Hujan yang mendadak turun menderas bumi membuatku seketika membalikkan badan dan berjalan cepat menjauhi kerumunan penonton yang juga membubarkan diri. Karena penasaran, aku menengok ke arah belakang dan mendapati jika Taka masih menatap ke arahku. Ia tetap duduk di depan sorotan layar kamera dan membuatku sadar jika ia dan kawan-kawannya berada di pelataran sebuah toko yang menjual souvenir khas Jepang. Posisinya yang terlindung dari hujan membuatnya duduk santai di tempat. Secepat yang aku bisa, aku berjalan menuju ke salah satu toko terdekat untuk berteduh.
***
"Kon'nichiwa Rinai-chan," suara lembut itu menyapa saat aku sedang menunduk untuk melihat ujung celana yang basah.
Aku mengangkat wajahku dan tertegun sejenak, "Kon'nichiwa Taka-chan."
"Senang sekali bisa melihatmu di sini. Saya kira saya harus ke Shinjuku jika ingin bertemu denganmu. Tetapi nyatanya tidak."
Aku tersenyum tipis berusaha menahan gejolak aneh dalam hati, "Ah ya. Saya baru saja pindah ke daerah sini hari ini. Senang bisa bertemu denganmu lagi Taka-chan."
"Apakah kamu sedang menunggu seseorang?" tanya Taka kemudian.
Dengan cepat aku menggeleng, "Tidak, saya baru saja pindah dan tidak memiliki seorang kenalan pun di sini. Saya hanya berteduh sejenak dari hujan sebelum kembali ke apartemen."
Uacapanku membuat Taka tertawa. "Maafkan saya! Saya kira kamu sedang menunggu seseorang, ternyata kamu hanya sedang berteduh."
"Betul," ucapku pendek. Aku semakin sulit menahan rasa dingin yang tiba-tiba menjalar di punggung. Aku grogi!
"Sayang sekali kalau begitu. Payung di tanganmu menjadi tidak berguna karena tidak bisa melindungimu dari hujan," balas Taka disela-sela tawa.
Aku kaget dan melihat ke arah tanganku cepat. 'Bo*doh!' makiku dalam hati. Tanpa sadar, aku menepuk dahiku keras.
Melihat kelakuanku, Taka kembali tertawa. Aku menutupi wajah dengan satu tangan untuk menghalau malu yang luar biasa.
"Ah ya! Saya lupa jika membawa payung," ucapku lirih menatap wajah Taka yang masih menyisakan tawa. "Sepertinya saya harus pulang, senang bisa bertemu denganmu di sini Taka-chan."
Taka mengangguk dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Saya juga sangat senang bisa bertemu denganmu. Saya tinggal di dekat sini, semoga kita bisa sering bertemu lagi."
Aku menundukkan badan sedikit dan segera menjauh setelah payungku terbuka. Walaupun tidak melihat, aku bisa merasakan jika ia menatap ke arah punggungku.
"Rinai-chan!" panggilnya keras. Aku membalikkan badan dan melihat ia berlari menghampiri dengan melindungi kepalanya dengan kedua tangan. "Bisakah aku mendapatkan nomor teleponmu?"
Aku bergegas mengeluarkan ponsel dan memberikan padanya, " Maaf, aku tidak hapal nomorku sendiri. Bisakah kau menuliskan nomormu?" tanyaku balik.
Taka mengangguk. Setelah mengetikkan sebaris nomor dan melakukan panggilan ke luar, ia mengembalikannya dan tersenyum, "Terima kasih, Rinai-chan."
Ucapannya membuatku mengangguk dan balas tersenyum, " Baiklah Taka-chan, aku pergi dulu ya?"
Kepergianku dilepas dengan lambaian tangannya.
***
Aku mengabaikan beberapa kardus yang masih rapi tertumpuk di dekat pintu. Sekembalinya dari luar, aku bergegas mandi dan membuat secangkir kopi. Hujan di luar sudah berhenti sepenuhnya, menyisakan titik air yang menempel di pepohonan. Saat membuka pintu balkon, aku sontak bergumam kagum. Di depanku, kota Tokyo terlihat cantik dengan kilau warna warni lampu. Aku bisa memandang ke arah yang menurutku adalah Stasiun Tokyo. Otomatis aku mengingat Taka yang mungkin masih berada di sana. Seperti diingatkan akan sesuatu, aku menuju ke tempat tidur dan langsung berdebar saat melihat ada satu pesan di kotak masuk yang diterima hampir satu jam yang lalu. Sederet nomor asing mengambil fokus mataku dan aku bisa menebak dengan mudah, siapa pemiliknya.
[Rinai-chan, kamu sudah sampai kah? Taka]
Tanpa sadar aku tersenyum, [Maafkan saya Taka-chan. Saya langsung membersihkan diri setibanya di apartemen dan tidak menyadari jika pesanmu masuk]
Karena pesan yang kukirim belum menunjukkan tanda-tanda dibaca, aku menaruh ponsel dan menyesap kopiku pelan.
Ting!
[Tidak masalah, Rinai-chan. Hangatkan dirimu, jangan sampai sakit. Udara di luar sini sudah semakin mendingin]
Aku mengerutkan kening, [Kamu masih di luar, Taka-chan?] Dan ia langsung membacanya.
Setelah beberapa detik menunggu balasan, mataku terbelalak kaget dan netraku memanas. Bagaimana tidak? Taka mengirimkan foto dirinya dengan latar belakang pertokoan yang dipenuhi lampu tempatnya menyanyi sore tadi. Aku meletakkan ponselku kasar dan menyentuh kedua pipi, bisa kurasakan jika wajahku menghangat.
'Aku meleleh melihatmu, Taka!' teriakku dalam hati dan menghembuskan nafas kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Laksana mutiara🥀
Panjang banget..😅😅😅 Setelah titik di kasih garis baru, agar tidak terkesan terlalu panjang.😁😁😁 Tetap semangat!!😋😋
2023-02-12
1
Erlinda
kok aq merasa novel ini seperti iklan terselubung ya..?
2023-01-30
1