Kenyataan pahit

Alvaro tersenyum saat melihat ponselnya, ia tersenyum saat melihat foto-foto yang ia ambil. Di ponselnya, terdapat banyak foto Naura yang ia ambil semalam.

“Seandainya aku tidak ingin menghancurkan Nauder, sudah dipastikan kita sekarang masih bersama. Aku akan membawamu ketempat yang jauh,” ucap Alvaro. Tak lama, Alvaro terpikirkan sesuatu, ia pun langsung mengirimkan satu foto ke ponsel Naura.

Foto itu adalah foto saat ia mencium bibir Naura semalam. Sudah dipastikan, saat melihat foto itu, Naura pasti akan shock setengah mati. Alvaro menyimpan ponselnya, kemudian ia bangkit dari duduknya. Lalu setelah itu, ia keluar dari ruangnya untuk bermain golf.

•••

Naura melemparkan ponselnya, saat melihat apa yang dilihatnya. “Ba-gaimana mungkin ... Naura menatap tak percaya pada ponsel yang ia lemparkan, ternyata Alvaro mengirimkan sebuah foto dirinya yang sedang dicium oleh Alvaro.

Tangis Naura langsung luruh saat menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Benar dugaannya, bahwa semalam yang masuk ke dalam kamar adalah Alvaro, dan benar dugaannya yang semalam tidur dengannya bukan Nauder melainkan Alvaro.

Tak lama, terdengar suara derap langkah dari luar, secepat kilat Naura pun langsung mengambil ponselnya, lalu menghapus foto itu dan menghapus air matanya.

“Sayang!” panggil Nauder, hingga Naura tersenyum.

“Kau tidak apa-apa?” anya Nauder saat melihat wajah Naura yang memerah, pertanda istrinya menangis. Naura mengigit bibirnya, dan menormalkan ekspresinya.

“Kepalaku sakit,” jawab Naura berbohong, ia berusaha menyembunyikan kekalutannya, ia berusaha untuk tidak menampakkan apa yang ia rasakan.

“Apa kitajadi pulang sekarang?” tanya Nauder, Naura mengangguk.

“Ayo kita pulang sekarang.” Nauder mengulurkan tangannya pada Naura, kemudian sepasang suami istri itu langsung keluar dari kamar hotel. Saat keluar dari kamar hotel, beberapa pengawal sudah ada di depan lalu mereka berjalan mengikuti Nauder dan Naura

Saat berada di dalam mobil, Nauder merangkul pundak Naura, sedangkan Naura memeluk pinggang Nauder. Rasanya, Naura ingin sekali menangis saat mengetahui semuanya yang terjadi semalam.

Dia yang sedang berada dipelukan Nauder berusaha menahan tangisnya mati-matian. Sekarang, ia harus bagaimana. Bagaimana jika ia hamil anak Alvaro bukan hamil anak suaminya.

Sekuat apapun Naura menahannya, pada akhirnya bulir bening langsung terjatuh dari pelupuk mata Naura. Hingga tanpa sadar, Naura terisak, membuat Nauder langsung tersadar.

Nauder sedikit menjauhkan tubuhnya dari Naura, hingga pelukan mereka sedikit terlepas. “Sayang, kau tidak apa-apa. Apakah kau baik-baik saja?” tanya Nauder, ia begitu khawatir saat melihat Naura yang menangis

“Kepalaku masih sakit," jawab Naura, ia masih menggunakan alasan tadi.

“putar balik mobil, kita ke rumah sakit!” titah Nauder pada sopir, membuat mata Naura membulat

“ Tidak ... tidak, jangan jangan ke rumah sakit.”

“Why sayang. Bukankah kepalamu sakit?" tanya Nauder.

“Aku hanya ingin tidur di apartemen saja," Jawab Naura.

“Ya, sudah kalau begitu. Tidak usah jadi, kita ke apartemen saja,” ucap Nauder pada sopir.

Akhirnya mobil yang dikendarai supir sampai di apartemen. Naura turun dari mobil begitupun dengan Nauder

“Sayang, Apa kau butuh kursi roda? atau kau ingin aku gendong?” tanya Nauder. Melihat Nauder yang sangat khawatir seperti ini. Naura kembali ingin menangis, apa jadinya jika Nauder mengetahui yang sebenarnya

“Sayang!" panggil nauder lagi menyadarkan Naura dari lamunannya.

“ Ah tidak, Ayo kita berjalan saja,” Jawab Naura. Nauder menggenggam erat tangan Naura, kemudian mereka pun berjalan ke unit apartemen mereka.

Naura membaringkan tubuhnya di ranjang, ia menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut.

Sedangkan Nauder sedang membuatkan susu untuk Naura.

Tak lama, pintu kembali terbuka, Nauder datang dengan sebuah nampan berisi susu di atasnya. s

“Sayang!” panggil Nauder. Naura menghapus air matanya, kemudian ia langsung mendudukkan dirinya

“ Sayang aku baik-baik saja, kenapa kau terus menangis, apa kepalamu sakit apa aku harus memanggil dokter Evelyn?" Nauder bertanya bertubi-tubi. Rasanya, ia begitu khawatir saat melihat wajah Naura yang sembab.

Tangis Naura hampir pecah saat melihat Nauder yang khawatir padanya. “Tuhan, berdosakah aku jika tidak jujur pada Nauder.” Naura membatin seraya menatap Nauder dengan tatapan rasa bersalah.

Naura mengambil susu yang di bawa oleh Nauder, kemudian menyimpannya ke atas nakas. “Kenapa kau tidak meminumnya?" tanya Nauder, saat Naura menyimpan gelas susu. Bukannya membalas, Naura malah maju kemudian ia memeluk suaminya. Lalu menumpahkan tangisannya diperlukan suaminya.

“Nauder, peluk aku!" kata Naura dengan nada yang pedih. Elusan tangan Nauder di punggungnya membuatnya nyaman. Namun, juga membuatnya sesak, ia tidak bisa membayangkan. Bagaimana jika Nauder tahu, pasti Nauder akan meninggalkannya.

Tidak, yang lebih parah. Bagaimana jika yang ia kandung nanti adalah anak Alvaro bukan anak Nauder.

“Sayang, jika kau sakit Ayo ke rumah sakit, kau semakin membuatku panik jika kau menangis?" kata Nauder, Ia terus membelai punggung Laura. Bukannya berhenti menangis, Naura malah kembali mengencangkan tangisannya.

Terpopuler

Comments

Shepty Ani

Shepty Ani

yaampun nggak kebayang apa jadinya klo lakinya tau tp mending bilang aja dr sekarang bilang aja nggak sadar trs dia masuk dr pada nanti fotonya dikirim ke suamimu dikira kalian sama" mau

2023-12-16

0

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

Naura mikirin yg semalem jadi pusing

2022-10-25

1

ida fitri

ida fitri

kasihan si Naura jdi ngebantuin sendiri

2022-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!