Elisa mendekatkan tubuhnya kepada Sky, pria itu tidak bergeming. Matanya menyorot mata Elisa lekat, bukan gairah yang dia lihat pada kobaran matanya itu. Melainkan, ketakutan. Sky menarik pinggang Elisa agak mendekat dengannya, pria itu dengan sengaja ingin melihat reaksi wanita itu. Nyatanya, Elisa terkejut dengan perlakuan Sky, bahkan tubuhnya agak gemetar.
Sky tertawa kecil, "Ternyata Tuan Putri bermain dengan cara yang murahan, kamu ingin melihat kegagahan saya? Saya dengan senang hati akan menunjukannya!" . Sky semakin berusaha menunjukan betapa dominannya dia dibanding Elisa, dia menyudutkan Elisa ke dinding tanpa cat kandang kuda itu.
Nafas Elisa menggebu, dia ketakutan. Tangannya yang berada di dada Sky, langsung Sky angkat hingga tertahan di tembok oleh tangan kekar pria itu. "Kamu yang menginginkannya 'kan?" Sky mendekat ke arah wajah Elisa, hampir tinggal beberapa inchi lagi, Sky melepaskan jeratannya. Dia hanya ingin membuat wanita itu jera, agar tidak bermain-main lagi dengannya.
Apa dia kira, Sky bisa dengan mudah di goda dengan cara murahan seperti itu? Tidak. Selama ini dia bahkan merasa trauma untuk melakukan lebih pada perempuan, setiap kali dia ingin melakukan itu dengan wanita bayaran, dia selalu mengingat jeritan dan tangisan adiknya. Sehingga, dia selalu mengurungkan niatnya.
Dia sama sakitnya karena telah melakukan itu pada Elisa, tapi dia menutupi perasaannya. Elisa terdiam sambil mengatur napasnya dengan baik. Tangannya bergemetar, Sky pun menjauh darinya. Tiba-tiba saja, Pak Gani, Bi Nori, dan satu orang yang baru Sky temui membuka pintu kandang kuda secara kasar. Sky membelalak, melihat mereka semua mendekati Elisa.
"Nona, kamu baik-baik saja? Apa yang Tuan lakukan pada nona kami?" Nori menatap Sky tajam, Elisa hanya menangis ketakutan.
"Kenapa tidak kamu tanyakan langsung pada nonamu ini huh?" Sky melotot, merasa kesal atas apa yang terjadi sekarang. Wanita itu yang memulai, tapi malah dia yang terkena imbasnya. Wanita paruh baya dengan dandanan yang cukup heboh, melihat Sky tajam. Dalam sekali lirik, Sky tahu wanita itu bukan orang sembarangan.
"Berani-beraninya kamu melecehkan keponakanku!" Dia menatap Sky tajam, lalu melihat ke arah Elisa yang menangis.
"Keparat ! Wanita itu sekarang bertingkah seperti korban." Sky membatin, dia benar-benar benci melihat Elisa.
"Untuk apa saya melecehkannya? Saya bahkan tidak tertarik sedikitpun padanya, kenapa tidak anda tanyakan, pada keponakan tersayangmu. Kenapa dia memakai pakaian itu di dalam rumah?" Sky menyeringai, dia tidak tahan dengan semua ini. Akhirnya dia pergi keluar dari sana, kembali kerumah itu dan masuk ke kamar. Emosi nya hampir meluap, jika bukan seorang wanita, Sky pasti sudah meghajar Elisa.
Elisa masih menangis terisak, keputusannya adalah hal yang salah. Bibi nya yang bernama Jena menatap Elisa tajam. "Dia benar? Kenapa kamu mengenakan gaun itu?"
"Kamu menggodanya? Bibi tahu kamu perawan tua, tapi jangan memakai cara murahan seperti itu!" seru bibinya.
Elisa menatap bibinya tajam, dia menghapus air matanya.
"Elisa, Kamu bisa menjadi aib dikeluarga kita. Bagaimana orang akan menghormati keluarga kita jika kamu menjebak pria seperti itu?" Sudut bibir bibinya terangkat, dia menyinyir.
"Cukup! Nona Elisa sedang bersedih nyonya!" Nori membela Elisa.
"Terserah saja, aku akan membicarakan hal ini pada pamanmu, biar dia yang menentukan kedepannya." Bibinya keluar sambil berlenggak lenggok.
Nori membawa Elisa keluar dari tempat itu dengan perlahan, mereka berjalan masuk ke ruamh itu lagi lalu diantarnya Elisa ke kamar tidur. Elisa mulai sedikit tenang, Nori membawakannya segelas air hangat untuk lebih menenangkannya. Dia kemudian dimI'llnta berganti pakaian tidur, Elisa menatap dirinya di cermin. Selama ini, dia bahkna tidak pernah keluar rumah. Dia hanya berdiam diri di rumahnya dan tidak benar-benar bersosialisasi.
Elisa membuka gaun berwarna merah itu kelantai, dan hanya menyisakan pakaian dalamnya. Elisa menatap tubuh polos nya dicermin. Bekas sayatan di bagian dadanya terlihat membekas. Dia menyentuhnya, lalu segera berjalan lagi ke lemari. Meraih pakaian tidurnya yang menjuntai hingga ke lantai. Elisa segera bersandar pada bantal di kasurnya. Dia mengingat kejadian saat dia dan ayahnya bermain dulu.
Elisa tersenyum, setiap kali dia merasa sedih atau kesepian. Dia akan selalu mengingat ayahnya, ayahnya bagaikan sosok pahlawan yang tidak akan pernah bisa dia lupakan sedetik pun. Didikannya yang lembut, kebaikannya pada orang lain. Semua itu membekas dihati Elisa.
Disisi lain, Sky sedang menatap langit-langit atap rumah itu. Dia mengingat kejadian tadi, berpikir apa yang Elisa rencanakan sehingga dia berbuat seperti itu. Sky sangat peka, wanita itu tidak terlihat pandai merayu. Dia bahkan bergemetar saat menyentuh Sky.
"Apa saya sudah keterlaluan?" Sky bergumam sambil menatap langit-langit kamar. Dia membalikan posisinya seolah segala posisi terasa tidak nyaman baginya.
Dia menghela napas panjang, lalu memejamkan matanya. Malam itu keduanya tertidur dengan suasana yang sama buruknya, dipagi buta sekali Sky keluar dari rumah itu. Dia akan pergi ke kota untuk memeriksa keadaan usahanya disana.
Sedangkan, Elisa merasa lega pria itu sudah pergi. Dia seperti biasa melakukan tugasnya di peternakan dan perkebunan keluarganya. Elisa mengenakan topi dan midi dress bunga-bunga, sambil membawa keranjang untuk memanen buah tomat.
Beberapa petugas perkebunan telah datang, sebagian dari mereka adalah petugas sementara. Karena hari ini banyak buah dan sayuran yang harus dipanen, akhirnya mereka membutuhkan bantuan orang lain. Rata-rata dari mereka adalah rakyat kecil di desa itu, Elisa sangat senang bisa membantu orang-orang ini mendapatkan uang. Dia juga sering membagikan hasil panen secara percuma kepada para petugasnya.
Elisa sedari kecil diajarkan untuk saling berbagi, bahkan ayahnya sering dengan sengaja membeli camilan kecil untuk dibagikan ke anak-anak di panti asuhan. Elisa berjalan menyusuri kebun tomatnya yang luas, segar sekali. Suasana hatinya mulai membaik, walaupun dia merasa bersalah pada pria itu. Tapi dia juga tidak bisa tidak disalahkan, Elisa tidak menyangka pria itu akan membalasnya seperti semalam.
Elisa mulai memetik tomat, dia selalu ditemani Nori si kepalay pelayan yang tak lain adalah pengasuhnya juga. Elisa tertawa kecil sambil memasukan beberapa tomat merah ke keranjang. Sudah sekitar satu jam dia disana, rasanya dia haus sekali. Akhirnya Nori mengajak Elisa beristirahat sejenak. Dia lupa membawa air minum yang sudah disediakan, kemungkinan itu tertinggal di kursi kayu halaman rumahnya.
Tin tin tin.
Suara mobil dengan kencang mengejutkan semua orang, kini mereka semua menatap dari mana asal suara tersebut. Bibi Jane dan Paman Charly datang. Dengan gaya Bibinya yang super genit, dia berjalan bersama suaminya ke arah Elisa yang terlihat kotor akibat pupuk dan tanah di pakaiannya. Padahal rumah mereka hanya berjarak 300 meter, tapi entah kenapa mereka mengendarai mobil kerumah Elisa.
...****************...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
artsiska
kereeen
2023-02-28
0
Jian Mei
pameeeeeerrrr
2022-11-07
1
Jian Mei
😆
2022-11-07
1