sang penolong

Dengan langkah cepat Wila menuju kampus, ia kebingungan mencari cari gedung tempat registrasi Mahasiswa baru, maklum ini kali pertama ia memasuki kampus.

Sedikit panik melihat sekeliling, mencari seseorang untuk ia bertanya. Di sebelah kiri lapangan basket ia melihat ada beberapa Mahasiswa yang bergerombol.

'Oohh itu mungkin tempatnya', batinnya berkata. Segera ia menuju tempat tersebut. "Assalamu'alaikum, maaf tempat untuk registrasi di sebelah mana ya?", tanyanya. "ini ,disini!" Kata salah seorang dari mereka.

"Alhamdulillah, terima kasih", katanya sambil segera menuju tempat yang dimaksud. Ternyata ia peserta terakhir yang datang, ia serahkan berkas berkas pendaftarannya kepada Petugas. Sambil menunggu , Wila tak henti hentinya mengucap syukur, walau hampir telat.

'Masya Allah, siapa orang tadi, belum sempat berterima kasih', batinnya kembali berbicara. "Ini, Mba bisa tanda tangan disebelah sini, kata Petugas pendaftaran mengejutkan Wila.

"Masa orientasi seminggu lagi", katanya sambil mengambil berkas yang sudah ditandatangani Wila, satu lembar di ambil olehya, dan selembar lagi diberikan kepada Wila.

" Terima kasih Bu", kata Wila sebelum beranjak pergi. Sebelum pulang ia berniat untuk sekedar melihat melihat Kampusnya, biar tidak terlalu asing nantinya.

Lagi pula ia merasa sendiri, tak ada seorang teman pun yang ia kenal di sini. Baru beberapa langkah , di ujung lorong ia bertemu dengan sekumpulan Mahasiswa, kebanyakan dari mereka cuek saja. Namun ada juga yang tersenyum ramah.

"Sini gabung!", ajak salah satu dari mereka. Ternyata mereka para Mahasiswa baru yang nantinya akan berada di kelas yang sama dengannya. Setelah saling berkenalan, mereka terlibat perbincangan.

Namun Wila lebih banyak diam, dan hanya mendengarkan saja. Ia masih merasa canggung untuk bisa akrab dengan mereka. Apalagi kebanyakan dari mereka laki- laki. "Hai, aku Lela, ke kantin dulu yu?", ajaknya .

"Mita kita ke kantin yu, haus nih!", ajak Lela memanggil temannya. Wila nurut saja, ia mengikuti dua teman barunya. saat melintas parkiran , matanya tertuju pada sebuah sepeda motor besar, sepertinya tidak asing.

'Ah, sepeda motor model itu kan pasaran, pasti banyak yang punya,bukan hanya satu orang', Pikirnya. Ketiganya mempercepat langkahnya saat tiba tiba saja hujan turun.

Hanya beberapa orang yang nampak di kantin . Mereka bertiga memilih meja urutan ke empat dekat dinding kaca. "Hujan - hujan gini enaknya makan baso, biar anget ", kata Mita. "Good, idea", jawab Lela sambil menulis pesanan di buku menu.

" Aku bakso campur + teh manis hangat, kamu apa Mit?". "Aku bakso tanpa taoge + es jerkJawabnya. "Kalau aku teh manis anget saja", kata Wila. "Cuma minum aja? Gak lapar gitu?" tanya Lela. " Gak, itu saja, aku masih kenyang, lagian ini tadi bawa snack dari rumah!", jawabnya sambil tersenyum dan mengeluarkan dus kecil berisi snack dari tasnya.

Padahal ia lagi menghitung jumlah uang di kantongnya, kalau dibelikan bakso, pasti tidak ada buat ongkos pulang, pikirnya.

"Ini buatan aku sendiri, silahkan coba!", katanya sambil membuka dan mencicipi snack yang dibawanya. Isinya ada bolu kukus dan risoles.

Dengan diselingi obrolan kecil, mereka bertiga menikmati makanannya. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata di balik kaca mata hitam memperhatikan tingkah mereka dari tadi.

Hujan masih belum berhenti dan hari mulai menjelang senja. " Iihh, ditungguin kok gak berhenti henti hujannya", kata Mita. " Masa harus hujan - hujanan sih !" Lanjutnya lagi.

"Gak apa apa attu, itung itung pakaulan, hari pertama ke kampus, pulangnya hujan- hujanan", kata Lela sambil tertawa. "Wah bisa basah kuyup, kalau harus hujan hujanan", kata Mita cemberut.

"Jadi gimana nih, kita pulang atau nunggu hujan reda?", kata Lela. " Kalau aku nanti sebentar lagi, nunggu sedikit reda dulu, soalnya pulangnya mau langsung ke klinik, gak bawa baju ganti lagi !", katanya. "Siapa yang sakit?", tanya Mita. " Bapak terkena typus, jadi harus dirawat!" kata Wila.

" Oh, semoga cepat sembuh ya, Bapaknya", kata Lela. "Kita nunggu di depan saja, gak enak di sini terus, makanannya sudah habis", ajak Wila.

Ketiganya meninggalkan kantin setelah membayar makanannya. Wila sempat melirik ke meja nomer dua, namun cepat cepat ia alihkan kembali.

Hujan masih saja turun walau sudah agak reda tidak sederas tadi. Mita dan Lela yang rumahnya searah, pulang bareng naik angkot. Tinggallah Wila seorang diri.

Satu persatu Mahasiswa mulai meninggalkan kampus. Wila masih saja menunggu. Sampai ada sebuah angkot menepi, ia masuk dan tanpa di sangka ada seorang laki - laki mengikutinya naik angkot.

Laki - laki itu bertopi dan cukup tampan, Wila melirik dan cepat cepat mengalihkan pandangannya ke luar angkot saat laki laki itu balik meliriknya. Tiba - tiba ada perasaan aneh di hati Wila, ia menunduk, tiba - tiba saja ia merasa gerah, badannya mendadak panas.

Ia buka sedikit kaca di sampingnya, dan hembusan udara segar menyelinap masuk, membuatnya sedikit nyaman. "Kiri, kiri depan!"

Laki laki tadi menyetop angkot tepat di depan Klinik.

Wila ikut turun, dan saat akan membayar ongkos, sopir bilang kalau sudah dibayarkan . Wila bingung , siapa yang telah membayarkan ongkosnya. Apakah laki- laki tadi? pikirnya.

Ia melihat sekeliling, sudah tidak ada orang. Hanya gelap yang ia lihat. Buru buru Wila masuk ke dalam klinik dan segera menuju kamar dimana bapaknya di rawat.

Dilihatnya Caca lagi tidur dan disampingnya Yati pun ikut tertidur sambil duduk di kursi. Ia terenyuh melihat pemandangan tersebut. Sampai sekarang ia belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

"Dengan keluarga pak Caca?" suara perawat mengagetkan Wila. "Iiiya, ada apa?", jawabnya. "Ini ada obat yang harus dibeli, di sini kosong", kata perawat sambil memberikan secarik kertas berisi resep obat.

"Iya, terima kasih", jawabnya . Sejenak Wila mematung, bingung. Harus bagaimana?. Iao belum begitu kenal daerah sekitar klinik. Beli obat ke apotek, dimana apoteknya? Mana sudah larutn malam lagi. Ia keluar menemui perawat tadi.

" Pak bisa kalau ini dibelinya besok?", tanya Wila. "Kalau bisa sekarang Mba , itu obat harus disuntikkan malam ini lewat infusan", kata Perawat.

" Oohh ,iya." Wila keluar klinik, " Pak, apotek terdekat dari sini sebelah mana ya?", tanyanya pada pedagang bandros yang mangkal di halaman samping klinik.

" Ooh, agak jauh Neng, naik angkot arah ke kota, di pertigaan jalan ada apotek Hamzah, dekat toko parfum", katanya. "Ooh iya , terima kasih Pak", Ucapnya.

Segera ia stop angkot dan bilang ke sopir kalau ia mau ke apotek. setelah berjalan beberapa menit, angkot berhenti. "Di sini Neng?", kata sopir. Wila turun dari angkot, tidak lupa membayar ongkosnya.

Di samping jalan tampak dengan jelas ada sebuah apotek, apotek Hamzah. Ia masuk dan langsung menyerahkan kertas resep ke Petugas apotek. "Ini Mba obatnya", Wila menerimanya.

"Berapa?". Katanya menanyakan harga obatnya. " Sudah dibayar Mba, Wila kaget. " Sudah dibayar? siapa?" tanyanya. "Ini sudah ada stempel lunasnya." Kata Petugas apotek memperlihatkan kertas resep bagian belakangnya.

" Oohh, kalau begitu terima kasih" , ucap wila sambil meninggalkan apotek dan kembali ke Klinik dengan naik angkot.

Terpopuler

Comments

Adiba Shakila Atmarini

Adiba Shakila Atmarini

mnusia misterius..

2024-06-03

0

lihat semua
Episodes
1 salah sangka
2 jadi buah bibir
3 kuliah vs nikah
4 Bapak sakit
5 sang penolong
6 siapa dia?
7 nasihat bapak
8 MOS
9 MOS bag2
10 bukan Andi
11 sinyal
12 Tak ada Hand Phone
13 paket
14 Dapat Hand Phone
15 kasus langka
16 jadi tersangka
17 lagi lagi kamu
18 Mimpi
19 Ada rasa
20 Ada jalan
21 Ketahuan juga
22 Bimbang
23 Ternyata Kamu
24 Aku Bebas
25 Dia Hamzah
26 Memendam Rasa
27 Bibi sakit
28 Aku Sayang Kamu
29 Hati Bertaut
30 Harapan
31 Petaka buat Sarah
32 Kamu adalah Kunci Bahagiaku
33 Sisi lain dari Sarah
34 Aku jadi Khawatir
35 Ujian lagi
36 Ada apa dengan Aku?
37 Masih Galau
38 Semua ada Hikmahnya
39 Getir
40 Satu Masalah Teratasi
41 Dia adalah Calon Istri Gue!
42 Bagai Langit dan Bumi
43 Rencana Jahat Sarah
44 Kejutan dari Bapak
45 Dua Rencana
46 Rekayasa
47 Aku Cemburu
48 Ujian lagi
49 Tipu Daya
50 Rapuh
51 Janji Dua Hati
52 Surprise
53 Dua Garis Merah
54 Petaka Melanda
55 Dosa Terindah
56 Aku Menyesal
57 Barter yang Gagal
58 Rencana Licik Sarah
59 Malam Penjebakan
60 Malam Eksekusi
61 Aku Ingin Menghilang Saja
62 Maaf, Aku Terpaksa
63 Maafkan Wila
64 Bahagiamu, Deritaku
65 Sudah, Pergi Saja
66 Cerita Mita
67 Perjanjian dengan Sarah
68 Tak Bisa Mengelak
69 Memang Matre
70 Aku Baik -baik saja
71 Bucket Bunga
72 Rahasia terkuak
73 Aku tak sekuat baja
74 Perjanjian dengan Sarah
75 Jangan Ganggu Aku lagi
76 Aku Wila
77 Aku Mencarimu
78 Hambar
79 Tak Bisa Sembunyi
80 Test
81 Maafkan Wila
82 Pengakuan
83 Dia anakmu
84 Cuti lagi
85 Sah
86 Kita Sudah Halal
87 Hari Pertama Menjadi Istrimu
88 Kalian yang Utama
89 Menantu idaman
90 Belajar dari Ibu
91 Cerita Bapak
92 Perjalanan Pulang ke kota
93 Aku Bisa Tanpamu
94 Keputusan Berat
95 Aku Tanpamu
96 Tak Bisa Jauh Darimu
97 Pelajaran Berharga
98 Kurangkai Mimpi Tanpamu
99 Sahabat Terbaik
100 Hasil Test
101 Hadapi Dengan Ikhlas
102 Hampa
103 Selalu gelisah, Ingin Taubat
104 Berhutang Budi
105 Mengagumimu Dalam Diam
106 Berdamai Dengan Keadaan
107 Selalu Andi
108 Salah Faham
109 Mungkin sudah Takdir
110 Jalani dan Hadapi
111 Keputusan yang Sulit
112 Hubungan yang Rumit
113 Hamzah, bukan Andi
114 Skenario
115 Pengumpulan Bukti Bukti
116 Kesaksian Wila
117 Tersangka Pertama
118 Tersangka ke Dua
119 Sarah Kontraksi
120 Benar-benar Surprise
121 Hazel, Anak Sarah
122 Maafkan aku
123 Wisuda dan Melahirkan
124 Ini adalah hukuman
125 Mengakui Kesalahan
126 Janji ke dua
127 Aku ingin satu satunya
128 Sarah tiada
129 Kedukaan
130 Menantu Kesayangan
131 Cinta Buta
132 Aku Ikut Pulang
133 Inilah Takdirku
134 Menuju Ijab Qabul yang kedua
135 Ketulusan Wila
136 Harinya Andi dan Lela
137 Happy ending
138 Sakinah, Mawaddah, Warrohmah
139 Jalan Berliku Meraih Bahagia
Episodes

Updated 139 Episodes

1
salah sangka
2
jadi buah bibir
3
kuliah vs nikah
4
Bapak sakit
5
sang penolong
6
siapa dia?
7
nasihat bapak
8
MOS
9
MOS bag2
10
bukan Andi
11
sinyal
12
Tak ada Hand Phone
13
paket
14
Dapat Hand Phone
15
kasus langka
16
jadi tersangka
17
lagi lagi kamu
18
Mimpi
19
Ada rasa
20
Ada jalan
21
Ketahuan juga
22
Bimbang
23
Ternyata Kamu
24
Aku Bebas
25
Dia Hamzah
26
Memendam Rasa
27
Bibi sakit
28
Aku Sayang Kamu
29
Hati Bertaut
30
Harapan
31
Petaka buat Sarah
32
Kamu adalah Kunci Bahagiaku
33
Sisi lain dari Sarah
34
Aku jadi Khawatir
35
Ujian lagi
36
Ada apa dengan Aku?
37
Masih Galau
38
Semua ada Hikmahnya
39
Getir
40
Satu Masalah Teratasi
41
Dia adalah Calon Istri Gue!
42
Bagai Langit dan Bumi
43
Rencana Jahat Sarah
44
Kejutan dari Bapak
45
Dua Rencana
46
Rekayasa
47
Aku Cemburu
48
Ujian lagi
49
Tipu Daya
50
Rapuh
51
Janji Dua Hati
52
Surprise
53
Dua Garis Merah
54
Petaka Melanda
55
Dosa Terindah
56
Aku Menyesal
57
Barter yang Gagal
58
Rencana Licik Sarah
59
Malam Penjebakan
60
Malam Eksekusi
61
Aku Ingin Menghilang Saja
62
Maaf, Aku Terpaksa
63
Maafkan Wila
64
Bahagiamu, Deritaku
65
Sudah, Pergi Saja
66
Cerita Mita
67
Perjanjian dengan Sarah
68
Tak Bisa Mengelak
69
Memang Matre
70
Aku Baik -baik saja
71
Bucket Bunga
72
Rahasia terkuak
73
Aku tak sekuat baja
74
Perjanjian dengan Sarah
75
Jangan Ganggu Aku lagi
76
Aku Wila
77
Aku Mencarimu
78
Hambar
79
Tak Bisa Sembunyi
80
Test
81
Maafkan Wila
82
Pengakuan
83
Dia anakmu
84
Cuti lagi
85
Sah
86
Kita Sudah Halal
87
Hari Pertama Menjadi Istrimu
88
Kalian yang Utama
89
Menantu idaman
90
Belajar dari Ibu
91
Cerita Bapak
92
Perjalanan Pulang ke kota
93
Aku Bisa Tanpamu
94
Keputusan Berat
95
Aku Tanpamu
96
Tak Bisa Jauh Darimu
97
Pelajaran Berharga
98
Kurangkai Mimpi Tanpamu
99
Sahabat Terbaik
100
Hasil Test
101
Hadapi Dengan Ikhlas
102
Hampa
103
Selalu gelisah, Ingin Taubat
104
Berhutang Budi
105
Mengagumimu Dalam Diam
106
Berdamai Dengan Keadaan
107
Selalu Andi
108
Salah Faham
109
Mungkin sudah Takdir
110
Jalani dan Hadapi
111
Keputusan yang Sulit
112
Hubungan yang Rumit
113
Hamzah, bukan Andi
114
Skenario
115
Pengumpulan Bukti Bukti
116
Kesaksian Wila
117
Tersangka Pertama
118
Tersangka ke Dua
119
Sarah Kontraksi
120
Benar-benar Surprise
121
Hazel, Anak Sarah
122
Maafkan aku
123
Wisuda dan Melahirkan
124
Ini adalah hukuman
125
Mengakui Kesalahan
126
Janji ke dua
127
Aku ingin satu satunya
128
Sarah tiada
129
Kedukaan
130
Menantu Kesayangan
131
Cinta Buta
132
Aku Ikut Pulang
133
Inilah Takdirku
134
Menuju Ijab Qabul yang kedua
135
Ketulusan Wila
136
Harinya Andi dan Lela
137
Happy ending
138
Sakinah, Mawaddah, Warrohmah
139
Jalan Berliku Meraih Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!