Sampai di rumah jam 9 malam, Lina menuntun sepedanya masuk ke rumah. Hari ini cukup melelahkan baginya. Pelanggan yang berkunjung pada malam hari begitu ramai dari biasanya. Ia melemparkan tasnya ke tempat tidur bersamaan dengan tubuhnya sekalian. Lina berbaring di kasur melepas lelah. Matanya terasa berat sampai-sampai ia malas untuk bangun setidaknya hanya sekedar mencuci wajahnya sendiri dari riasan tipis. Lina tertidur dengan posisi kaki masih menginjak lantai.
Jam 01.48 Lina dibangunkan dengan suara seseorang menerobos masuk ke rumahnya. Dengan hati-hati Lina memeriksa siapa itu. Berbekal pisau dapur di tangannya, Lina berjalan pelan menuju pintu. Sampai di depan pintu ia mendapati seorang pria tergeletak disana tidak sadarkan diri.
"Bagaimana pria ini bisa masuk? Apa aku lupa mengunci pintu lagi?"
Dengan memberanikan diri Lina memeriksa pria itu. Dibaliknya tubuh pria itu yang terjatuh tengkurap di lantai. Ada luka tembak di lengan kirinya yang masih mengalirkan darah dan beberapa luka sayatan pisau tersebar di sekujur tubuhnya. Lina menatapi wajah tampan pria tersebut. Ini adalah bentuk sempurna dari ketampan seorang pria.
"Sadarlah Veliana. Lebih baik kau selamatkan dia dulu. Sangat disanyangkan jika wajah setampan ini mati, kan?"
Lina berusaha mengangkat pria itu ke tempat tidur. Tidak bisa, tubuhnya terlalu kecil untuk memindahkannya. Hal hasil ia terpaksa mengobati luka pria itu di lantai saja. Lina mengeluarkan semua peralatan yang ia butuh kan seperti gunting, jarum dan benang untuk menjahit luka, alkohol untuk membersikan luka, perban, pinset dan lainnya. Sebagai calon seorang dokter masa depan ia harus dengan serius mengobati pasien dihadapannya. Hampir setengah jam akhirnya selesai juga. Semua luka di tubuh pria itu sudah dibersihkan dan diperban. Lina membereskan semua peralatannya dan membersikan semua darah yang berceceran di lantai. Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya dan membersikan pendarahan di hidungnya. Roti sobek pria itu terlalu menggoda sampai ia mimisan.
Bingung bagaimana cara memindahkan pria ini, Lina menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal. Tidak mungkin ia membiarkannya tergeletak di lantai yang dingin. Lina berusaha sekuat tenaga menarik pria itu ke sofa. Nafasnya sudah putus-putus ketika baru menyeret pria itu dua meter dari tempat sebelumnya. Huh... Memang tidak mungkin memindahkannya dengan tubuh sekecil Lina. Ketika hendak istirahat sebentar ia tiba-tiba mendengar suara ketukan di pintu.
"Siapa yang bertamu ditengah malam seperti ini?" pikirnya. Ia berdiri mencoba memeriksa siapa itu. Pintu dibuka, empat orang berpakaian jas lengkap menyambutnya.
"Cari dia disini! Bila perlu geleda semuanya!" perintah salah satu dari mereka yang sepertinya pemimpin mereka. Semua anak buahnya itu dengan cekatan menuruti perintah atasannya itu.
"Baik."
"Hei...! Apaan yang kalian lakukan? Kenapa kalian menggeleda rumahku?" bentak Lina tidak terima rumahnya tiba-tiba digeleda orang asing.
"Diam! Atau aku tembak kepalamu," bos mereka seketika menyodorkan pistol ke dahi Lina. Hal itu membuat Lina mengangkat tangannya menatap ngeri pistol itu dan diam seribu bahasa.
"Maaf bos, tidak ada siapa-siapa disini," ujar salah satu anak buahnya.
"Apa mereka sedang mencari pria itu? Tunggu, bukan tadi pria itu masih pingsan di lantai? Kemana hilangnya dia? Aah... Terserahlah, untung aku sudah membersikan semua darah yang ada jadi mereka tidak curiga kalau aku telah menyelamatkan orang yang mereka cari," batin Lina.
"Sudahlah, ayok pergi. Kita cari di tempat lain," bos mereka itu menyimpan kembali pistol nya dibalik jas hitamnya lalu melangkah pergi di ikuti anak buahnya yang lain.
"Maaf membuatmu takut," kata salah satu anak buahnya yang terakhir meninggalkan rumah Lina.
"Pria yang satu itu cukup baik," pikir Lina sambil menutup pintu.
Lina kembali ke kamarnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ia tidak mau memusingkan apa yang terjadi barusan. Pria yang baru saja ditolongnya juga sudah pergi dan sekelompok orang tadi tidak mungkin datang lagi. Lebih baik ia melanjutkan tidurnya karna besok masih harus kuliah.
Dua langkah lagi menujuh tempat tidurnya tiba-tiba seseorang menyekap mulutnya dari belakang. Kaget akan hal itu Lina berusaha melawan. Tapi percuma, tubuhnya terlalu kecil untuk menggapai pria itu. Lalu pria tersebut membantingnya ke tempat tidur. Lina meringis kesakitan ketika tubuhnya menghantam tempat tidur dengan keras. Tidak sampai disitu, pria tersebut kemudian merangkak di atas tubuh Lina. Ternyata selama ini pria tersebut bersembunyi dibalik pintu kamar mandi.
"Apa yang mau kau lakukan?!! Menjauh lah dariku!" bentak Lina sambil merontah melepaskan diri.
Pria tersebut tidak terusik sama sekali dengan perlawanan Lina. Ia mulai mengecup leher Lina terus menjalar sampai ke kuping. Nafas yang panas begitu terasa di kulit Lina membuatnya merinding. Lina tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya dicengram kuat oleh salah satu tangan pria itu, terangkat ke atas. Sedangkan tangannya yang lain mulai bermain dibalik bajunya. Lina menggigit bibi bawahnya menahan erangan yang hendak keluar saat pria itu mulai meremas buah dadanya.
"Kau harum sekali," bisik pria tersebut di telinga Lina yang merah.
"Lepaskan aku! Ah...!" nada itu berhasil keluar ketika pria tersebut berhasil menggigit apa yang dimainkannya. "Ada apa dengan pria ini? Kenapa ia begitu bernafsu? Ia bahkan tidak memperdulikan lukanya. Tunggu, nafas yang panas ini... Ia sepertinya diberi... Obat perangsang!" pikir Lina.
"Kau rasanya manis," pria itu berani menjilati leher Lina.
"Kau terpengaruh obat perangsang. Aku seorang dokter. Aku dapat membantumu. Tolong lepaskan aku," pinta Lina dengan susah payah. Tubuhnya mulai mengikuti permainan pria itu.
"Obat perangsang? Aku tahu obatnya."
Pria itu seketika melepaskan seluruh pakaian Lina, lalu melepaskan pakaiannya sendiri. Lina terperangak atas apa yang dilakukan pria tersebut. Lina kembali berusaha melepaskan diri, namun pria tersebut menduduki pinggulnya yang membuat ia tidak bisa bergerak. Kejantaan pria itu telah menyentuh area sensitifnya membuat ia tidak bisa mengendalikan keinginan tubuhnya. Tubuhnya mulai ikut terangsang oleh setiap sentuhan lembut pria itu.
"Aku akan mulai. Jangan takut, aku akan pelan."
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Lhady Uriyama
langsung mls baca yg beginian, couh
2024-01-09
0
Lhady Uriyama
wanita bodoh len@h, knp gak ditendang aja burungnya
2024-01-09
0
Oi Min
Lina di unboxing ini......semoga benih pria itu g tumbuh.kasihan Lina
2023-11-17
2