baik dari dia?!"

"Hah? Kamu berani bandingin aku sama dia? Aku ini tipe cowok populer yang bersahabat! Siapapun bisa berbicara denganku! Aku bahkan dengan senang hati menerima hadiah apapun untukku!" ketus Fahruz dengan percaya diri.

Sonya memutar bola matanya. Kekesalan itu seolah berubah menjadi rasa heran yang tak terduga. "Kayaknya cuma perasaanku aja. Kamu ngomongnya kayak cemburu sama Aratha. Kamu nggak pengen aku suka sama dia?" Sonya mengejek.

Kedua pipi Fahruz langsung memerah seperti habis ditonjok. Rasanya asap putih keluar dari dua lubang telinganya karena rasa malu yang tak terbendung. "Haha! Jangan membuatku ngakak sampai kena serangan jantung! Mana mungkin aku menghalangi mu! Kamu berusaha membandingkan ku dengan Aratha. Mana mau aku dibandingin sama dia!" Fahruz tertawa keras, nyaris menyamai suara klakson bus.

"Siapa yang membandingkan kamu? Ge-er banget kayaknya. Lagian kamu duluan yang bilang Aratha itu autis. Aku kan cuma membelanya. Apa mungkin kamu nggak suka sama Aratha? kalian berdua musuhan sejak lahir?" Sonya semakin curiga dengan isi pikiran Fahruz.

"Kamu ini berusaha memojokkanku ya?! Memangnya aku melarang? Kalau aku marah, seharusnya aku nggak mau bicara denganmu seperti ini! Pergilah sama cowok itu! Aku sama sekali nggak keberatan! Aku ikhlas! Aku merestui kalian berdua!"

Sonya mengalihkan perhatiannya dengan abai. Dia kemudian berkata, "Ya sudah. Terserah! Sampai sapi bertelur pun aku nggak akan berhenti berdebat denganmu."

...~o0o~...

Jam istirahat adalah jam yang paling di tunggu-tunggu di hari yang cerah agak mendung ini. Kebetulan sekali, hari ini ada diskon besar-besaran di warung mie instan. BELI SATU GRATIS SATU PLUS TELOR CEPLOK! Semua siswa yang ada di dalam kelas secara serempak berlarian ke kantin dan saling dorong mendorong bak berebut sembako murah.

"Bibi! Mie kuah pakai telor sepuluh!"

"Nggak pakai sambal!"

"AHHH! MINGGIR KAMU! PAK KETOS MAU LEWAT!"

"Aduh, sepatuku diinjak-injak padahal baru dicuci. Aku nggak bisa bergerak juga." batin Sonya, heran di antara kerumunan orang-orang yang saling berhimpitan di depan warung. Wajah Sonya nyaris terlihat bonyok setelah terjepit pundak dan siku teman-temannya sendiri. Tubuhnya juga di dorong ke sana kemari seperti berada di tengah ombak pantai selatan.

Di sisi lain, Fahruz sepertinya sangat menikmati pemandangan ini. Dia duduk di kursi kantin sembari memperhatikan Sonya yang terhimpit, tenggelam, seperti gerombolan ikan sarden yang tertangkap jaring.

"Sonya! Jangan lupa titipanku!" teriak Fahruz dari barisan belakang.

"AHH! FAHRUZ! TOLONG!" teriak Sonya.

Fahruz tertawa kecil melihat lambaian tangan Sonya diantara orang-orang kemudian dia terdiam selama beberapa saat. Dari tempat yang sama, dia merasa ada seseorang yang dikenalnya saat ini. Cowok yang baru saja berjalan memasuki kantin, terlihat sedang memandangi sekitar seperti sedang mencari seseorang.

"Dia kan Alrez. Mantannya Sonya. Ngapain dia ke sini?" batin Fahruz sembari memperhatikan Alrez. Dari lirikannya dan gerakan kepalanya, Alrez sepertinya sedang mencari Sonya. Dia tahu kalau Sonya sangat menyukai mie. Karena itu, pandangannya tidak lepas dari kerumunan berhimpitan di depan warung.

Alrez dan Sonya memang pernah bersama. Namun, untuk waktu yang sangat singkat. Ketika Alrez menampar wajah Sonya hanya karena sebuah gosip, saat itulah Fahruz datang dan memisahkan mereka. Sonya sangat takut bertemu dengannya meski hanya untuk menatap matanya sekilas. Dan siapa yang tidak mengira, Alrez datang kembali padanya setelah berani menyakitinya.

Fahruz melangkah menghampiri Alrez untuk memastikan sesuatu. Dia kemudian berhenti di depan Alrez sembari menatapnya dengan kesal. "Mau apa kamu ke sini? Kayaknya kamu nggak ada niat buat beli sesuatu di sini." tanya Fahruz serius.

"Memangnya kenapa? Bukan urusanmu!" ketus Alrez.

"Kamu mau ketemuan sama Sonya, kan? Kamu pikir dia nggak bakalan ingat kejadian dua bulan lalu?"

"Kamu itu siapanya? Kamu bahkan nggak pernah jadi orang istimewa baginya."

"Setidaknya aku nggak pernah main tangan sama perempuan."

"Oh, ya? Lalu, apa yang kamu lakukan pada Ibumu sendiri? Dia sedang ada di rumah sakit kan? Katanya kamu punya gangguan perilaku. Jadi kamu melukai Ibumu sangat parah sampai-sampai harus dibawa ke rumah sakit. Siapa yang lebih sadis di sini?”

Fahruz berhasil dibuat kesal olehnya. Dengan berani Alrez mengungkapkan masa lalunya di depan semua orang yang tak mengetahui apapun. Memang benar, Fahruz pernah melukai Ibunya sendiri setelah dia dicampakkan oleh cewek yang disukainya. Terlebih, dia melakukan itu secara sadar tanpa tahu Ibunya sudah tergeletak di lantai dengan kepala mengeluarkan darah.

Tangan Fahruz yang terus mengepal, langsung meluncur ke wajah Alrez di depannya. Dengan cepat, Alrez langsung menghindar dan berbalik menyerang Fahruz menggunakan tendangannya. Serangan itu tak sampai mengenai Fahruz yang sudah lebih dulu melangkah mundur untuk menghindarinya. Siapa sangka, hanya dalam beberapa detik saja, mereka sudah berhasil mengundang perhatian semua orang dengan aksi mereka yang memukau, nyata di depan mata mereka.

"Kamu pikir, dengan cara ini kamu bisa bertemu dengan So-

Suara botol minuman terjatuh ke lantai terdengar secara tiba-tiba dan langsung membuat Fahruz menghentikan ucapannya. Fahruz dan Alrez menatap ke arah suara dan mereka melihat Sonya yang berdiri dengan penuh ketakutan dan tekanan sembari memegang pipinya sendiri. Ingatan buruk tentang dia dan Alrez kembali menggema dalam pikirannya seperti nyamuk yang masuk ke dalam telinganya.

Fahruz terlihat khawatir. Dia langsung berjalan menghampiri Sonya. Dan Sonya sudah lebih dulu berlari pergi meninggalkan mereka berdua tanpa mendengarkan penjelasan apapun. Fahruz awalnya ingin mengejar. Namun, sepertinya ini adalah saat yang tepat untuk membiarkannya sendiri.

...~o0o~...

Sonya berlari kabur melewati koridor kelas dengan kepala menunduk ke bawah sampai-sampai dia tidak sengaja menabrak beberapa orang yang melintas.

Kalimat sumpah serapah yang mereka katakan, tak menjadi penghalang bagi Sonya untuk berlari menjauh.

Sonya masih tidak bisa melupakan kejadian dua bulan lalu. Saat itu Alrez yang cemburuan marah karena Sonya berjalan bersama cowok lain. Setelah itu, muncul sebuah gosip yang membicarakan hal buruk tentang Sonya dan cowok tadi. Karena itu, Alrez yang mudah terpengaruh dengan kata-kata yang tidak pasti langsung menampar wajah Sonya saat mereka bertemu.

Karena tidak melihat jalan, Sonya tak sengaja menabrak seseorang yang juga sedang berjalan di depannya. Mereka bertabrakan begitu keras sampai-sampai membuat Sonya melangkah mundur darinya.

"Mata kamu ditaruh di dengkul? Kamu nggak pernah lihat-lihat kalau jalan?" ketus seorang cowok di depannya.

Sonya mengangkat kepalanya dan menatap Aratha, sedang berdiri di depannya. Melihat Aratha, membuat Sonya teringat pada Fahruz yang masih berada di kantin. Dia juga pergi meninggalkan makanannya di sana dan itu membuatnya sangat sedih. Mulanya dia hanya meneteskan air mata. Lalu, tanpa diduga olehnya, Sonya tiba-tiba menangis histeris di depan Aratha seolah menjadikan Aratha seperti orang yang sudah membuatnya menangis.

"Eh? Kamu kenapa nangis? Aku kan cuma tanya. Nggak usah pakai drama!" Aratha mulai panik saat perhatian semua orang tertuju padanya dengan tatapan curiga.

"Kasihan sekali. Dasar cowok brengsek! Bisanya hanya membuat gadis menangis." bisik seseorang.

"Hidupnya pasti sangat berantakan sampai-sampai dia berani melakukannya." bisik yang lain.

Aratha menghela nafas saat mendengarnya. Dia tidak pernah mengira akan mendapatkan kejutan yang sangat tidak terduga bahkan luar biasa di sekolahnya padahal, baru beberapa bulan dia pindah ke sini.

Sungguh awal yang berat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!