Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tangan yang dingin, menunggu penghangat ruangan yang baru saja kunyalakan bekerja. Mataku nanar menatap dinding apartemen dan sembari menghembuskan nafas panjang, kakiku berjalan menuju meja di mana terdapat teko air listrik dan menekan tanda ON. Sambil menunggu air mendidih, aku merebahkan diri di sofa panjang dan menutup mata sejenak. Otakku mulai berpikir kegiatan apa yang selanjutnya akan kulakukan. Hidup menganggur seperti ini membuat waktu berjalan amat lambat dan kebosanan mulai melingkupiku. Mengesalkan!
***
Ting!
Ponselku berdenting dan aku memilih mengabaikannya. Tanpa melihat, aku tau jika itu pasti pesan dari kakak dari nada dering yang khusus kusetel untuknya.
Ingatanku kembali memutar memori saat di bandara tepat sebelum berangkat. Saat itu hanya mama yang bisa mengantarku, papa sedang keluar kota dan kakak? Seperti biasa, sibuk dengan persiapan pernikahan.
"Menghilanglah ...."
Deg! Aku tertegun mendengar ucapan mama.
"Mama mohon, menghilanglah dari kehidupan kami. Jika Mama tau akan ada hari ini, mungkin Mama tidak akan pernah mengadopsimu, Dek. Tolong menghilanglah dari kehidupan kami."
Tenggorokan yang tercekat dan wajah yang memanas membuatku tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Aku hanya mengangguk dan berbalik meninggalkan mama yang masih berdiri.
Ucapan mama tidak main-main. Beliau mentransfer uang yang sangat banyak setibanya aku di Tokyo. Uang yang sangat banyak, sehingga sampai ma*ti pun belum tentu bisa kuhabiskan. Apa aku senang? Tidak! Perbuatan mama itu semakin meyakinkanku jika mereka yang selama ini kuanggap keluarga, benar-benar telah membuangku.
***
Aku diadopsi saat kelas empat sekolah dasar. Alasan yang kudengar adalah, mama tidak bisa memiliki anak lagi karena masalah kesehatan yang beliau derita. Tapi pada kenyataannya, aku hadir tidak lebih hanya sebagai asisten pribadi kakak. Kakak lebih tua tiga tahun dariku. Dari awal aku hadir di rumah mereka, perlakuan kakak sangat baik. Terlalu baik sehingga membuatku tidak tega untuk menolak semua permintaannya. Salah satunya melepaskan Putra, teman masa kecil kami yang selama tiga tahun menjalin hubungan kasih secara diam-diam denganku. Entah ia tau atau tidak, sama saja. Tidak ada pengaruhnya. Kakak bisa dengan terus terang mengatakan keinginannya dan seperti biasa, menuntut aku untuk mengalah.
***
[Kamu ke mana, Dek?]
[Kenapa pesan kakak ngga dibalas?]
[Dek, kamu baik-baik aja?]
Dengan malas yang teramat sangat, aku mengetik balasan.
[Baru sampai di apartemen, Kak. Habis keluar nyari buku sama nyari makan]
[Ok] Tanpa ku duga, kakak ternyata sedang online dan langsung membalas pesanku.
Kakak memang sering mengirimkan pesan untukku, entah ia khawatir atau hanya ingin pamer. Sesekali tanpa memikirkan perasaanku, ia mengirim foto persiapan pernikahannya dengan Putra. Ini membuatku terganggu dan berniat untuk mengganti nomor ponsel. Jika mereka membuangku, aku sepatutnya tau diri untuk tidak akan pernah lagi berhubungan dengan mereka.
***
Mendapatkan simcard seluler di Jepang tidak semudah seperti di Indonesia. Untuk mendapatkan simcard di sini ada tiga cara yang bisa digunakan oleh pendatang.
Salah satunya, harus membuat kontrak dengan provider selular besar. Simcard ( dengan layanan pulsa dan kuota ) dijual satu paket beserta ponselnya. Sayangnya, opsi ini dikenakan biaya bulanan yang cukup mahal serta adanya biaya penalti jika membatalkan kontrak sebelum dua tahun.
Ada juga pilihan simcard murah dengan layanan masing-masing. Entah itu khusus untuk internet saja, khusus untuk berkirim pesan saja serta khusus untuk panggilan telepon saja. Biaya yang dikeluarkan tiap bulan juga cenderung rendah. Sayangnya, ponsel yang bisa menggunakan simcard ini harus bertanda 𝙏𝙚𝙘𝙝𝙣𝙞𝙘𝙖𝙡 𝘾𝙤𝙣𝙛𝙤𝙧𝙢𝙞𝙩𝙮 𝙈𝙖𝙧𝙠 dan besar kemungkinan, ponsel yang di beli di luar Jepang tidak memiliki tanda ini.
Opsi terakhir adalah dengan membeli ponsel unlock murah yang juga sudah menjadi satu dengan simcard. Pada dasarnya, ponsel terbagi menjadi dua. Factory Unlock ( FU ) yang berarti bisa digunakan dengan kartu apapun, dan Software Unlock yang hanya bisa digunakan dengan satu kartu. Ponsel FU memiliki harga yanh lebih mahal daripada ponsel SU karena kelebihannya yang bisa digunakan untuk berganti simcard murah sesuai layanan yang dibutuhkan.
Karena tidak ingin pusing, aku berniat memilih opsi pertama. Walaupun mahal, tidak masalah. Toh aku memiliki banyak uang. Daripada menyesali diri sendiri dan bersedih terus-terusan, lebih baik jika bersenang-senang dengan apa yang kupunya sekarang.
***
Aku mampir ke toko buku favoritku setelah mendapatkan ponsel berikut simcard baru.
Saat sedang membaca sekilas buku yang terlihat menarik, seseorang menyenggol bahuku dari belakang dan membuatku maju menabrak rak buku. Buku yang kupegang ikut terjatuh.
"Suimasen, ukkari butsukatte shimaimashita. Anata wa daijōbu? ( maaf, saya tidak sengaja menabrak anda. Anda tidak apa-apa?)."
Aku mengangguk pelan dengan posisi masih menunduk setelah memungut buku di lantai, "O kake-sa made genkidesu ( saya baik-baik saja, terima kasih )," jawabku lirih.
Sosok itu kembali mengatakan maaf dengan membungkukkan tubuhnya kemudian berlalu pergi membelakangiku saat aku mengangkat wajah. Apa yang kulihat membuatku tertegun kemudian. Punggung yang terlihat berjalan menjauh itu mengingatkanku akan Putra.
***
"Taka!" teriakan seorang gadis diikuti dengan suara langkah kaki yang terdengar banyak membuatku tersentak dan melirik ke samping.
'Kaya pernah denger nama itu, tapi di mana ya?' tanyaku dalam hati.
Aku berusaha mengabaikan keributan kecil yang terjadi, saat seseorang berlari ke arahku. Walaupun tertutup masker, aku bisa mengenali mata berwarna coklat terang itu. Ah, mata yang sama rupanya. Ada desir hangat yang timbul karena terus menatap mata tersebut dan tidak bisa kuartikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Laksana mutiara🥀
Sedikit saran, kalau bisa jelasin nya jangan sepanjang ini😅😅 agar pembaca tidak bosan membaca nya...😊😊 tetap semangat!😘 Dari Cinta muslimah si gadis bisu..🤗
2023-02-12
2