"Menarik," gumang pria itu. "Berterima kasihlah karna aku masih membutuhkanmu. Bawa dia ke kamar dan dandani ia secantik mungkin. Jangan sampai penampilannya yang kampungan itu terlihat," perintah pria itu pada anak buahnya yang langsung dijawab iya.
"Hei! Apa yang mau kau lakukan padaku?!! Lepaskan aku!!" bentak Lina sambil memberontak.
"Diam! Jangan melawan!" bentak mereka lebih garang dari Lina.
Di ruang kamar lantai tiga suatu rumah mewah, Lina di dorong begitu saja dengan kasar masuk kesana, lalu mereka menggunci pintu.
"Hei! Lepaskan aku!! Keluarkan aku dari sini!" teriak Lina sambil menggedur pintu dengan keras. Tidak ada jawaban sama sekali.
"Nona mohon berhentilah berteriak," ujar seorang pelayan dibelakang Lina.
Lina menoleh ketika mendengar suara seseorang di belakangnya. Terlihat dua orang pelayan wanita menunduk anggun padanya.
"Sejak kapan kalian ada disana?"
"Mari, kami akan mendandani nona," kata pelayan yang satunya.
"Berdandan? Aku tidak mau!" bentak Lina menolak.
"Mohon nona jangan menolak. Ini perintah langsung dari tuan muda."
"Jika perintah ini gagal maka nyawa kami jadi taruhannya."
Lina tidak berdaya melihat wajah sedih kedua pelayan tersebut. Ia tidak mau ada orang lain mati karna dirinya. "Aah, baiklah."
Dengan terpaksa Lina mau di dandani oleh dua pelayan tersebut. Selesai mandi dengan peralatan dan produk kecantikan lengkap, Lina tidak perna merasah sesegar ini. Kulit tubuhnya terasa lembut begitu disentuh. Ia keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk kimono saja dan satu handuk lagi melilit diatas kepalanya. Dua pelayan itu mulai membantu Lina berpakaian. Gaun panjang berwarna merah dengan renda bunga mawar berwarna hitam begitu elegan ketika Lina memakainya. Kini kedua pelayan itu beralih menata rambut Lina kemudian merias wajahnya.
Diselah-selah waktu dirias, Lina menyempatkan diri bertanya pada dua pelayan tersebut, siapa gerangan pria yang mereka panggil tuan muda itu? Seberapa berkuasanya ia? Mendengar jawaban dari dua pelayan tersebut membuat Lina sangat terkejut. Ternyata pria itu adalah Daniel Alcander Flors, seorang CEO muda dari perusahan Flors yang sangat dikenal misterius. Tidak, bukan identitas itu yang membuat Lina terkejut, tapi melainkan identitas tersebunyi keluarga Flors.
Sebagian orang yang tahu tentang tindak kejahatan dunia bawah tanah atau biasa disebut dunia para Mafia. Pasti tidak asing dengan tiga kelompok mafia terbesar dan terkejam di ibu kota serta wilayah sekitarnya. Menurut rumor yang beredar mengatakan bahwa keluarga Flors itu merupakan salah satu dari tiga kelompok mafia tersebut. Habislah sudah kali ini Lina. Kenapa ia dipertemukan dengan lawan paling sadis ini. Hancurlah kehidupan damainya selama ini. Bagaimana ia menjalani hari-hari dari sisa hidupnya?
Hampir satu jam akhirnya selesai juga. Penampilan Lina berubah drastis. Kini ia terlihat seperti putri dari keluarga ternama. Kecantikan Lina alami. Dua pelayan itu cuman menggunakan riasan tipis pada wajah Lina. Daniel datang untuk melihat hasil kerja dua pelayan tersebut. Ia bergitu terpanah melihat kecantikan Veliana. Cukup lama ia memandangi Lina tanpa berkedip sampai ia tersadarkan oleh suara pelayan wanita itu.
"Perintah tuan muda sudah selesai dilaksanakan," ujar pelayan tersebut sambil membungkuk.
"Ehm, Lumayan. Kalian berdua boleh pergi," kata Daniel sambil memalingkan muka.
"Baik. Izin meninggalkan tempat," kata kedua palayan tersebut berbarengan.
Ia tidak mau ada yang tahu kalau seorang CEO yang dikenal dingin serta tidak perna melirik wanita manapun dan juga seorang mafia kejam sepertinya mala terpersona oleh kecantikan gadis kuliahan di depannya ini. Itu membuat Daniel malu.
"Untuk apa kau mendandaniku seperti ini?" tanya Lina dengan hati-hati tapi masih ada kekesalan di wajahnya.
"Menurutmu?"
Daniel berjalan mendekat ke Lina dengan kedua tangannya ada di saku celanannya. Tanpa sadar Lina mundur sampai dinding kamar itu menghalangi. Daniel membungkukkan badannya lalu berbisik di telinga Lina.
"Aku mau melakukan apa padamu itu terserah aku. Gadis kecil sepertimu mamang punya pilihan?" Daniel mengangkat wajahnya menatap lurus mata Lina.
Lina tidak menjawab sama sekali. Kepalanya dipenuhi pertanyaan, apa pria ini akan melakukan sesuatu hal yang buruk padanya? Dijual, diasingkan, disiksa secara kejam dan banyak lagi kemungkinan aneh yang terlitas di otaknya. Daniel tahu kekhawatiran yang dipikirkan gadis kecil di hadapannya ini. Ia merasa tidak tega membuat wajah manis itu begitu ketakutan.
"Jangan takut. Aku cuman mau memintamu menjadi kekasih palsuku di pesta keluargaku malam ini," ujar Daniel berbalik pergi.
"Malam ini?"
Lina berlari benuju pintu kaca balkon yang terkunci. Ia baru sadar kalau hari telah berganti. Sudah berapa jam ia tidak sadarkan diri di ruang bawah tanah tadi?
"Jam berapa sekarang?" tanya Lina yang tidak berharap jawaban.
"Jam 14.39. Aku akan pergi sebentar, kujumput kau sore nanti. Oh, iya, jangan perna berpikir untuk kabur karna itu mustahil untuk dapat kau lakukan."
Lina menoleh dan melihat Daniel sudah hilang. "Cih, baik. Aku tidak akan kabur tapi jangan salahkan aku kalau aku porak-porandakan dapurmu. Aku lapar sekali."
Lina berjalan mengendap-endap keluar dari kamar. Di tolehnya kanan dan kiri, tidak ada siapa-siapa di lorong. Hm, baguslah. Lina turun ke bawah menuju dapur. Sepanjang jalannya ia tidak menemukan satu orang pun. Aneh, kemana semua orang? Tidak mungkin rumah sebesar ini tidak ada orang, kan? Bahkan dua pelayan tadi juga menghilang. Lina terkagum-kagum dengan kemegahan rumah ini. Bangunan yang begitu besar bernuansa futuristik dan elegan. Memang cocok untuk pria dingin seperti Daniel.
Di dapur ia tidak menemukan makanan apapun, dalam lemari, kulkas dan dimanapun tidak ada. Ya sudah buat saja. Dengan menggunakan bahan yang ada, Lina membuat kue jahe. Ia sudah lama ingin makan kue jahe namun tidak sempat membuatnya. Kue jahe adalah makanan favoritnya. Dalam ingatan samar, ibunya dulu sering membuatkan kue jahe setiap ulang tahunnya. Karna itu ia bersikeras minta diajari Ramona membuat kue jahe.
Waktu tak terasa berlalu begitu cepat. Karna terlalu asik memasak kue jahe Lina sampai lupa sekarang ini ia sedang ada dimana. Ia terlalu menikmati waktu memasaknya dan telah membuat kue jahe yang cukup banyak. Setelah mengisi perutnya dengan beberapa potong kue, Lina menyimpan sebagian kue jahe itu dalam kotak bekal makanan dan sisanya baru hendak ia simpan dalam lemari Daniel datang dengan raut wajah marah.
"Apa aku ada berbuat salah?" pikir Lina.
"Aku dari tadi berteriak memanggilmu!! Ternyata kau ada disini. Apa kau tidak bisa duduk diam saja menuruti perintahku?!! Apa kau tidak takut kalau aku bisa saja memotong kakimu?!!"
"Tapi aku..."
"Sudahlah, cepat ikut aku ke mobil! Kita berangkat sekarang!!"
Daniel melemparkan tas merah bermerek ternama pada Lina yang seketika ditangkap mulus olehnya. Dengan wajah cemberut Lina tanpa sadar memasukan kotak bekal makanan yang berisi kue jahe itu masuk dalam tas tersebut. Lina bergegas berlari mengikuti Daniel sebelum ia marah lagi. Tidak ada percakapan diantara mereka di dalam mobil tersebut. Bahkan Daniel tampak memejamkan mata selama perjalanan.
"Apa ia tertidur? Kalau diperhatikan, ia terlihat lembut juga. Sadarlah Lina! Dia itu pria brengsek yang telah menghacurkan hidupmu."
Di dalam mobil Lina dilandah kebingungan bagaimana cara menghadapi semua orang di pesta keluarga besar. Apa ia harus terlihat seperti gadis mandiri yang kuat, atau bersikap malu-malu saja seperti gadis kecil yang polos? Em... Bagaimana cara bersikap seperti gadis yang berasal dari keluarga terhormat? Aah...! Jika ia mempermalukan diri sendiri di acara keluarga Flors tamat sudah riwayatnya.
"Santai saja. Bersikap lah seperti dirimu," kata Daniel tiba-tiba membuka mata lalu melirik tajam pada Lina.
"Apa benar ia tertidur tadi? Bagaimana ia menebak kekhawatiranku?" pikir Lina.
Tak lama mobil memasuki halaman depan rumah yang luas. Para pelayan berbaris menyambut kedatangan mereka. Daniel keluar dari mobil sambil menggadeng Lina seperti pasangannya yang sesungguhnya. Perasaan Lina seketika gugup. Tubuhnya mulai gemetar begitu melangkah masuk rumah mewah tersebut. Di dalam sana mereka disambut pemandangan indah sebuah pesta kelas tinggi. Lina sedikit teperangak ketika melihat interior dan eksterior rumah yang begitu mewah, semuanya kelas tinggi dan ada juga antik. Tamu undangan yang hadir juga adalah para keluarga tersohor, CEO-CEO perusahaan besar dan orang-orang terkenal lainnya. Lina merasa kecil berjalan diantara orang-orang besar tersebut.
"Tetap di dekatku, jangan kemana-mana. Jika kau mengacau aku akan membunumu!" bisik Daniel dengan ancaman tampa melirik Lina.
"Bisa tidak kau bicara jangan selalu mengancam ku? Aku semakin takut tahu."
"Lakukan saja apa yang aku katakan."
"Cih," Lina memalingkan wajahnya dengan ekspresi cemberut.
Namun bagi Daniel yang melirik itu ia terlihat begitu imut. "Tersenyumlah. Nanti orang berpikir aku menidasmu."
"Kau memang menindasku," gerutu Lina dalam hati. Ia mencoba untuk tersenyum sebisa mungkin.
"Daniel, putra ibu akhirnya kau datang," sambut seorang wanita ketika melihat mereka menghampiri.
"Selamat malam ayah, malam ibu," kata Daniel sedikit menunduk memberi salam.
"Oh... Siapa gerangan gadis cantik di belakangmu ini?" tanya ibu Daniel yang bernama Briety begitu melihat Lina.
"Dia kekasihku."
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Alejandra
Agak kesal, bukankah dia seorang psycopat. Kenapa harus takut sich...
2023-11-26
1
Arin
buknya peran Lina itu pembrni y...ap mngkin dia hnya lagi pura"aj,semoga aj iy
2023-06-30
4
icha
lina kok jd penakut gt,pdhl kan ceritanya ttng wanita kuat .jd mls baca
2023-04-01
3