Setelah Pernikahan, Dendam Yang Terbalaskan

...BAB 3...

...Setelah Pernikahan, Dendam Yang Terbalaskan...

Seminggu kemudian, akhirnya Devan memutuskan untuk memenuhi keinginan Silvia untuk menikahinya. Walau dengan berat hati dan terpaksa melakukannya, namun Devan tak punya pilihan lain lagi selain menikahinya. Dan terpaksa Devan juga harus merahasiakan pernikahan itu dari Cathrine kekasihnya.

Devan menikahi Silvia langsung di KUA tanpa ada kerabat maupun keluarga yang menghadiri untuk menjadikan saksi pernikahan mereka berdua, kecuali Nana sahabat Silvia sendiri. Alasan, Devan yang memang belum siap untuk memberitahukan hal itu pada keluarganya. Padahal alasan sebenarnya adalah Devan memang ingin menyembunyikan status Silvia di depan publik.

Sore setelah mereka resmi menjadi sepasang suami istri, Devan membawa Silvia ke sebuah Villa mewah di salah satu kawasan Jakarta dan tidak terlalu jauh dari kota, dimana tempatnya dan dirinya akan tinggal. Villa yang ia bangun semenjak lima tahun silam dengan jerih payahnya sendiri. Sebenarnya Villa itu akan ia hadiahkan untuk Cathrine nanti setelah resmi menikah. Namun karna pernikahannya dengan Silvia di lakukan secara mendadak dan belum ada persiapan. Maka mau tak mau Silvia harus terpaksa tinggal di Villa-nya.

“Untuk sementara waktu kamu tinggal di sini dulu. Dan sebelum pernikahanku dan Cathrine tiba akan ku usahakan nanti mencari Apartemen yang nyaman untuk kamu tinggali.”  ujar Devan.

Silvia yang duduk bersandar di ranjang, sontak mendongak ke arah Devan yang baru saja selesai merapikan pakaiannya ke dalam lemari baju.

“Jadi kamu akan tetap menikahinya?” tanya Silvia, seraya mengerutkan dahinya. Devan pun menoleh pada Silvia dengan tatapan datarnya.

“Tentu saja, aku akan tetap menikahi Cathrine. Dia kekasihku, dia cintaku! Bukankah pernikahan ini yang kau mau! Jadi kau harus menanggung resikomu sendiri karna ingin di nikahi oleh seorang Pria yang sudah memiliki calon istri. Relakan jika nanti kamu aku poligami!” tegasnya sambil tersenyum sinis. Silvia tertegun lalu tak lama ia kembali berkata.

“Kalau...., misalkan aku memintamu untuk tidak menikahinya, apa kau mau mengabulkannya?” tanyanya tiba-tiba, yang membuat Devan berbalik kembali menatap Silvia yang kini wajahnya berubah merah.

“Apa katamu barusan?” tanyanya mengerutkan keningnya kesal. “Apa aku tidak salah dengar?” pekiknya.

Silvia menatap agak takut wajah Devan yang terlihat marah. “Akh, maaf aku, aku hanya bercanda...” ucapnya tertawa kaku. “Jangan anggap ucapanku barusan. Hahaaha...”

Devan mendengus kasar lalu melipatkan kedua tangannya di dada, memutar bola matanya dengan jengah. “Jangan macam-macam Silvia, aku sudah penuhi keinginanmu untuk menikahimu. Aku akui, aku memang bersalah sudah menabrakmu. Tapi bukan berarti kau bisa seenaknya saja mengatur hidupku. Nyaris dua tahun lamanya aku merencanakan pernikahan ini dengan Cathrine, dan ku harap kau tidak akan menghancurkan impianku!” tegasnya lagi sembari menunjuki wajah Silvia dengan telunjuknya.

Devan menghela nafasnya dalam, lalu memalingkan wajahnya, sebenarnya dia tak mau berbicara kasar pada Silvia, tapi melihat keadaan Silvia yang sakit karnanya juga banyak kemauan. Seolah Silvia hanya ingin memanfaatkan dirinya saja.

Devan memenjam rapat-rapat matanya, dan menepis semua pikiran buruknya, semoga itu hanya perasaannya saja. “Sebaiknya kau segera istirahat. Setelah bangun kau langsung makan malam ada Bi Sari yang akan membantumu di sini. Aku mau pergi dulu.” ujarnya yang hendak pergi keluar kamar.

“Kamu mau pergi kemana?” tanya Silvia, menghentikan langkah Devan yang ingin membuka pintu dengan membawa baju ganti di tangannya.

“Apa sekarang kau juga mau mengatur kemana aku pergi?” deliknya sinis.

“Em, tidak aku hanya bertanya saja. Bukankah sekarang aku sudah menjadi istrimu jadi wajar kan kalau aku ingin tahu kemana suaminya pergi? Apa lagi ini adalah malam pengantin kita tak seharusnya kau pergi meninggalkan istrimu?” Silvia tersenyum manis untuk menutupi kegugupannya di depan sosok tampan yang kini sedang melangkah mendekatinya lagi.

“Suamimu?! Huh” Devan mengusap cepat hidungnya dan berpaling muka. “Sepertinya hanya kau saja yang menganggap itu, tapi aku tidak! Karna aku sama sekali tidak berniat dengan pernikahan yang terpaksa ini.” sindirnya.

Devan kini menatap lekat wajah Silvia yang sedang menundukkan wajahnya, membisu. “Maafkan aku Silvia, bukan aku ingin menyakiti perasaanmu. Aku hanya mencintai Cathrine seorang, pantang bagiku untuk mengkhianatinya, anggap saja pernikahan ini hanya sebatas rasa tanggung jawabku kepadamu. Maka untuk itu kau jangan berharap lebih padaku. Semoga kamu dapat memahaminya.” sambungnya. Silvia hanya mengangguk pelan.

“Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk menyukaiku. Ya, aku sadari semua ini memang keinginanku. Tapi andaikan yang menabrakku juga bukan dirimu. Aku pun pasti akan meminta hal yang sama. Hanya saja aku meminta hakku sebagai istri, agar kau tak meninggalkanku dalam keadaan sedang sakit. Bisa kan kau sedikit menghargai keberadaanku?” pintanya dengan wajah memelas. Namun Devan menggeleng tegas.

“Maaf tetapi aku tidak bisa, jika butuh bantuan kamu bisa menyuruh Bi Sari. Dia yang akan mengurusi semua kebutuhanmu!” jawabnya.

Devan pun kembali melanjutkan langkahnya keluar tanpa peduli perasaan Silvia. Tetapi Silvia tetap tak menyerah. Silvia yakin jika Devan pasti ingin pergi menemui Cathrine lagi. Dia akan terus berusaha untuk memisahkan hubungan mereka berdua. Bagaimanapun caranya. Mungkin terkesan jahat, tapi hati Silvia belum bisa tenang kalau Cathrine belum mendapat ganjarannya.

“Oh ya, apakah nanti aku boleh ikut menghadiri pernikahanmu dengan kekasihmu itu?” tanyanya lagi.

Devan menghentikan langkahnya di lawang pintu, tanpa melihat Silvia. Devan menarik dalam-dalam nafasnya, mulai kesal dengan tingkah Silvia yang tak pernah mau mengerti akan posisinya.

“Sebaiknya tidak perlu. Lebih baik kau fokus saja dengan kesembuhan kakimu.” perintahnya dan kini Devan benar-benar keluar dari kamar.

Silvia menghembuskan nafasnya cukup kencang lalu mengusap keringat dingin di keningnya. Menggigit kuku jari-jarinya sendiri.

“Huuh, aku tahu dia masih belum terima dengan pernikahan ini. Maafkan aku Devan, tapi kau harus tahu bahwa aku lebih baik dari wanita yang kau cintai selama ini. Cepat atau lambat kau harus segera meninggalkan Cathrine Angela.” gumamnya.

Silvia pun menggelengkan cepat kepalanya. Dia harus segera mencari cara agar Devan tak jadi menikahi Cathrine. Tapi bagaimana caranya? Silvia memenjam rapat-rapat kedua matanya, berpikir keras sambil menekan pelipisnya dengan jari-jari tangannya.

Seketika ia teringat pada Nana, yang tadi sempat mengabadikan gambar dirinya dengan Devan saat ijab qabulnya di kantor agama.

“Yes, aku yakin sekali Cathrine akan shock melihat foto calon suaminya tengah menikahi wanita lain!” Silvia tersenyum senang. Lantas ia segera mengambil ponsel di dalam tasnya. Lalu mengirim pesan pada Nana dan meminta foto-foto pernikahannya itu dengan Devan.

 *****

Setelah Devan selesai dengan urusan kantor, malam itu dia datang ingin menemui Cathrine. Sudah hampir satu minggu lebih dia tak menemui kekasihnya, karna sibuk mengurusi pernikahannya dengan Silvia, dan juga pekerjaannya sebagai seorang pemimpin perusahaan.

"Hallo sayang? Bagaimana kabarmu?" tanyanya menyunggingkan senyuman manisnya.

Devan meraih pinggang ramping Cathrine yang menyambutnya tanpa senyuman. Lalu hendak mengecup kening Cathrine. Tapi Cathrine segera menjauhkan kepalanya dari Devan, menolak ciuman hangat yang selalu pria itu berikan.

"Menurutmu bagaimana? Aku sudah kayak menjomblo sehari saja tidak ketemu sama kamu!" Cathrine berjalan cepat ke arah sofa sambil menyedekapkan kedua tangannya lalu menghempaskan bokongnya di busa empuk itu.

Devan menghela nafasnya dalam-dalam dan berjalan mengikutinya, duduk di samping calon istrinya yang semakin hari semakin cantik saja di lihat. Devan tahu jika saat ini Cathrine tengah merajuk. Cathrine memang tidak bisa di tinggalkan mesti dalam satu hari saja. Dia akan sangat kesal dan enggan untuk menyapa Devan lagi.

Devan meraih tangan lentik dan putih milik Cathrine lalu mengecupnya dengan lembut, memberikannya pengertian.

"Kamu jangan ngambek terus dong sayang... Bukankah pernikahan kita hanya tinggal menghitung hari saja? Harusnya kamu itu senang. Kata orang Jawa dulu juga, sebelum melaksanakan pernikahan. Seharusnya mempelai wanita dan pria itu di jarangin untuk bertemu. Alias mereka harus di pingit di dalam rumah. Nah kita yang tidak bertemu hanya satu minggu saja, kamu sudah uring-uringan nggak jelas seperti ini! Apalagi kalau tidak bertemu dalam waktu sebulan atau setahun?!" goda Devan sambil mencubit gemas pipi putih dan mulus kekasihnya.

"Sabar ya, yang penting kan aku tidak akan kabur darimu..." bisik Devan di telinganya Cathrine. "Aku tahu kamu sangat merindukanku. Sama aku juga sangat merindukanmu..."

Devan pun mencium lembut pipi Cathrine lalu memeluk erat di belakangnya menyandarkan dagunya di pundak Cathrine. Sehingga Cathrine menggeliat kegelian.

"Ahhh Beb, Bebb geli...!!" Cathrine memukul tangan Devan yang mulai nakal mencubitnya di area pinggang dan perut. 

"Dengar ya, aku bukannya ngambek nggak ketemu sama kamu! Aku kesal saja karena seharian kemarin nomermu itu tidak aktif! Aku heran, sebenarnya kamu itu kemana saja sih? Nggak biasanya kan kalau pergi ke luar kota ponselmu tidak aktif, biasanya kamu akan hubungi aku dua jam sekali walau mesti kirim pesan whatsapp!" sungutnya.

"Maaf ya sayang, aku benar-benar lupa dan tidak membawa ponsel. Saat itu ponselku mati dan aku juga lupa tak mengisinya. Setelah selesai bertemu dengan kolega, aku langsung pulang ke hotel dan tertidur lelap. Jadi aku benar-benar lupa tidak memeriksa ponselku lagi hahaha..." sangkalnya berbohong.

Devan tertawa renyah demi tidak ingin terlihat dia tengah membohongi Cathrine, dia sudah bisa memastikan jika Cathrine akan menanyakan hal itu. Devan memang sengaja seharian menyimpan ponselnya di Villa dan tak mengaktifkannya. Karna memang masih sibuk dengan urusan pernikahannya bersama Silvia. Seketika dirinya merasa bersalah karna sudah mengkhianati kekasihnya dengan menikahi wanita lain.

"Aahh dasar, kamu memang kebiasaan, beb!" Catherine mencebikkan bibirnya lalu mencubit gemas hidung mancung Devan.

"Baiklah aku maafin kamu, tapi lain kali kalau mau pergi-pergian jangan sampai kamu tidak menghubungiku seharian! Oke..."

“Oke sayang, untukmu apapun itu akan kulakukan!”

Cathrine sangat bahagia sekali di manjakan oleh seorang Devan. Refleks ia pun merangkul leher kekasihnya dengan erat dan memberikan ciuman liarnya di bibir seksi itu, namun Devan segera memalingkan wajahnya khawatir kelewatan tak mampu menolak gairah sang kekasih.

“Kenapa sayang kamu tidak suka?” tanya Cathrine mengerungkan dahinya menelitiki wajah kekasihnya yang terlihat gugup. Seketika Devan menghentikan ciuman panas yang baru saja di mulai. 

“Em ti-tidak hanya saja, jangan sekarang sayang..” tolak Devan dengan halus, lekas Devan melonggarkan pelukannya dari tubuh Cathrine. “Sabar ya, nanti setelah menikah kita bebas melakukannya.” ujarnya tersenyum. Cathrine hanya menghela nafasnya kasar, tentunya sangat kecewa.

“Kenapa, bukankah sebentar lagi kita juga akan menikah? Melakukan sekarang atau pun nanti. Bukankah itu sama saja.” renggutnya seraya melipatkan kedua tangannya dan menyenderkan punggungnya di sofa.

Cathrine sudah tak tahan lagi sebenarnya untuk menahan tak di sentuh lebih oleh Devan, bukan sekedar ciuman lewat kening dan pipi seperti anak remaja biasanya. Entah kenapa ada firasat aneh yang mengusik hati Cathrine, jika Devan akan pergi menjauh darinya.

Devan melirik jam di dinding, ternyata malam sudah semakin larut. Lalu lelaki itu menggenggam hangat tangan kekasihnya yang sedang kembali merajuk.

“Sayang, sepertinya aku harus segera pulang. Ini sudah larut malam. Ketemuannya sudah dulu ya... Lima hari lagi kita akan bertemu di gedung! Dan kita akan bertemu nanti bukan lagi sebagai pasangan kekasih. Tetapi sebagai sepasang suami istri yang sudah sah...” alih Devan lalu menyunggingkan senyum termanisnya yanb membuat hati Cathrine berbunga-bunga seakan lupa barusan ia tengah kecewa karna penolakan Devan yang tak ingin membalas ciumannya.

Setelah Devan pamit pulang, Cathrine tak berhenti menyunggingkan senyum bahagianya itu, sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang.  

Tak berapa lama terdengar suara pesan masuk dari ponselnya. Cathrine beranjak dari tidur menjadi posisi duduk lalu meraih benda pipih itu dan membukanya.

Nomer tak di kenal tiba-tiba saja mengiriminya beberapa foto seperti tengah melangsungkan ijab qabul di sebuah pernikahan. Tanpa pikir panjang Cathrine segera membuka foto itu, sontak ia tercengang setelah melihat jelas foto-foto Devan bersama dengan pengantin wanita yang wajahnya tertutup oleh gambar emoji smile. Di dalam foto itu Devan sedang menjabat seorang lelaki yang ia yakini adalah seorang penghulu.

“Apa-apaan ini? Dev, Devan dia sudah menikah, dengan siapa?!” pekiknya tak percaya. Wajahnya memerah, sangat shock.

 

Bersambung....

...****...

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

biasanya perempuan model Cathrine ini lebih licik dan gak mudah menyerah...

2024-08-07

0

Cahaya Lisbet

Cahaya Lisbet

pembalasan dimulai..

2022-12-03

2

lihat semua
Episodes
1 Nikahi Aku
2 Fitnah Keji Itu dan Rencana Silvia Untuk Membalasnya
3 Setelah Pernikahan, Dendam Yang Terbalaskan
4 Pengumuman Karya
5 Misi Menarik Perhatian Suami
6 Kemarahan Cathrine
7 Kesempatan Emas
8 Pov Silvia
9 Siapa Yang Lebih Dulu Di Campakkan?
10 Salah Satu Haters
11 Mencari Dukungan Calon Mertua
12 Mendapat Restu Mama Mertua
13 Melampiaskan Kekesalan
14 Ancaman Andy Untuk Cathrine
15 Di Pertemukan Lewat Musibah
16 Mengunjungi Rumah Mertua
17 Hubungan Yang Kandas
18 Ratu Drama
19 Tak Lagi Respek
20 Di Kejar Paparazi
21 Kehadirannya Sedikit Menghibur
22 Menginap Di Apartemen Kekasih
23 Ingin Menyerah
24 Pria Misterius
25 Kembalinya Mantan
26 Bertekad Mempertahankan Pernikahan
27 Kegelisahan Hati Devan
28 Terpaksa Satu Kamar
29 Keinginan Devan Yang Kuat
30 Di Manjakan Mama Mertua
31 Di Selamatkan Kedua Kalinya
32 Demi Sebuah Misi
33 Perkataan Siapakah Yang Harus Ia Percaya
34 Andy Yang Tak Menyerah
35 Kedengkian Cathrine Terhadap Hidup Silvia
36 Titik Awal Hubungan Baik Mereka
37 Memutuskan Pilihan
38 Suatu Kebodohan Baginya
39 Mencintai Tanpa Ia Duga-Duga Kehadirannya
40 Ceraikan Aku Dan Nikahi Dia
41 Dua-Duanya Sama Penting
42 Tak Akan Ada Pernikahan Diantara Kita
43 Cathrine Hamil
44 Bertanggung Jawab
45 Ketegangan Di Meja Makan
46 Kecurigaan Silvia
47 Marahnya Papa Indra
48 Jalanilah Hidup Masing-Masing
49 Mau Tak Mau, Harus Siap Berbagi Suami
50 Dendam Yang Terbalaskan
51 Siapakah Wanita Itu?
52 Kedua Istri Yang Keluar Rumah
53 Kecurigaan Devan Pada Istri Keduanya
54 Bertemu Teman Seperjuangan
55 Ayo Kita Bercerai
56 Demi Sahabat, Aku Mundur
57 Perpisahan
58 Rafa Merasa Bersalah
59 Kenekatan Rafa
60 Kepulangan Dini Dan Indra
61 Kebodohan Devan Selama ini
62 Menyelamatkan Silvia
63 Bermain Bilyard Yang Sebenarnya
64 Walau Selera Sama, Tapi Kami Berbeda
65 Kehamilan Silvia
66 Devan Pergi Keluar Kota
67 Catherine Yang Nyaris Terusir
68 Cathrine Masuk Rumah Sakit
69 Kebaikan Dan Ketulusan Sang Istri
70 Bahagianya Menjadi Orangtua
71 Promosi Novel Terbaru
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Nikahi Aku
2
Fitnah Keji Itu dan Rencana Silvia Untuk Membalasnya
3
Setelah Pernikahan, Dendam Yang Terbalaskan
4
Pengumuman Karya
5
Misi Menarik Perhatian Suami
6
Kemarahan Cathrine
7
Kesempatan Emas
8
Pov Silvia
9
Siapa Yang Lebih Dulu Di Campakkan?
10
Salah Satu Haters
11
Mencari Dukungan Calon Mertua
12
Mendapat Restu Mama Mertua
13
Melampiaskan Kekesalan
14
Ancaman Andy Untuk Cathrine
15
Di Pertemukan Lewat Musibah
16
Mengunjungi Rumah Mertua
17
Hubungan Yang Kandas
18
Ratu Drama
19
Tak Lagi Respek
20
Di Kejar Paparazi
21
Kehadirannya Sedikit Menghibur
22
Menginap Di Apartemen Kekasih
23
Ingin Menyerah
24
Pria Misterius
25
Kembalinya Mantan
26
Bertekad Mempertahankan Pernikahan
27
Kegelisahan Hati Devan
28
Terpaksa Satu Kamar
29
Keinginan Devan Yang Kuat
30
Di Manjakan Mama Mertua
31
Di Selamatkan Kedua Kalinya
32
Demi Sebuah Misi
33
Perkataan Siapakah Yang Harus Ia Percaya
34
Andy Yang Tak Menyerah
35
Kedengkian Cathrine Terhadap Hidup Silvia
36
Titik Awal Hubungan Baik Mereka
37
Memutuskan Pilihan
38
Suatu Kebodohan Baginya
39
Mencintai Tanpa Ia Duga-Duga Kehadirannya
40
Ceraikan Aku Dan Nikahi Dia
41
Dua-Duanya Sama Penting
42
Tak Akan Ada Pernikahan Diantara Kita
43
Cathrine Hamil
44
Bertanggung Jawab
45
Ketegangan Di Meja Makan
46
Kecurigaan Silvia
47
Marahnya Papa Indra
48
Jalanilah Hidup Masing-Masing
49
Mau Tak Mau, Harus Siap Berbagi Suami
50
Dendam Yang Terbalaskan
51
Siapakah Wanita Itu?
52
Kedua Istri Yang Keluar Rumah
53
Kecurigaan Devan Pada Istri Keduanya
54
Bertemu Teman Seperjuangan
55
Ayo Kita Bercerai
56
Demi Sahabat, Aku Mundur
57
Perpisahan
58
Rafa Merasa Bersalah
59
Kenekatan Rafa
60
Kepulangan Dini Dan Indra
61
Kebodohan Devan Selama ini
62
Menyelamatkan Silvia
63
Bermain Bilyard Yang Sebenarnya
64
Walau Selera Sama, Tapi Kami Berbeda
65
Kehamilan Silvia
66
Devan Pergi Keluar Kota
67
Catherine Yang Nyaris Terusir
68
Cathrine Masuk Rumah Sakit
69
Kebaikan Dan Ketulusan Sang Istri
70
Bahagianya Menjadi Orangtua
71
Promosi Novel Terbaru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!