Bukan Istri Pajangan
Ruangan Kasino yang penuh sesak, sekumpulan bandar sedang berjudi di sana, terlihat ketegangan di ruangan itu. Sungguh menyesakkan, asap rokok dimana-mana. Dentingan suara gelas pun terdengar. Dua orang sedang saling menatap satu sama lain sambil memperhatikan kartu yang ada di tangan mereka, salah satu dari mereka menyeringai puas. Sedangkan yang satunya terlihat gelisah tidak karuan. Mereka membuka perlahan kartunya, pria yang gelisah tadi mendengus lalu menutup kartunya kembali.
"Sial!" Pria itu membatin.
Lawan mainnya tersenyum kecut, dia sudah tahu kali ini dia pasti akan menang lagi. Setelah semua hutang-hutang pria itu padanya, Apalagi yang akan dia pertaruhkan? Sedangkan harta kekayaannya sudah terkuras habis. "Kau selalu tidak bisa menang dariku Skandar!" ejek pria di depannya.
Pria itu lari dan berniat kabur, tetapi ajudan lawannya terlalu cepat sehingga dia berhasil di bekukan. "Keparat! Mau kemana kau?" Lawan mainnya menghampiri pria itu, sambil menekan dagu nya.
"Skandar, kau kira bisa lari kemana? " Ucap pria itu sambil mendorong dahi Skandar, menghinanya.
"Pilihlah! Nyawa mu atau serahkan rumah dan peternakan mu! Sebagai jaminan semua hutang yang sudah kau pinjam pada ku!" pria yang menjadi lawan Skandar adalah Albert Sky, pria berbadan kekar yang tingginya sekitar 190 sentimeter itu tertawa jahat.
"Ambil saja rumahku dan segala isinya. Dari yang bergerak dan tidak bergerak!" kata Skandar dengan nada meringis setelah dibekuk tak berdaya.
Lawan mainnya berhenti sejenak, mencoba mencerna apa maksud dari yang bergerak dan tidak bergerak. "Baiklah, kebetulan suasana hatiku sedang baik hari ini. Jadi, ajudan lepaskan saja si brengsek ini! Tapi, sebelum itu kau harus menanda tangani perjanjiannya dulu!" Albert memberi Skandar selembar kertas kosong.
Dia meminta Skandar untuk mengisi perjanjian yang dia buat tadi, lalu menandatanganinya. Senyum puas terukir di bibir pink Albert Sky. Pria berdarah dingin yang terkenal kejam. Beruntungnya Albert, karena kecanduan Skandar terhadap judi, dia dengan mudah menghancurkan pria itu.
"Cepat lepaskan aku brengsek!" pungkas Skandar dengan mata yang membulat.
"Kau pikir dengan menyerahkan semua itu, sudah melunasi semua hutangmu? Aku hanya sedang bersikap baik, sehingga ku anggap kita impas sekarang!" Kata Albert sambil memukul kepala pria itu.
Albert Sky pun melepaskan Skandar, dia membiarkan pria itu kabur entah kemana. Padahal rumah dan peternakan yang dijadikan taruhan oleh Skandar masih jauh dari kata cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Albert Sky, adalah seorang bandar judi terhebat di kotanya. Dahulu pria itu hanyalah seorang budak biasa. Namun, karena hasil dari kegigihannya, sekarang dia bisa mencapai puncak kekayaan dan sosial tertinggi di ibu kota seperti sekarang.
Albert Sky atau akrab dipanggil Sky, diusianya yang menginjak tiga puluh delapan tahun, masih belum ada minat untuk memiliki istri. Ini semua didasari karena trauma masa lalunya. Tragedi yang membuatnya menjadi pria dingin dan kejam. Rumah Skandar yang Sky dapatkan dari hasil perjudian itu terletak di sebuah Desa Konov yang jika di hitung jaraknya bisa memakan waktu sekitar lima jam perjalanan.
Di sana, adik dari Skandar yang bernama Elisabeth Michigan tinggal. Wanita itu berusia dua puluh delapan tahun. Seorang kutu buku dan jarang sekali tampil keluar rumah. Yah, selain pergi ke pesta yang dilaksanakan oleh ketua kumpulan Bangsawan di lingkungannya. Mereka biasa memanggil Elisabeth dengan julukan Lady Elisa.
Elisa sendiri sering menghabiskan waktunya di peternakan, membantu para pekerja memerah susu, berkebun bahkan sampai menanam bibit sayuran. Apa jadinya jika dia tahu, mengenai pertaruhan yang kakaknya buat akibat perjudian? Dia pasti akan kecewa dan marah besar. Terlebih, dia termasuk bagian dalam taruhannya.
Keesokan paginya, Sky segera pergi ke wilayah rumah Skandar di Konov. Setelah lima jam di perjalanan, akhirnya Albert Sky pun sampai. Dia memasuki wilayah rumah itu dengan hati-hati. Suasana di sana terlihat sunyi hanya beberapa pekerja di luaran yang terlihat. Semua barang-barang atau apapun yang terlihat di sana terlihat sangat rapih dan tersusun pada tempatnya.
Tidak lama, kepala pelayan rumah tangga menghampirinya dan menyapa Albert Sky dengan senyuman manis. "Selamat pagi Tuan, ada yang bisa kami bantu? " tanya pelayan itu.
"Saya ingin bertemu dengan pemilik rumah." Sky tersenyum dengan karismanya yang menawan.
"Maaf, tapi Tuan Skandar sedang tidak ada di sini. " jawab pelayan itu.
"Oh bukan dia, kudengar masih ada penghuni lain di sini?" tanya Sky dengan penuh kesopanan.
"Maksud Anda... Nona Elisa? Tapi, dia jarang menerima tamu asing. Jika boleh saya yang mewakilkan—" ucapan pelayan terpotong dengan dengusan kasar Sky.
Sky menghela napas panjang, lalu mengeluarkan selembar kertas. "Saya Albert Sky, saya yang akan mengambil alih rumah ini. Tolong katakan pada Nona mu, bahwa saya datang secara sopan dan ingin bertemu dengannya. Jika dia enggan bertemu, saya terpaksa akan melakukan cara yang lain!"
Pelayan itu membelalak, dia membuka mulutnya sedikit karena terkejut. "Itu tidak mungkin, anda tidak boleh sembarangan, Tuan! Lebih baik anda segera pergi dari sini, sebelum kehadiranmu mengganggu kenyamanan Nona kami!" Pelayan itu mendorong Sky.
Albert Sky dengan sigap menahan tangan kecil itu dengan cepat. "Saya tidak terbiasa berurusan dengan orang rendahan sepertimu. Jadi, jangan membuang waktuku. Panggilkan nona mu sekarang atau saya akan meratakan semua lahan ini!"
"Saya akan melaporkanmu ke polisi!" Seru Nori si Kepala Pelayan.
"Ada keributan apa ini?" Seorang wanita dengan rambut coklat panjang nan menawan menghampiri Albert dan Nori yang sedang berdebat. Keringat menetes ke pelipisnya membuat tampilan wanita itu agak memakai mata Sky, belum lagi rona pipi yang kemerahan melengkapi tampilannya yang agak berantakan.
"Pria ini... Dia mengatakan hal yang tidak masuk akal Nona!" Seru Nori.
Albert Sky menyerahkan selembar kertas perjanjian yang dibuat dirinya dan Skandar, kakak dari Elisa. Mata Elisa menanam seiring ia berhasil membaca isi perjanjian dengan lengkap sebelum akhirnya menatap Sky dengan tajam.
"Kakakmu... Mempertaruhkan rumah ini dan segala isinya, Nona Elisa!" Albert mendekatkan diri ke arah Elisa dan berbisik pada wanita itu. Elisa membeku, ini pertama kalinya seorang pria berani sedekat ini dengannya.
Elisa mundur beberapa langkah. "Tidak, kakak ku tidak akan mungkin mempertaruhkan satu-satunya peninggalan keluarga kami!" Elisa menatap tajam ke arah Sky.
Pria keji itu tertawa lagi, dia memanggil pengacara yang ikut di dalam mobilnya. "Perjanjian ini resmi, dibuat dengan kesadaran Skandar sendiri."
Bagai tersambar petir disiang hari, napas Elisa menjadi berat dan lutut kakinya terasa lemas seketika. Kepala Pelayan langsung menyadari bagaimana terkejutnya Elisa sehingga dengan sigap menolong tubuh Elisa yang hampir hilang keseimbangan. "Nona!"
Elisa mencoba mengatur napasnya dengan baik, dia kemudian merasakan hawa sesak di dadanya. Elisa memiliki asma, jadi setiap kali dia terkejut atau panik dia akan merasakan sesak di dadanya dan kambuh. Nori langsung berlari ke dalam rumah dan mengambilkan inhaler untuk Elisa. Sesaat dia kembali dan meletakan alat itu di mulut majikannya. Elisa menarik napas panjang dan menghirup benda itu sembari mencoba tenang.
"Apa Nona baik-baik saja?" Albert mencoba mendekati Elisa dan tangannya secara refleks terulur.
Elisa mengibaskan tangan Albert Sky secara kasar. "Berani sekali Tuan berniat mengambil alih peninggalan keluargaku! Sampai mati pun aku tidak akan keluar dari rumah ini! " Elisa menatap Albert Sky dengan tajam.
"Saya tidak memintamu untuk keluar dari rumah ini, karena kamu termasuk kedalam taruhannya!" katanya sembari menyeringai tipis.
"Nonaku bukan barang! Dasar anda bajingan! Hentikan omong kosong mu!" Nori berusaha mendorong Albert Sky lagi namun, dengan satu tangannya Sky menahan pelayan itu. "Anda juga termasuk Kepala Pelayan!" katanya sembari menggertak Nori.
Elisa dan Nori menatap satu sama lain. Mereka memutuskan untuk membicarakannya di dalam sesuai hukum yang ada. "Hentikan! Mari kita bicarakan ini di dalam!" usul Elisa.
Albert Sky mengangguk, mereka berbincang dengan pengacara yang Albert bawa. Putusan akhirnya, Elisa akan tetap tinggal di sana tapi, kepemilikan rumah itu bukan lagi milik keluarganya melainkan milik Albert Sky sekarang.
Sky juga akan tinggal di sana, di ruangan khusus yang akan dibangun di samping rumah utama. Dia akan menempati itu sewaktu-waktu dia menginginkan ketenangan.
"Mari berdamai!" Sky menyeringai dan mengulurkan tangannya pada Elisa yang kini hanya menatap datar tangan itu. Dia tidak berniat berteman dengan Sky.
"Jika menjadi aku, apa yang kamu harapkan dari seseorang yang mengambil rumahnya secara paksa? Pertemanan? Cih sungguh naif." Elisa menatap Albert tajam, sambil menepis tangan pria itu lagi.
"Secara teknis, saya tidak mengambil rumah ini secara paksa. Saya hanya mengambil apa yang sudah menjadi hak saya." Sky tersenyum jahat. Pria itu duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya menatap Elisa dengan sedikit tertarik.
Elisa hanya mampu menatapnya dengan penuh kebencian. Tangannya mengepal sampai kuku-kuki jarinya memucat. Tapi dia lebih membenci Skandar, bagaimana bisa pria itu menjadikan dirinya dan rumah peninggalan orang tuanya sebagai bahan taruhan?
Sekarang dia tidak tahu dimana keberadaan kakaknya yang brengsek. Pria itu benar-benar menghancurkan hidup adiknya sendiri. Betapa sedihnya Elisa, dia harus tinggal dengan orang asing yang tidak dia kenal seumur hidupnya. Bahkan bisa dibilang musuh kakaknya, Elisa langsung kembali ke kamar dan tidak mempedulikan Sky yang masih di sana bersantai di dalam rumah yang kini telah menjadi miliknya.
Elisa menjatuhkan tubuhnya di atas kasur seraya menghembuskan napas pelan. Air matanya sudah berkumpul di kelopak sejak pernyataan Sky, ia tidak kuasa menahan tangis yang kini pecah sembari meraih foto kedua mendiang ibu dan ayahnya. Tidak ada yang bisa dijadikan sandaran baginya, selama ini Skandar hanya bisa menghabiskan uang mereka. Semua peternakan di Konov Elisa lah yang mengurus, sekarang Dia harus dihadapi dengan kenyataan pahit. Bahwa rumah itu, bukan lagi miliknya, peternakan itu juga.
"Skandar aku akan membunuhmu!" Dia membatin sambil mengeratkan pelukannya pada guling dan kembali menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Cici Wulandari
gue mampir Thor jangan lupa bintang 5 boom like juga🤗
2023-03-03
0
🇦 🇹 🇯 🇺
mampir
2022-12-23
2
💞 Adhel 💞
Aku mampir Thor, salam dari
"pengharapan Terakhir Aisyah"
2022-11-05
2