#4

Athena menjatuhkan kertas yang ia pegang saat mendengarkan penjelasan dokter. Ia di diagnosa terkena gangguan ovulasi yang akan menyebabkan dirinya akan sulit untuk hamil.

Ujian macam apa lagi ini? - batin Athena.

“Nyonya,” sang dokter berusaha untuk menenangkan wanita di hadapannya itu.

“Katakan padaku kalau semua ini tidak benar. Ini pasti hanya kesalahan dignosa saja kan?” tanya Athena sekali lagi.

“Maaf, Nyonya. Tapi sesuai apa yang tertera di kertas hasil laboratorium, bahwa anda menderita gangguan ovulasi. Itu bukan berarti anda tidak bisa hamil, tapi akan sangat sulit.”

“Apa penyebabnya?” tanya Athena.

“Anda jangan lagi meminum pil penunda kehamilan. Anda masih muda, Nyonya.”

“T-tapi saya tidak pernah meminum pil penunda kehamilan, Dok,” kata Athena.

“Kami sudah memeriksa darah anda dan kami mendeteksi ada kandungan hormon progesteron dan estrogen dan itu semua dalam dosis yang cukup tinggi,” jelas sang dokter.

Athena berpikir sejenak. Ia tak pernah meminum pil penunda kehamilan sama sekali. Tapi mengapa di dalam darahnya terdekteksi penggunaan pil itu?

“Apa yang harus kulakukan sekarang ini, Dok?”

“Anda tidak boleh lagi meminum pil itu dan anda harus hidup secara sehat.”

“Baiklah, terima kasih, Dok.”

“Sama-sama, Nyonya. Saya juga akan meresepkan beberapa vitamin untuk membantu anda.”

Athena tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia tak tahu mengapa semua seakan tak berpihak padanya.

Ia memasukkan laporan kesehatannya ke dalam tas miliknya. Harapannya seakan pupus untuk memiliki anak dan meneruskan pernikahannya. Tekadnya untuk tak diceraikan oleh Ziel kini berganti keputus-asaan.

Athena keluar dari rumah sakit dengan langkah gontai. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, melihat jikalau ada mobil yang akan lewat. Namun karena pikirannya yang kosong, ia hanya melihat sekilas.

Citttt ….

Sebuah mobil berhenti mendadak, jarak 30 cm lagi mungkin akan menabrak Athena dan membuat tubuh wanita itu terpental ke depan.

“Apa kamu tidak punya mata?!!” teriak pria di dalam mobil itu. Namun ketika melihat dengan jelas siapa yang akan ia tabrak, ia langsung turun dan menghampiri.

“Anna? Apa yang kamu lakukan di sini?”

Athena menengadahkan wajahnya ke arah pria itu, “Basss …”

Tiba-tiba saja Athena menangis di dada Bastian. Pria itu langsung membawa Athena ke dalam pelukannya. Athena dan Bastian adalah sahabat, sekaligus sepupu. Hubungan mereka sangat dekat karena usia mereka yang tak berbeda jauh. Bastian pun tak memiliki saudara hingga ia selalu menganggap Athena sebagai adiknya.

Bastian membawa Athena masuk ke dalam mobilnya. Ia tahu Athena sudah menikah, meskipun saat itu ia tak dapat menghadiri acara resepsi pernikahan sepupunya itu.

Di dalam mobil, Bastian menyampingkan tubuhnya dan melihat ke arah Athena yang masih sesengukan. Ia pun menghela nafasnya pelan.

“Katakan padaku, apa yang membuatmu menangis?” tanya Bastian.

Ditanya seperti itu, Athena tak menjawab. Ia malah menutup wajah dengan kedua tangannya dan kembali terdengar isakan yang terdengar begitu pilu di telinga Bastian.

Bastian tak akan memaksa Athena. Ia yakin Athena akan bercerita padanya jika memang ia mau bercerita. Ia cukup paham dan mengerti sifat Athena.

“Aku antar pulang ya,” kata Bastian. Athena menyebutkan alamatnya dan dengan menggunakan GPS, mereka pun tak membutuhkan waktu lama untuk sampai.

“Terima kasih, Bas.”

“Sama-sama, An. Hubungi aku jika kamu ingin bercerita … hmmm.”

Athena menganggukkan kepalanya. Meskipun hidupnya tak baik, ia bersyukur memiliki Bastian yang selalu ada untuknya.

**

Athena masuk ke dalam rumah setelah mengantar kepergian Bastian. Ia masih bingung apa yang harus ia lakukan. Kenyataan bahwa ia tak bisa memiliki anak terus berputar di kepalanya, meskipun dokter berkata masih ada kemungkinan meskipun sangat kecil.

Ia duduk di kursi ruang tamu dan mulai kembali berpikir. Kapan dan di mana ia meminum pil penunda kehamilan. Matanya membulat ketika ia mengingat apa yang selalu dilakukan oleh Ziel ketika mereka selesai berhubungan.

Apa mungkin?

Athena tak ingin berprasangka buruk untuk saat ini karena ia tak memiliki bukti apapun. Ia akan segera mencari tahu.

Malam harinya, Ziel pulang dari Perusahaan Alexander. Seperti biasa, Athena akan melayani Ziel mulai dari melepas pakaian hingga menyiapkan makan malam. Meskipun ada koki dan pelayan, namun sebisa mungkin Athena akan melayani Ziel.

Ziel pun belakangan ini tak menolak jika ia melakukan semua itu, membuat Athena seakan memiliki harapan bahwa ia akan bisa mempertahankan rumah tangganya.

Setelah menyelesaikan semuanya, Athena masuk ke dalam kamar. Ia akan tidur karena hari ini sungguh melelahkan untuknya. Namun, baru saja ia ingin berbaring, Ziel masuk ke dalam kamar tidurnya.

“Bangun! Enak saja kamu ingin langsung tidur. Layani aku dulu,” perintah Ziel.

Athena benar-benar merasa seperti wanita murahan yang dipanggil oleh Ziel. Status dirinya sebagai istri hanya digunakan oleh pria itu untuk memuaskan hassrat dan naffsunya saja.

Athena melihat Ziel membawa sebotol minuman. Ya, memang Ziel selalu melakukan itu setiap kali mereka akan berhubungan. Kini, setelah mendengar apa yang dikatakan oleh dokter, ia mulai waspada.

“Cepat buka bajumu sendiri, aku sedang malas,” kata Ziel memberi perintah.

Athena akhirnya membuka pakaiannya sendiri hingga ia tak menggunakan apa-apa, polos.

“Sekarang bukakan pakaianku!” teriak Ziel lagi.

Athena kembali mengikuti perintah Ziel. Ia tak ingin membantah karena ia takut Ziel akan memukulnya. Ya, pernah sekali waktu Athena menolak melayani Ziel karena saat itu, inti miliknya benar-benar membengkak akibat perlakuan kasar dari Ziel.

Bukan perhatian yang ia dapatkan, tapi sebuah pukulan yang sukses mendarat di pipi Athena dan membekas hingga beberapa hari.

Ketika kain terakhir yang membalut tubuh keduanya dilepaskan, Ziel langsung menyerang Athena. Ia langsung memasukkan miliknya tanpa adanya pemanasan terlebih dulu. Athena tak pernah menikmati penyatuan tubuh mereka, karena yang ia rasakan hanya rasa sakit baik di tubuh maupun hatinya.

Setelah selesai, seperti biasa Ziel akan mengambil botol berisi air, kemudian meminumkannya pada Athena. Namun, kali ini Athena langsunh berlari ke kamar mandi.

“Nanti aku akan meminumnya, sekarang aku benar-benar sakit perut dan tidak dapat ditahan lagi,” kata Athena beralasan.

“Baiklah, aku akan meninggalkannya di sini. Jangan lupa untuk meminumnya karena aku akan kembali untuk memeriksanya,” ujar Ziel dan langsung pergi dari kamar tidur Athena.

Mendengar pintu kamar tidurnya telah kembali tertutup, dengan cepat Athena memindahkan isi botol tersebut ke dalam botol lain yang telah ia siapkan, kemudian langsung memasukkannya ke dalam tas. Ia akan memeriksa isi botol tersebut ke laboratorium. Jika memang benar isi botol itu sesuai dugaannya, maka ia semakin yakin bahwa Ziel hanya memperalatnya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Siti Masitah

Siti Masitah

nama ganti aj..jgan athena kok botol

2024-10-14

0

3sna

3sna

masak dia gk ingat kalo lakinya suka ngasih minuman

2024-08-13

1

Endang Oke

Endang Oke

terus kasih tahu kakeknya.

2024-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!