Bibi dan Pamannya berjalan mendahului Elisa, mereka ingin membicarakan soal kejadian kemarin malam. Elisa berjalan agak cepat disamping mereka.
"Paman," kata Elisa. Pamannya ini adalah adik kandung dari ayahnya, wajahnya memang sangat mirip sang ayah. Tapi, sikapnya sangat berbeda jauh. Paman Charly lebih ke tegas tapi agak kasar, dia tidak segan-segan memukul anaknya kalau mereka tidak menuruti perintah pria itu.
"Elisa, kita bicarakan didalam rumah." Paman Charly berjalan mendahului seolah itu rumah nya sendiri. Elisa dengan gugup memainkan jarinya sambil menelan ludah sesekali. Tenggorokannya terasa kering, Nori terlihat menyodorkan Elisa minum. Wanita itupun meraihnya, dengan tetap berjalan mengikuti pria tua dan istrinya itu.
Tanpa ijin dari Elisa, pria itu duduk di ruang tamu sambil mengibaskan mantel yang dia pakai kebelakang agar tidak terduduki. "Elisa, duduklah!" Pamannya meminta Elisa duduk, dengan gugup Elisa duduk secara perlahan.
"Paman-" Ucapan Elisa terhenti melihat pamannya yang ingin berbicara terlebih dahulu.
"Elisa, aku sudah mendengar semua yang bibimu katakan." Pamannya menatap Elisa dengan serius. Elisa merasa takut, kali ini dia emmang salah. Dia tidak seharusnya menjebak Sky seperti semalam, entah hukuman apa yang akan diberikan pamannya itu, Elisa pun tidak tahu.
"Bagaimana bisa kamu melakukan hal tercela seperti itu? Tadi pagi, pria yang bernama Sky itu sudah mengatakan semuanya padaku. Jika kalian sama-sama tertarik kalian menikah saja!" Pamannya tersenyum.
Elisa membuka mulutnya sedikit, dia terkejut dan membelalak. Bagaimana bisa dia menikahi orang yang mengambil alih rumahnya. "Paman-" Ucapannya lagi-lagi terpotong oleh omongan pamannya.
"Elisa, rumah ini akan tetap jadi milikmu, jika kamu menikahinya bukan?" Pamannya tersenyum, apa yang membuat pamannya punya pemikiran seperti itu. Elisa pun tidak tahu.
"Paman! Pria itu sudah mengambil rumah ini secara paksa! Kenapa paman malah memintaku menikahinya?" Elisa mengernyitkan dahi, Nori terkejut karena baru kali ini dia melihat raut wajah Elisa se marah itu.
"Elisa! Beraninya kamu meninggikan nada suaramu padaku!" Pamannya menggertak.
"Apa maksud paman? Apa yang dia berikan pada paman sehingga paman punya pemikiran seperti itu?" Elisa berdiri dan menatap pria itu tajam.
"Dasar kau jalaang kecil!" Paman Charly menampar Elisa tepat dipipinya.
Elisa langsung memegang pipinya yang terasa panas itu, "Usia mu sudah tidak muda lagi Elisa! Bisa-bisanya kamu masih sok jual mahal seperti itu! Kamu tahu, aku memintamu menikah dengan pria itu agar nama baik keluarga kita tidak tercoreng oleh aibmu!" Pamannya berdiri menatap Elisa tajam, sedangkan bibinya menatap Elisa dengan rasa jijik.
"Hanya kalian yang tahu masalah ini! Jika nama kita tercoreng, itu pasti karena kalianlah yang menyebarkan aibku!" Elisa menatap paman dan bibinya tajam, dia memicingkan matanya. Rasa sesak didadanya, mendorong air mata keluar mengalir ke pipi wanita itu.
"Sialan!" Hampir saja, tangan itu mendarat di pipi Elisa lagi. Syukurlah, Tangan kekar lain berhasil menahan tangan pamannya. Elisa terkejut melihat siapa yang berhasil menolongnya lolos dari tamparan itu, itu Sky!
"Tuan Charly, kurasa tidak perlu ada kekerasan disini. Saya paling tidak suka, jika seorang pria berani memukul wanita." Sky menatap pria itu tajam.
"Uh- Tuan Sky.. Maafkan aku, aku hanya ingin mendisplinkan keponakanku. Apa yang dia perbuat padamu, itu sungguh tercela." Paman Charly memasang raut wajah menyesal.
"Kamu tidak perlu melakukannya, saya akan mengurusnya sendiri," kata Sky.
"Dan idemu tadi, memang cukup baik. Menikahkan kami adalah hal yang paling mudah. Saya tidak perlu merasa bersalah karena harus mengambil alih rumah dan peternakan ini." Sky menyeringai, janggut dan kumisnya menambah ketampanan pria itu.
"Kau gila?" Elisa melotot ke arah Sky. Pria itu menyeringai lalu agak membungkuk pada Elisa dan mendekat ke telinga wanita itu.
"Saya tidak akan membiarkanmu hidup gratis di rumah ini." bisik Sky ditelinga Elisa.
"Aku lebih baik pergi!" Elisa berlari ke arah tangga, masuk ke kamar lalu meraih tas besar untuk mengemas pakaiannya. Melihat itu, pamannya pun menghampiri Elisa dengan cepat.
"Elisa! Dengarkan paman. Kau mau meninggalkan semua peninggalan ayahmu ini?" Katanya menatap tajam Elisa.
Elisa menatap sendu pamannya, lututnya terasa lemas, dia menggeleng . Elisa terjatuh dilantai sambil menangis. Rumah dan peternakan adalah harta peninggalan kedua orang tua yang sangat dia cintai.
"Bagaimanapun aku harus, merebut kembali rumah ini." Elisa membatin, rumah itu adalah harta yang paling berharga untuknya sekarang. Bahkan melebih nyawa Skandar, kakaknya. Dia harus tetap menjaga rumahnya.
"Baiklah, aku terima tawaran kalian." Elisa menatap tajam pamannya, pria itu langsung tersenyum sumringah dan menghampiri Elisa, seraya ingin memeluknya.
"Bagus, paman senang akhirnya kamu akan menikah. Kini aku sudah selesai bertanggung jawab atas dirimu." Pamannya menyeringai.
"Maaf, karena sudah menyusahkanmu selama ini." Elisa membuang pandangannya dari pria yang sedang berlutut dan memegang bahunya itu.
"Mari kita turun dan bicarakan ini langsung dengan bibi dan calon suamimu." Ucap pamannya mencoba membangunkan Elisa.
"Tidak! Aturlah sesuka kalian, aku hanya ingin istirahat saja sekarang." Elisa melepaskan pegangan pamannya, dia beralih naik ke tempat tidur.
"Baiklah, jaga dirimu baik-baik sampai hari pernikahan nanti. Jangan coba-coba untuk melakukan hal konyol." Kata Pamannya sambil melenggang pergi bawah untuk menemui Sky.
Pria itu menutup pintu kamar Elisa, dia berjalan turun ke anak tangga perlahan. Dengan raut wajah bahagia, pria itu menemui semua orang disana. Hanya satu orang yang terlihat cemas, yaitu Nori. Wanita tua itu segera menyusul Elisa ke kamar.
"Dia setuju." Kata pamannya ke Sky.
"Wah akhirnya, selamat Tuan Sky." Bibi Elisa menyentuh lengan pria itu.
Sky hanya menatapnya datar, lalu melepaskan sentuhan itu. Sebenarnya Sky tadi sudah dalam perjalanan ke kota. Tapi ada sesuatu yang tertinggal dikamar, jadi dia kembali kerumah itu. Sky berjalan keluar tanpa berbicara sepatah katapun, dia meraih rokok dan korek di kantongnya. Pria itu mulai menaruh rokok itu dimulutnya seperti biasa, setelah rokok dinyalakan dia mengesap rokok itu secara perlahan.
Paman Charly muncul di belakangnya, mereka berdua sekarang sedang berada di pekarangan rumah sambil menatap peternakan di depan mereka. Sky menoleh ke arah pria itu, "Kamu seharusnya tidak memukulnya tadi." Kata Sky sambil mengesap rokoknya lagi.
"Maafkan aku Tuan, aku terbawa emosi." Rupanya Paman Charly adalah salah satu anggota Moschino¹. Sebagai bandar judi terhebat di kotanya, tentu saja menjadikan Sky banyak di segani orang-orang di lingkarannya. Disamping orang-orang yang menyeganinya itu, tentu dia juga punya banyak musuh.
Pria itu mendengus pelan, lalu menjatuhkan puntung rokok dan menginjaknya. Sebenarnya Charly juga termasuk dari salah satu tujuan Sky. Tapi untuk saat ini, dia tidak bisa menghancurkan pria itu, mengingat status pria itu sebagau Jaksa. Dia bertekad untuk membabat habis semua keturunan Michigan sampai ke akarnya.
Sky berjalan meninggalkan Charly sendirian, pria itu masuk ke mobilnya lagi lalu kembali berkendara menuju kota. Paman Charly yang melihatnya mendengus kesal, "Keparat! Jika bukan pimpinan Moschino, sudah ku hancurkan kamu!" Ucap Paman Charly yang mengumpat kepada Sky.
...****************...
...****************...
Kamus Author
Moschino ¹ : Organisasi perjudian yang dipimpin oleh Sky.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Aquairee
Moschino itu organisasi kaya yakuza thor?
2022-10-23
2