Keesokan paginya, Shaka membuka gudang. Dilihatnya Aliya tertidur dilantai dengan keadaan meringkuk.
"Hei bangun!" Tanpa berperasaan, Shaka menendang tubuh Aliya dengan kakinya, agar Aliya bangun.
Tapi tidak ada jawaban dari Aliya.
"Dasar wanita bodoh, hei bangun!" Ucap Shaka setengah berteriak.
"Apa dia mati?"
Shaka berjongkok lalu mengangkat Aliya ke pangkuannya, ia melihat wajah Aliya terlihat sangat pucat dan sedikit ada lebam di wajah.
"Hei bangun bodoh, bangun!" Shaka menepuk-nepuk pipi Aliya, tapi tetap saja Aliya tidak bangun.
"Ah sial.. sial!!" Umpat Shaka.
Shaka mengambil handphone dari saku celananya lalu menelpon seorang dokter.
"Tidak akan ku biarkan kau mati seperti ini, Aliya. Permainan kita belum selesai." Shaka memiringkan senyumnya, lalu menggendong tubuh Aliya ke kamarnya.
Tak lama dokter Arkan datang dan memeriksa kondisi Aliya.
"Nona Aliya hanya demam biasa dan dia harus beristirahat untuk memulihkan kondisinya.Oh ya, Tuan nona Aliya memiliki masalah dengan lambungnya jadi jangan biarkan dia telat makan," ucap dokter Arkan.
"Kalau begitu saya pamit dulu."
"Baik Dok, Terimakasih." Shaka mengantarkan dokter Arkan sampai ke depan pintu lalu kembali ke kamar dimana Aliya berada.
🥦🥦🥦
Shaka memutuskan untuk tidak berangkat ke kantor hari ini, ia memutuskan untuk menjaga Aliya di rumah.
Di dapur, Shaka sudah berkutat dengan alat masak, Shaka memasak bubur untuk Aliya.
Dirumah sebesar ini tidak ada pelayan karena Shaka lebih senang tidak ada orang dirumahnya.
Setelah selesai memasak, Shaka membawa makanan ke kamarnya lalu meletakannya diatas meja. Didapatinya Aliya belum bangun.
"Hei bangunlah!" Shaka menggoncang-goncang tubuh Aliya tapi tetap saja Aliya belum sadar.
🍀🍀🍀
Pagi berganti siang tapi Aliya belum juga bangun.
"Hei bangunlah! Kau belum sarapan dari pagi."
Shaka memandangi wajah Aliya, tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. Senyuman yang tak pernah ia perlihatkan kepada Aliya.
Entah apa maksud senyuman itu hanya Shaka yang tau.
Aliya terbangun dari tidurnya bertepatan dengan Shaka masuk ke kamar. Didapatinya Shaka membawa secangkir teh di tangannya.
"Kenapa aku disini?" Tanya Aliya dengan suara pelan.
"Kau sakit. Sungguh merepotkan ku saja." Ucap Shaka acuh.
"Maaf." Ucap Aliya dengan suara bergetar.
Tiba-tiba Aliya meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Kau kenapa?" Tanya Shaka.
"Aku lapar." Jawab Aliya takut-takut.
"Tunggu sebentar!. Aku akan ke dapur untuk menghangatkan makanan mu." Ucap Shaka sambil membawa nampan makanan yang ia letakan di atas meja.
Beberapa menit kemudian Shaka sudah sampai di kamar dengan membawa nampan berisi makanan.
"Makanlah!" Titah Shaka.
"Terimakasih," Aliya mulai menyendokkan makanan ke mulutnya.
"Akhh.." Aliya meringis kesakitan.
"Ada apa lagi!" Sentak Shaka.
"Maaf, tapi ini sakit." Kata Aliya sambil memegangi sudut bibir nya yang sedikit lebam.
"Ah.. kau sungguh membuat ku repot." Shaka berkacak pinggang. " Sini, berikan padaku!" Ucap Shaka lalu merebut mangkuk bubur dari tangan Aliya.
"Maaf jika aku merepotkan mu,"
Shaka mulai mengambil bubur dengan sendok lalu menyuapi Aliya dengan pelan dan hati-hati.
"Cukup, aku sudah kenyang." Pinta Aliya.
"Kenyang? Kau saja baru makan tiga sendok. Cepat buka mulutmu!"
"Tapi--"
"Ini baru di mulai, aku tidak mau kau mati kelaparan." Ucap Shaka menatap tajam Aliya.
Tidak ingin menjadi sasaran kemarahan Shaka lagi, Aliya menuruti perintah Shaka.
"Terimakasih,"Ucap Aliya setelah selesai makan.
"Jangan berharap aku akan baik seterusnya padamu dan ingat, jangan pernah menyalah artikan kebaikan ku ini, Aku hanya tidak ingin kau mati lebih cepat."
Senyum kecil di wajah Aliya tiba-tiba langsung menghilang, berganti dengan raut wajah kesedihan yang kentara.
"Haruskah kamu selalu mengulang kalimat menyakitkan itu?" Tanya Aliya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Aku tidak peduli, karena bagiku kau hanya wanita murahan yang pantas untuk di permainkan!" Ucap Shaka penuh penekanan.
Prankk...
Shaka melempar mangkuk kelantai hingga pecah lalu ia melangkahkan kakinya meninggalkan kamar dengan membanting pintu. Aliya menatap nanar kearah pintu.
Setetes cairan bening berhasil lolos membasahi pipi mulus Aliya.
Perlakuan kasar dari Shaka kembali membuat Aliya terkejut, walau ini bukan kali pertama ia di bentak, tetap saja Aliya merasa kaget bukan main juga hatinya teramat sakit.
Remuk! Hati Aliya benar-benar patah di buat Shaka.
Aliya bangun dari tempat tidurnya lalu membereskan pecahan mangkuk di lantai yang berserakan. Sesekali Aliya memegangi kepalanya yang masih pusing.
Aliya berjalan menuruni anak tangga satu persatu, dengan membawa nampan di tangannya lalu meletakkannya di dapur.
Aliya menghampiri Shaka yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menikmati rokok di tangannya.
"Mas." Panggil Aliya.
"Ada apa?" Tanya Shaka dengan nada dingin.
"Bolehkah aku bertanya?" Tanya Aliya hati-hati, ia tidak mau salah bicara dan ujung-ujungnya mendapat bentakan dan perlakuan kasar dari suaminya lagi.
"Apa?" Tanya Shaka tanpa menoleh ke arah Aliya.
"Jika kau membenci ku, lalu kenapa kau mengajak ku menikah?"
"Apa pernyataan ku tadi kurang jelas? Aku hanya menjadikan mu mainan," ucap Shaka enteng sambil menyilangkan kedua kakinya.
"Cih.. andaikan aku tidak tergoda oleh rayuan mu, mungkin aku tidak menderita seperti ini." Aliya menatap sinis ke arah Shaka, entah keberanian darimana ia bisa mengatakan itu.
Shaka mematikan rokoknya menatap tajam kearah Aliya yang terlihat menahan tangis.
"Sungguh di luar dugaan, sekarang kau sudah berani berdebat dengan ku." Shaka tersulut amarah setelah melihat keberanian Aliya.
"Apa kesalahan ku? Memang apa yang ku lakukan hingga kau membenciku?" Aliya mulai meninggikan suaranya.
Plakk...
Untuk kesekian kalinya Shaka menampar Aliya, saking kerasnya tamparan tersebut hingga membuat Aliya terhuyung-huyung.
"Berani-beraninya kau!" Bentak Shaka. "Aku muak meliat air mata buaya mu itu, Kau hanya wanita licik lagi murahan. Berhentilah berpura-pura tidak tahu! Berhentilah kau menganggap dirimu seolah-olah hanya korban!" Teriak Shaka.
"Kau sangat jahat! Jika ada orang yang paling ku benci di dunia ini, maka orang itu adalah kau, Shaka. Aku membencimu sampai kapan pun." Aliya mulai menangis.
"Kau benar-benar menjijikan, Aliya. Kau yang sudah membuat hidup ku hancur lalu kenapa kau yang seolah-olah merasa hancur." Shaka mendorong tubuh Aliya hingga jatuh kelantai lalu meninggalkan Aliya menuju ke kamarnya
Beberapa menit kemudian Shaka turun, ternyata dia mengambil kunci mobil. Shaka melewati Aliya tanpa memperdulikan Aliya yang menangis.
Terdengar suara mobil yang perlahan-lahan melaju meninggalkan halaman rumah.
Di mobil Shaka menghubungi seseorang.
"Kau awasi istriku! Jangan sampai dia kabur dari rumah ku." Titah Shaka pada orang suruhannya.
"Baik, Tuan. Aku akan mengerahkan sebagian anak buah untuk mengawasi istri, Tuan." Kata seseorang di balik telepon.
"Bagus. Apa kau sudah mencari keberadaannya di seluruh rumah sakit ini?"
"Kami belum menemukannya, Tuan. Tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin."
"Baiklah, kalau perlu kerahkan seluruh anak buah kita untuk mencarinya sampai ke pelosok negeri."
"Baik, Tuan. Saya mengerti!"
"Bagus, Kau memang bisa di andalkan." Shaka lalu menutup telpon.
"Istri? Yang benar saja dia istriku." Shaka tersenyum tipis, kala dia menyebut Aliya istrinya.
"Tidak. Kau tidak boleh jatuh cinta dengan wanita itu, Shaka. Kau harus sadar, bahwa dialah yang menghancurkan hidupmu." Shaka mengusap kasar wajahnya.
🍀Happy Reading🍀
🍀Jangan lupa tekan komen,like dan tambahkan ke favorit 🍀
🍀 Terimakasih 🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Noor Sukabumi
Gila Shaka g punya hati bnget hati2 Shaka jg keterlaluan bencinya ntar mlh ujungnya cinta loh
2022-10-25
3
teti kurniawati
menyedihkan
2022-10-20
3
😸lealuv😺😻
crazy up thor....
2022-10-20
1