...BAB 1 - KEMBALI KE MASA LALU...
...◇◇◇...
Di dalam ruangan yang sepi dan sunyi.
langit-langit yang sudah lama tidak kulihat dan udara segar di sampingku.
'Tidak ... Mungkin??'
...( Kamar tidur )...
Terbaring di tempat tidur, aku perlahan bangkit dan duduk dengan lesu di tepinya. Melihat sekeliling dengan pandangan kosong, aku menyadari ruangan ini dan menatap kedua tanganku.
"Aku kembali," ucapku dengah lelah. Perasaan yang tak terlukiskan dan dalam terukir di jiwaku.
'Bagaimana ini bisa terjadi?' Pikirku heran.
'Kenapa aku ada di sini? Bukankah aku ada di- ugh..' Sekarang aku ingat.
"Sial." Ini tidak masuk akal.
Aku melihat sekeliling dan menatap ke jendela kamarku. Pemandangan desa di kala fajar yang gelap terbentang di luar sana dan udara dingin yang mengalir dengan menyegarkan terhembus ke arahku. Begitu damai dan menenangkan.
"Hahaha.. ha.." Aku tertawa dan sedikit terkejut menyadari bahwa aku telah kembali.
Ingatan buruk yang sebelumnya seakan hanyalah mimpi dan sebuah kenyataan aneh muncul di depanku.
"..."
Aku sekali lagi menatap kedua tanganku dan melirik ke sebelah kanan. Sebuah cermin besar terlihat di sana dan menampilkan bagaimana penampilanku.
Wajah rupawan dengan rambut pirang kecoklatan dan mata hijau cerah yang menatap langsung padaku. Tampak muda dan sejenak membuatku memperkirakan usiaku sekarang.
Seakan ini mimpi yang menjadi nyata, aku terdiam dan cahaya mulai kembali di mataku.
Aku langsung berbaring kembali dan menatap langit-langit kamar yang berdebu. Mencoba menyangkal semuanya.
"Aku benar-benar kembali ... Haa..."
Aku menghela nafas dengan berat, perasaan malas dan mengantuk membuatku ingin kembali tidur dan bermimpi indah. Namun, aku tidak bisa melakukannya.
Mengapa? Itu karena aku berada di sini, di kamar yang membawa kembali kenangan lama.
Ya itu benar, ini adalah kamarku dan ruangan yang sudah lama tidak kukunjungi.
Kenapa? kau bertanya? Jelasnya aku kembali di usiaku 12 tahun yang artinya aku telah kembali ke masa lalu dan menjadi seorang Regressor.
Menarik, bukan? Tentu saja tidak. Ini Berarti, mau tidak mau aku akan menjalankan kembali hidupku setelah kematianku, 12 tahun nanti.
Sungguh aku tidak tahu harus senang atau sedih..
Aku berdiri dari tempat tidur dan berjalan mendekati cermin, di sana tercermin wajahku yang masih muda dan itu memberi ingatan lama.
Jika kuingat lagi, aku hanyalah seorang petualang rank C dan tidak terlalu dapat diandalkan semasa hidupku.
Kau tahu, aku tipe anti sosial. Jelasnya situasi ini tidak membuatku panik. Hanya saja..
"Kurasa ... Aku akan menemui kedua orangtuaku dulu," ucapku menuju lemari pakaian.
Sepertinya reuni lama yang tidak pernah aku bayangkan akan terjadi kembali.
Jadi aku mulai berganti pakaian dan sesudahnya aku pergi keluar kamar dan menuruni tangga ke lantai bawah.
"..."
Aku melangkah dalam diam, setiap langkah terasa berat dan jantungku terus berdetak dengan cepat dengan suara yang menggema di lantai bawah, itu membuat hatiku teriris.
Aku berhenti di tengah jalan dan kegelisahan menyelimutiku. "Gulp ... Ini terasa tidak nyata," ucapku yang kemudian melihat ke tanganku, keduanya gemetaran.
Aku takut untuk menghadapi ini. Aku gugup, bisakah aku melanjutkannya? Perasaan itu terus berputar dan membuatku terhenti.
"..." Dalam diam aku mengingat kembali kenapa aku bisa mati dan berakhir di sini.
Tapi.. --PAAK!
Aku dengan keras menampar kedua pipiku. Maju saja! Jangan takut! Berani melangkah, apapun kondisi di depan aku harus menghadapinya!
Aku bertekad.
Tidak akan menjadi sosok menyedihkan itu, Aku akan berubah.
Lalu, perlahan aku menuruni anak tangga dan menuju ke lantai bawah. Letaknya dekat dengan ruang tamu dan sesaat aku mendekati ruangan, suara-suara yang kurindukan terdengar sekali lagi.
Sudah sangat lama, aku hampir tidak menyangka akan bisa menemui mereka lagi.
"..."
Aku dengan berani melangkah masuk ke ruang makan. Di ruang makan aku bisa melihat keduanya. Ibu bersenandung selagi memasak di dapur dan Ayah yang duduk bersandar di kursi makan dan mengambil makanan di atas meja.
Sambil menunggu, Ayah mengunyah kudapan jamur kering di atas meja.
"...Haha.. ha." Aku memandang mereka diam dan tak terasa senyum terbentuk di wajahku.
'Mereka ... ada di sini..' Mereka hidup..
"Ah, Ren? Jadi kau bangun. Itu tidak biasa untuk melihatmu bangun sepagi ini, Nak," ucap Ayah tersenyum menatapku sementara dia memakan jamurnya lagi.
Aku tertegun mendengar Ayah berbicara padaku dan spontan aku memalingkan wajah darinya.
"Hm?" Melihat responku, Ayah tampak bingung dan wajahku memerah dengan malu. tetapi aku memberanikan diri menatap Ayah yang berbicara padaku. Ini sudah sangat lama, aku sangat merindukannya.
Aku tidak menyangka akan bertemu lagi dengannya seperti ini. Ayah kembali makan, tapi berhenti dan terlihat heran melihatku.
"Hei, ada apa Nak? Kau menangis??" Tanya Ayah keheranan. Ayah berdiri dari kursi dan bingung menatapku.
"Eh?" Aku terkejut mendengarnya. 'Menangis?' bisikku. Menetes dari wajahku, aku menyadari bahwa mataku basah dan seketika aku merasa sangat sedih.
'Apa ini...?' Aku menyentuh wajahku.
"Nak?" ucapnya sekali lagi, dia memberikan jamur kepadaku.
'Tampaknya ... Aku sangat merindukan mereka,' pikirku nyaman.
"Ti-Tidak apa-apa, Ayah. Aku hanya sedikit ... kelilipan! Ya, kelilipan sehabis tidur," ucapku berpura-pura mengusap mata untuk tidak membuatnya khawatir, juga aku mengambil jamurnya. Aku perlu membiasakan diri sekali lagi.
"Makanan telah matang! Ken, apa yang kau lakukan pada anakmu??" Ibu sedang membawa dua piring di kedua tangannya, lalu ketika Ibu melihat ayah dan aku.
Dia meletakkan kedua piring di atas meja dan wajahnya tampak tidak senang melihat ayah yang membuatku menangis. Auranya membuat kami gugup.
"Ti-Tidak apa-apa, Ibu. Kita makan saja dulu, oke?" ucapku dengan tersenyum mencoba menenangkan Ibu.
"Benar! Mari makan!" ucap Ayah yang langsung mengambil makanan di atas meja dan melahapnya.
Ayah mencoba membuat situasi lebih ceria dengan makan duluan, tapi ibu yang melihat tingkahnya itu hanya bisa menghela nafas dan memintaku makan dengan santai.
Kemudian, kami duduk di masing-masing kursi dan makan bersama. Aku mengambil sendok dan menyendok makanan di depanku, sudah lama aku tidak duduk bersama keluargaku.
"Munch.." Aku mengunyah makanan di mulutku.
Sangat enak! Aku sangat merindukan rasa masakan Ibu.
Hari ini, kami semua makan bersama dalam satu meja. Kenangan indah yang sudah lama sekali kulupakan terjadi lagi. Kuharap ini akan berlangsung selamanya.
.........
Di sebuah Padang Rumput luas di luar desa.
Aku tengah duduk beralaskan potongan kayu besar dan melirik kerumunan sapi-sapi yang makan dengan lahap di rerumputan padang rumput.
Saat ini, aku sedang menjaga ternak yang ditugaskan padaku untuk digembalakan. Jadi karena itu aku menjaga sapi-sapi ini agar tidak menjauh dari kawanan.
Sejak awal keluarga kami memiliki banyak hewan ternak dan sering kali aku atau pamanku yang menjaga dan menggembalakannya.
Mengingat kembali, aku hampir tidak pernah melakukan tugas ini saat kecil dulu dan hanya ingin bermain-main saja sampai aku dewasa yang kemudian langsung merantau keluar desa untuk menjadi seorang petualang.
Sungguh ... Jika aku ingat lagi, kenangan itu memang tidak terlalu bagus untuk kukenang. Karena hanya membuatku ingat ketika aku masih payah dalam berpedang.
Begitu menyebalkan.. Guhh..
"Haa.." Aku menghela nafas mengingat ingatan yang buruk itu.
"Hmm?"
Ketika aku sedang berbaring, aku melihat di sisi kiri yang agak jauh, ada seekor sapi yang keluar dari kawanannya dan menuju ke dalam hutan.
Oh, sial..
"Hei, Emna! Mau kemana kau??" Teriakku langsung berdiri dan mengejar sapi itu.
Aku bergegas mengikutinya untuk membawanya kembali ke kawanan.
Hanya saja, jarakku dengan sapi itu lumayan jauh. Karenanya aku memberikan sihir sementara di kedua kakiku agar bisa berlari lebih cepat.
Sesampai di dalam hutan, aku menemukan sapi itu, Emna dan akan membawanya kembali.
Namun, sesuatu yang berkilau di dekat sapi membuatku tertarik.
"Apa ini?" ucapku mengambil benda itu dan melihatnya.
Ketika aku mengambilnya, aku menyadari apa jenis benda itu. Sebuah batu berbentuk kubus dengan berbagai ukiran persegi dan lingkaran yang terlukis secara acak dan tampak kuno.
Itu terlihat seperti batu dengan rune-rune sihir yang terwujud di permukaannya, apa ini katalis sihir?
"Hmm?" Aku menyadari ada permata kecil di tengah kubus itu, jadi aku menyentuh permata itu dan.
Szzzt!!
Tiba-tiba aku merasakan energi sihirku (Mana) terserap ke dalam kubus itu, yang membuatku tercengang.
"Ughh?? Apa yang terjadi?!" ucapku terkejut dan menjatuhkan kubus itu.
Buuk.
"Uhh??" Aku langsung terjatuh dengan kelelahan dan menatap ke kubus yang jatuh dari tanganku itu.
Cahaya putih terpantul dari permata itu dan membuatku merasakan energi sihir dari kubus itu kembali menuju kepadaku yang sebelumnya terserap dariku.
Perlahan aku merasa baikan.
[ Mana Player teridentifikasi. ]
[ Nama Player dibutuhkan. ]
[ Tolong sebutkan Nama anda, Player. ]
"Eh? Eh??" ucapku keheranan.
'Suara darimana itu??'
Suara anorganik yang tiba-tiba membuatku terkejut dan suara itu terdengar mirip dengan pedang sihir dengan intelijen tinggi yang dimiliki seorang petualang Rank S.
'Apa kubus itu termasuk harta suci!? Mirip dengan Holy Sword Victoria??' pikirku kagum.
'Jika itu benar, pasti kubus ini sangat berharga!' ucapku gembira dalam hati.
Aku menatap kubus itu dengan mata berbinar dan berkata "Aku Ren Maulana," ucapku tanpa ragu menjawab suara itu.
Aku menyebut namaku untuk mengetahui apa benar kubus ini adalah harta suci atau tidak.
Lalu, itu menjawab kembali.
[ Nama Ren Maulana telah terdaftar. ]
[ Player Ren Maulana. Selamat telah menjadi The Chosen. ]
Layar muncul di depanku dengan suara anorganik. Layar apakah ini?
Namun, setelah kemunculannya ada keheningan yang amat panjang..
Tidak ada yang terjadi?
Hmm..
Aku menunggu apa ada hal lain lagi yang terjadi. Tapi setelah menunggu lama, tetap tidak ada yang terjadi dengan batu itu.
..? Tidak ada suara lagi? Sebentar..
"Hah?!! Apa maksudmu!! Hei jawab aku!?" Aku membentak batu misterius yang kuambil itu, juga aku merasa seperti sudah gila berbicara dengan batu.
Mengambil kubus itu, aku mengguncangnya dalam kekesalan dan marah. Namun, tetap kubus itu tidak merespon.
Jadi karena batu ini tidak ada respon sama sekali, aku membantingnya dengan kesal ke tanah.
"Geh, apa-apaan tadi itu.." ucapku dengan kesal.
"Moo.." Suara sapi terdengar.
"Ah, benar. Emna, ayo kembali.." ucapku menariknya pergi.
Aku meninggalkan batu kubus itu dan menarik Emna si sapi keluar dari hutan. Namun, batu kubus itu tiba-tiba melayang di sekitarku dan berputar memutariku seakan merespon saat aku berjauhan dengan benda itu.
"Apaan ini??" ucapku agak heran.
[ Konfirmasi. Player dapat menggunakan Supreme Cubic untuk meningkatkan Status Player. ]
"Hah? Apa artinya itu?" ucapku bingung tiba-tiba mendengarnya.
Seakan meresponku, kubus itu bercahaya sebentar dan suara anorganik terdengar lagi.
[ Player akan mampu mendapatkan kekuatan luar biasa. Pertumbuhan Player akan meningkat dan Player akan menjadi sangat kuat. ]
Terdengar menggiurkan, tapi apa maksudnya ini?
"Lalu berikan," ucapku spontan menjawab.
[ Diterima. ]
Suara anorganik terdengar lagi dan batu kubus itu melayang mendekat ke depan wajahku.
Craaak! Terdengar suara retakan dari kubus yang melayang itu, beserta cahaya terang ke arahku dan seketika banyak informasi asing masuk ke dalam otakku.
"Huh??" Aku kebingungan dengan berbagai informasi yang masuk dengan tiba-tiba itu.
Dan tiba-tiba aku merasakan tekanan yang luar biasa melebihi apapun yang pernah aku rasakan, rasa sakit menyebar ke seluruh tubuhku. Berbagai informasi masuk dalam kapasitas yang melebihi daya ingatku.
"!?!?!?!??!?!?" Rasa sakit tak tertahan menusuk ke seluruh tubuhku hingga aku tidak bisa mendengar lagi teriakanku sendiri.
Ini sangat menyakitkan!?
"...Ha.. Ha.." Aku berkeringat banyak hingga membasahi pakaianku.
Lalu, saat rasa sakit itu perlahan mereda. Kubus itu mulai menguap di udara dan cahayanya terbang kepadaku yang lalu menghilang masuk ke dahiku.
[ Selesai. ]
"Huh??" ucapku dengan bingung.
Setelah suara itu menghilang, ada sebuah layar lain atau sebuah kotak persegi tipis berwarna biru transparan melayang di depanku dan menggantikannya dengan teks yang tidak biasa tertulis di layar itu.
Tertulis dalam bahasa kerajaan dan tidak terlalu sulit untuk membacanya.
Awalnya aku heran, tapi menyadari ada kesamaan yang aku tahu.
"Ini sama dengan yang akan tertulis di kartu pribadi Adventureku!" ucapku seketika melupakan rasa sakit dan melihat layar biru dengan antusias.
[ Player Status ]
[ Nama : Ren Maulana ]
[ Gelar : - ]
[ Kelas : Player ]
[ Pekerjaan : Pengembala [1] Koki [2] ]
[ Level 8 ]
[ Kesehatan (HP) : 100/100 ]
[ Kekuatan (Str) : 20 ]
[ Intelektual (Int) : 16 ]
[ Vitalitas (Vit) : 22 ]
[ Kelincahan (Agi) : 12 ]
[ Mana (Mp) : 120/120 ]
[ Skill : - ]
[ Sihir yang dimiliki : Sihir Api dasar (Level 1) ]
[ Kondisi : Sehat ]
"Ini benar-benar mirip dengan yang akan tertulis di kartu pribadi petualangku," ucapku bersemangat.
Aku mengingatnya pernah mencoba mengecek statusku dengan item gulungan status (Scroll of Status Identification) untuk memeriksa lebih lengkap mengenai isi statusku.
Layar itu sangat mirip dengan informasi yang diberikan gulungan status, sekarang aku bisa menggunakannya kapan saja tanpa perlu memerlukan banyak uang ke benda sekali pakai untuk mengecek status.
Bagus, sepertinya aku bisa menjadi lebih kuat. Tapi pekerjaanku ada dua? itu tidak biasa.
Seingatku, aku mendapat pekerjaan sebagai Pendekar pedang saja saat kedewasaan. Lalu, kelasku akan menjadi Petualang secara naluriah sejak aku bergabung di Guild Petualang.
Sepertinya aku mendapat jakpot yang tidak disangka-sangka, aku akan menggunakannya dengan baik!
"Baiklah! Ayo kembali!!" Teriakku dengan bersemangat menarik si Sapi Emna ke kawanannya, lalu bekerja dengan santai kembali.
.........
Sekembali dari menggembala Sapi, aku memasukkan semua ternak ke kandang.
Lalu, pergi ke kamarku setelah makan malam bersama kedua orangtuaku.
"Huaa.. Hari yang melelahkan.. Baiklah, kurasa aku akan berlatih pedang besok saja.." ucapku berbaring di atas tempat tidur.
'Aku akan lebih serius dari sekarang! Menjadi yang terkuat dan kaya raya!!' ucapku bertekad dalam hati.
"Baiklah! Aku akan langsung Tidur!!" ucapku yang kemudian tertidur lelap.
.........
...[ Continued ]...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
NOTE
penggunaan kata2nya terlalu lebay, kita bacanya jadi gimanaa gitu, untuk mentrasfer cerita ke bentuk tulisan itu terlalu lebay, gua gak bilang ceritanya lebay, ceritanya bagus dia rindu keluarganya smpe nangis tanpa sadar, dia gugup segala macem itu bagus, tapi penulisannya terlalu lebayy, cara author mendeskripsikan sesuatu terlalu berlebihan, cukup dengan singkat, padat, jelas. pasti enak bacanya
2023-02-06
1
Queen Bee✨️🪐👑
ini game kah??
2023-01-20
1
Queen Bee✨️🪐👑
jangan keras keras aku yang ngerasa sakit
2023-01-20
1