Melihat pergerakannya seolah menjadi hobi barunya saat ini. Tidak bisa dijelaskan lagi, ada apa dengan dirinya sekarang? Namun, ia merasa semua ini ia lakukan demi kemanan seseorang saja dan tidak lebih dari itu semua.
"Hana, kamu sudah selesai di meja itu? Meja 18 juga dibersihkan ya." Hana menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya tadi. Tiara, pemilik toko di mana tempat itu adalah tempat ia bekerja selama 3 bulan ini.
"Baiklah, aku akan bersihkan!" Hana mengucapkan itu dengan senyuman antusias.
Lelaki itu tersenyum dari sana, melihat dari jarak jauh tidak membuat pandangannya terhalang oleh apa pun. Ia bahkan tetap bisa melihat senyuman manis itu, terkesan tidak ada kepalsuan di sana. Tidak seperti senyuman yang biasa gadis itu tunjukkan sebelumnya.
Hana membersihkan setiap meja yang memang harus dia bersihkan. Dengan penuh semangat yang begitu terlihat begitu membara, tentu saja yang melihat Hana akan merasa senang. Tidak ada perasaan terpaksa. melakukan pekerjaan, semua murni karena keinginan dan juga kebutuhan juga.
Sampai di mana beberapa orang datang, suara lonceng yang sengaja dipasang tepat di pintu membuat sebuah tanda jika ada pelanggan yang masuk ke dalam toko.
Hana di suruh untuk melayani pelanggan yang baru saja datang, semua nampak baik-baik saja sampai Hana tau siapa yang datang ke toko. Gadis itu juga menoleh ke arah Hana, menatap dari atas kepala sampai kaki. Gadis itu tersenyum penuh meremehkan, sekaligus beberapa temannya yang terkejut akan kehadiran Hana di sana.
"Selain cupu, kamu juga miskin ya Hana?" Hana hanya diam, dia memberikan buku menunya tanpa mengatakan apa pun.
Anna dan teman-temannya berada di sana, entah bencana apa lagi yang akan dihadapi oleh Hana ke depannya. Anna sesekali melirik ke arah Hana, raut wajah ketakutan itu sekaligus panik. Ia sangat suka ekspresi itu, ekspresi ketika Hana menatapnya.
"Bawakan pesanan ini dengan cepat, aku tidak mau membuang banyak waktu di tempat seperti ini." Anna melempar buku menu itu ke arah Hana dengan kasar, membuat gadis itu agak kesulitan.
Namun, dia segera pergi untuk membuat pesanan yang Anna dan teman-temannya pesan. Hana hanya bersembunyi, ia takut akan banyak hal ketika Anna mendadak muncul di depannya. Selama ini tidak ada yang tau akan pekerjaannya dan sekarang Anna berada di sana.
Tentu saja dia tau semuanya apa yang Hana lakukan, dan sekarang hanya tinggal menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Hana tidak tau apa, tapi pasti sesuatu yang begitu buruk menimpa dirinya.
Tidak membuang waktu lama, Hana mengantar pesanannya. Meletakkan semua pesanan itu di atas meja di mana ada Anna dan juga semua temannya. Anna hanya menatap Hana dengan tatapan jijik, seolah saudaranya itu adalah mahkluk paling menjijikan yang pernah ada.
"Apakah aku memesan ini?"
"Tapi di daftar kau menulis menu ini." Anna berdiri dengan wajah arogannya dan tanpa berpikir panjang ia langsung mengguyur kopi panas tepat di atas kepala Hana.
Membuat gadis itu merintih kesakitan, semua orang yang berada di dalam toko lantas menatap dan menjadikan sebagai pusat perhatian. Tubuh Hana gemetaran karena menahan panas dan perih di tubuhnya. Tidak bisa di pungkiri bagaimana malunya dan panas yang dia rasakan.
"Kau ini hanya pelayan! Yang sopan dong sama pembeli! Di pecat tau rasa kamu!" Semua orang hanya melihat, sampai Tiara datang dengan wajah paniknya. Ia melihat keadaan Hana yang kacau. Ia tidak menduga akan terjadi, Hana tidak pernah melakukan kesalahan selama 3 bulan ini.
"Ada apa ya? Coba anda bicarakan secara baik-baik dan jangan asal bertindak kepada karyawan saya." Tiara tidak menyangka jika dirinya akan berurusan dengan anak sekolah, apa anak sekolah jaman sekarang tidak diajarkan bagaimana sopan santun di tempat umum?
"Ck! Harusnya kau mengajarkan karyawanmu ini, dia itu salah tapi malah bantah!"
"Tapi yang tertulis di daftar anda yang menulis sendiri dan pesanan sudah sesuai nona. Bagian mana kesalahan kami? Karyawan saya tidak salah, anda yang tidak sopan di sini." Tiara semakin menekan nada bicaranya tanpa harus memikirkan yang di depannya sekarang pelanggan atau tidak.
"Apa? Jangan kau katakan ini kesalahanku?!"
"Tentu saja, apakah sopan kelakuan anda? Anda di ajari sopan santun atau tidak sih?" Anna menatap sekitar dan ternyata begitu banyak orang yang menatap dirinya, tidak jarang membicarakan dirinya.
"Terserah kau saja, dasar miskin." Anna langsung pergi bersama teman-temannya begitu saja, tidak membayar atau meminta maaf kepada mereka berdua.
Sedangkan lelaki itu yang masih mengawasi menatap kepergian Anna dengan tatapan tidak suka. Ia hanya malas melihat wajah sombong itu.
"Dasar manusia tidak punya etika."
Tiara langsung memeriksa keadaan Hana, gadis itu tampak pucat. Mungkin karena ketakutan yang berlebihan, Tiara kurang tau selebihnya hanya saja reaksi Hana seperti itu.
"Kamu tidak apakan Hana? Ada luka? Kamu harus ganti baju dulu, mandi aja sekalian aku akan siapkan."
"Tidak perlu kak-"
"Aku memaksamu. Ayo ikut aku, dan yang lain tetap fokus bekerja! Maafkan kami ya, kalian bisa menikmati hidangan kembali. Maaf kembali." Tiara membungkuk untuk memberikan hormat dan ucapan permintaan maaf atas kekacauan bersama dengan Hana yang juga tampak tidak bersemangat lagi.
"Kasihan sekali gadis itu, apakah dia terlalu kuat untuk menghadapi cobaan ini?"
"Dia pasti anak yang baik."
"Dia masih sekolah tapi sudah bekerja, di mana orang tuanya?"
"Kasihan sekali, semoga tuhan memberikannya banyak kebahagiaan yang sepadan dengan cobaannya."
Tiara mencari baju ganti untuk Hana dan perlengkapan yang lain juga. Sampai tiba-tiba ada seseorang yang masuk ternyata dia adalah teman satu pekerjaan dengan Hana, Jina.
"Hana kamu gak apa-apakan? Kamu gak di apa-apain mak lampir itu kan?" Jina memeriksa keadaan Hana, ia agak bernafas lega karena tidak ada luka serius. Jina membuka lokernya dan memberikan Hana salep.
"Ini untuk lukanya, setidaknya bisa mendingan ya." Tiara dan Jina tampak khawatir akan keadaan Hana. Itu membuat Hana merasa terharu, apakah di sini letak kebahagiaan Hana sekarang? Ingin rasanya Hana tetap berada di sana dan tidak akan pulang ke rumah.
"Terima kasih, tapi aku baik-baik saja-"
"Jangan katakan itu lagi, bersihkan dirimu dan obati lukamu. Kalau merasa tidak enak badan, lebih baik kamu pulang saja untuk istirahat."
"Tidak kak, aku tidak apa. Maaf merepotkan kalian." Jina menggelengkan kepalanya, tidak membenarkan apa yang Hana katakan tadi. Tidak ada yang merepotkan justru kebanyakan karyawan bergantung kepada Hana.
"Tidak tidak, kamu bersihkan diri dulu. Istirahat sebentar, baru kalau mau bisa lanjutkan lagi pekerjaanmu."
"Terima kasih, dan maaf-"
"Sudah, kamu terlalu banyak minta maaf. Kamu anak baik, semoga tuhan memberikan mu kebahagiaan yang lebih." Hana tersenyum, ia berharap apa yang dikatakan oleh Tiara itu akan terjadi kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments