Freya sungguh malas masuk ke dalam ruangan bagas itu, hadiah dari bagas tidak Freya pakai, ia rencana akan memberikan untuk Alana saja. Namun kali ini Freya datang untuk mengantar laporan keuangan yang telah di buatnya, Freya juga tidak enak karena terkesan terus menghindari atasan nya. Akhirnya Freya pun mengetuk pintu ruangan itu.
"Masuk"
Freya akhirnya masuk sambil memeluk map coklat berisi laporan yang telah di buat. Bagas tersenyum melihat kehadiran Freya, ia sungguh serius tertarik pada karyawan nya itu.
"Freya akhirnya kamu datang juga" ujar Bagas tersenyum senang.
Freya tersenyum dan meletakkan map nya di atas meja Bagas.
"Pak Bagas ini laporan yang anda suruh selesaikan, silahkan di tanda tangan."
Bagas tersenyum sambil memandang wajah Freya, hal itu tentu saja membuat Freya malu, pria itu terlalu terang-terangan.
"Bagaimana ini, aku memiliki syarat agar menandatangi laporan mu."
"Maksudnya Pak Bagas apa?" tanya Freya tidak mengerti.
"Temani aku makan siang, maka aku akan menandatangi nya sekarang."
Freya terlihat bingung, jika laporan nya tidak di tanda tangani maka gaji nya akan di tahan, jika ia ikut makan siang bersama bagaimana dengan Reza? Ia takut jika Reza bisa marah.
"Bagaimana? Kamu terlihat berfikir dengan keras" tanya Bagas lagi.
"Maaf, tapi saya tidak bisa."
Bagas menatap Freya dengan tatapan datar. "Kenapa? Apa kamu takut suami mu akan marah?"
Freya menggelengkan kepalanya pelan sepertinya ia harus memberikan pernyataan tegas.
"Maaf sebelumnya Pak, saya hanya ingin mengatakan jangan memberikan barang-barang seperti itu lagi, dan saya juga sudah punya suami, hal itu sebenarnya membuat saya tidak enak hati di lihat oleh karyawan lain."
Bagas diam dan tidak menjawab pertanyaan Freya namun kemudian pria itu tersenyum. Bagas mengerti maksud perkataan gadis itu, mendekati Freya memang sangat sulit.
"Aku tau, dan aku hanya ingin memberikan mu hadiah, maaf membuat mu tidak nyaman, lain kali akan ku berikan secara diam-diam." jawab Bagas, dan Freya menganggukkan kepala nya.
"Baiklah saya permisi dulu." ujar Freya.
"Tunggu, jika kamu menolak makan siang setidaknya biar aku mengantar mu pulang, jika kamu menghormati atasan mu maka jangan menolak." ujar Bagas sebelum Freya meninggalkan ruangannya.
Freya memejamkan matanya sejenak, sepertinya yang kali ini ia tidak bisa menolak.
"Baiklah Pak."
Bagas tersenyum lalu menandatangani laporan Freya, alasan ia bertahan menjadi manager bagian keuangan agar selalu bisa mendekati bawahan nya itu. Padahal Bagas sendiri sudah mendapat promosi menjadi manager utama, namun pria itu bersikeras berada di departemen keuangan.
*****
Freya akhirnya pulang bersama Bagas, hal itu cukup menjadi tontonan karyawan kantor karena Freya masuk ke dalam mobil sport hitam itu tepat di depan gedung kantor, jangan salahkan dirinya salahkan lah Bagas yang bersikap seenaknya. Freya harus siap-siap akan menjadi bahan gunjingan karyawati seisi kantor besok. Apalagi Bagas Barnabas adalah manager departemen keuangan yang sangat populer seisi kantor, tidak hanya wajah nya yang menawan pria itu juga memiliki attitude yang lembut, murah senyum dan idaman.
Freya merasa malu, lebih tepatnya khawatir. Bagas tersenyum saat Freya sudah berada di dalam mobil nya.
"Ingin aku pakaikan seatbelt nya?" tanya Bagas.
"Saya bisa sendiri" sahut Freya.
Freya langsung buru-buru memakai seatbelt nya. Bagas kemudian menjalankan mobil nya dengan kecepatan standar, untuk pertama kalinya Freya duduk di dalam mobil semewah ini, kursi nya sangat empuk dan nyaman, ia merasa kaku, maklum saja Freya bukan berasal dari kalangan atas.
"Kenapa hadiah yang aku berikan tidak di pakai?" tanya Bagas membuka suara.
Freya langsung menoleh ke arah Bagas saat pria itu menanyakan perihal hadiah pemberian nya.
"Saya tidak bisa memakainya, jadi lebih baik saya simpan saja." ucap Freya.
Mobil Bagas tiba di depan gang sempit, ia tidak melihat rumah kecuali di dalam gang, mobil nya tidak muat untuk masuk ke dalam sana. Melihat rupa wajah Freya, ia tidak percaya gadis itu tinggal di lingkungan yang tidak layak.
"Freya jadi kamu tinggal disini?"
"Bapak pasti terkejut, aku memang tinggal disini"
"Sebaiknya kamu pindah rumah, di dekat kantor banyak apartemen dan perumahan bagus, aku bisa membelikan nya untuk mu, gadis seperti mu tidak cocok tinggal di tempat seperti itu"
Freya tersenyum kecil, ia memang kurang mampu. "Terimakasih atas kebaikan Pak Bagas, tapi saya lebih baik tinggal di rumah jelek saya sendiri, daripada rumah mewah tapi pemberian orang lain"
Freya hanya berusaha mengangkat derajat nya sekarang. Bagas tersenyum, ia semakin menyukai Freya, terlebih karena sifat nya sekarang wanita itu sangat berbeda dengan wanita lainnya di luar sana.
"Terimakasih atas tumpangan."
Bagas mengangguk, Freya keluar dari mobil kemudian Bagas mulai menjalankan mobilnya meninggalkan kediaman Freya, wanita itu menghela nafas kasar dan mulai berjalan kaki memasuki gang kecil tersebut, Freya tinggal di sebuah perumahan yang kurang layak, karena biaya sewa per tahunnya cukup murah, Freya harus bisa berhemat karena ia berasal dari keluarga yang miskin.
Ia adalah seorang Yatim piatu yang merantau ke kota ini, Somi kuliah karena beasiswa dan lulus tepat waktu, yang membiayai sekolah nya hingga ke jenjang SMA adalah ibu nya seorang, ayahnya sudah lama meninggal. Hingga tahun lalu ibu nya juga meninggal karena sakit paru-paru, Freya hanya sebatang kara namun ia tetap bertekad hidup dengan baik.
Freya beruntung bertemu dengan Reza yang sangat baik padanya, alasan Freya tidak bisa meninggalkan Reza adalah karena ia tidak memiliki siapa-siapa lagi selain suaminya itu, walaupun harus hidup sulit.
Freya masuk ke dalam flat kecil nya, ia melihat ada sendal Reza disana, berarti pria itu ada di dalam. Benar saja saat Freya masuk ia melihat Reza duduk di Sofa sambil memainkan laptop nya, pria itu terlihat serius dengan pekerjaan kantornya.
"Mas Reza."
Freya tersenyum dan langsung menghampiri Reza lalu memeluk pria itu dari belakang dengan erat, hal itu membuat Reza terkejut dan menoleh, pria berkulit tan itu tersenyum dan menyentuh tangan Freya yang berada di leher nya.
"Sayang kamu sudah pulang?"
Freya mengangguk, ia turun dan beralih duduk di atas pangkuan Reza. Reza menyentuh rambut Freya dan mendaratkan kecupan di kening istrinya itu.
Reza fokus kepada Freya dan menyentuh tangan gadis itu di pipi nya dan mengecup nya pelan.
"Karena sifat manja mu ini aku jadi makin cinta sama kamu."
Reza tersenyum lalu mendaratkan ciuman di bibir Freya, kemudian Freya memejamkan matanya membalas ciuman itu dan mengalungkan tangan nya melingkar di leher Reza. Bibir tebal dan lembut itu menyesap bibir Freya secara bergantian, dan Freya sangat larut dalam ciuman tersebut, Reza adalah segalanya bagi Freya, pria itu adalah tempat nya bersandar dan berkeluh kesah selama ini, Freya tidak akan berpaling dari Reza pria yang paling di cintai nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments