Tinggal 3 hari hari rencana keberangkatan Wila ke kota untuk registrasi kuliah sekaligus untuk tinggal di rumah bibinya.
Rumah Yeni bibi Wila memang dekat dengan kampus tempat Wila kuliah . Jaraknya bisa di tempuh dengan 15 menit berjalan kaki.
Kemarin pulang kerja, Caca sengaja mampir ke rumah Yeni untuk mengutarakan niatnya menitipkan Wila d rumah Yeni. "Wila mau kuliah di sini, jadi Kakak mau nitip Wila supaya bisa tinggal di sini, karena kasihan kalau harus pulang pergi ke rumah, jauh!" kata Caca sambil sekilas melirik Yeni.
" Kalau aku ga keberatan Mas, malah senang jadi ada teman kalau Mas Dirja lagi ada kerjaan di luar kota." Ucapan Yeni tersebut membuat hati Caca lega."apa suamimu tidak akan marah?", lanjut Caca.
"Kenapa harus marah? Wila kan ponakan saya! Nanti kalau Mas Dirja pulang, saya sampaikan!"
"Iya, Mas gak ijinkan Wila kost, khawatir, apalagi selama ini anak itu belum pernah jauh dari orang tua, kalau disini kan ada kamu yang bisa mengawasi."
Hari itu seperti biasa Wila membantu menyelesaikan pekerjaan ibunya di rumah. Sedangkan Yati lagi memetik timun di kebunnya pak RT.
Saat lagi menyiapkan barang barang yang akan dibawanya ke kota, tiba tiba terdengar suara klakson mobil d jalan . Dan suara motor bapaknya di depan rumah.
Terburu buru Wila keluar rumah, dan betapa kagetnya saat motor ayahnya dibawa oleh orang lain. Wila melihat sekeliling mencari keberadaan bapaknya.
"Apa benar ini rumahnya pa Caca?" tanya orang yang masih duduk diatas motor ayahnya. "Iya, benar, saya anaknya!" kata Wila.
"Tadi Bapak pingsan di pabrik, sekarang saya antar pulang", katanya sambil menengok ke arah mobil dibelakangnya.
"Ya Allah Bapak", setengah berlari Wila menghampiri mobil yang membawa bapaknya. Sopir turun dan membuka pintu mobil. Dengan jelas Wila melihat bapaknya duduk lemas di kursi mobil. "Ya Allah, Bapak, kenapa?", tanyanya sambil menghampirinya.
"Nanti Neng, kita bawa dulu Bapak ke rumah,biar bisa istirahat", kata sopir. Sopir memapah Caca dibantu oleh temannya. Dengan cemas Wila mengikutinya dari belakang.
"Kata dokter, Bapak terkena anemia, tekanan darah rendah ", kata teman Caca. "Mungkin kecapean Neng?" katanya lagi. "Ini obatnya, semoga cepat sembuh Pak, saya pamit dulu."
"Iya Pak terima kasih", jawab Wila saat tamunya pergi.
"Aduh Pak,sekarang apa yang sakit?"
"Bapak cuma pusing dan lemas," jawabnya. "Ya udah Bapak makan dulu, nanti minum obat dan istirahat."Wila menyiapkan semuanya,setelah dilihat bapaknya terlelap, Wila berniat untuk memberi tahu ibunya di kebun.
Namun kabar lebih cepat dari angin. Ibunya keburu pulang. "Ya Allah,kenapa Bapak Neng?" ,
"Tadi katanya bapak pingsan di pabrik Bu", kata Dokter tekanan darah Bapak rendah, tapi sudah minum obat, sekarang lagi istirahat di kamar," kata wila menenangkan ibunya.
" Ya udah ibu bersih bersih dulu", Yati bergegas menuju pancuran. 'Mungkin Bapak terlalu banyak makan ini, jadi tekanan darahnya rendah', Yati membatin sambil mencuci timun yang diberikan Pak RT tadi.
Besok adalah waktunya registrasi kuliah, berarti Wila harus meninggalkan rumah dan untuk sementara harus tinggal di rumah bibinya.
Sekilas Wila berpikir untuk membatalkan kepergiannya ke kota, teringat Bapaknya yang masih tergolek sakit.
Ia khawatir meninggalkan ibunya hanya berdua dengan bapaknya. Apalagi selama ini ia belum pernah jauh dari orang tuanya.
Tapi ini adalah kesempatan yang sudah lama ia perjuangkan. Belum tentu kesempatan itu datang dua kali. "Kenapa neng?, malah melamun.
Pertanyaan ibunya mengagetkam Wila. " Bu, Wila batalkan saja ya,Wila ga usah kuliah, Wila bantu bantu ibu dan bapak saja,apalagi bapak lagi sakit."
"Kamu berangkat saja, bapak kan masih ada ibu, kamu jangan khawatir, berangkat saja, bapak juga pasti mengerti." Yati meyakinkan anaknya.
"Tapi Bapak gak bisa ngantar kamu ke rumah Bi Yeni,kamu berani kalau pergi sendiri?, naik angkot saja ya neng?, Ucap Yati.
Wila mengiyakan saja, padahal hatinya bingung, besok harus bagaimana? Pergi sendiri dengan banyak membawa barang. apalagi ia familiar dengan situasi di kota.
'Tapi lahaula saja,semoga rencana keberangkatanbesok diberi kemudahan'0.Wila membatin.
selepas salat subuh , Wila kembali merenung. Benarkah keputusannya untuk pergi hari ini? Ia kembali bimbang. Sementara di luar belum terdengar ibunya beraktifitas, mungkin ibunya masih di kamar, pikirnya.
Bergegas ia menuju dapur. Ia menyiapkan makanan untuk sarapan. Sampai semua selasai, belum ada tanda tanda ibunya keluar dari kamar.
Wila jadi khawatir, didekatinya kamar ibunya, tak ada pintu, hanya di tutupi oleh kain gorden. "Bu, bu, " dengan hati hati Wila memanggil ibunya. Sejenak tak ada jawaban. "Bu, bu, sudah bangun?, adzan subuh sudah lewat, bu." katanya .
Dengan masih menahan kantuk, akhirnya Yati keluar. "ibu kesiangan, semalam bapakmu demam." Katanya sambil tergesa gesa menuju pancuran di belakang rumahnya.
Wila memberanikan diri masuk ke kamar untuk melihat keadaan bapaknya. Dilihatnya Caca masih terlelap. "Masya Allah panas sekali Pak." Saat tanggannya menyentuh tubuh Caca.
"Bu, Bu, badan Bapak panas sekali, kita harus cepat cepat bawa bapa ke dokter, takutnya ada apa apa." Teriak Wila memanggil ibunya. Yati datang dan mengecek sendiri keadaan suaminya. "ya, Allah, gimana ini neng?". Yati terlihat panik .
"Ya udah kita bawa Bapak ke dokter Bu",
"Bukannya Neng hari ini mau ke kampus? ", Yati balik bertanya." Sekarang kita bawa Bapak dulu ke Dokter, sekalian Wila berangkat ke Kampus, nanti saja ke rumah Bi i Yeni nya, biar registrasi saja dulu", jejaskan Wila.
"Kita minta tolong Pak RT saja, siapa tahu bisa mengantar Bapak ke Dokter", Yati tergesa gesa keluar menuju rumah Pak RT.
Sesaat kemudian Yati datang dengan diikuti Pak RT. Caca dipapah pak RT dan Yati. Kebetulan ada sebuah mobil bak terbuka milik Pak Wira .
Caca segera dibawa ke klinik terdekat. Dokter mengdiagnosa kalau Caca terkena tyfus dan harus dirawat sampai kondisinya membaik.
Yati merasa bingung, pasti butuh biaya cukup besar bila harus dirawat. Seakan mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan ibunya, Wila mendekati ibunya. " Sudah bu, dirawat saja,yang penting Bapak cepat sehat", Wila memegang tangan ibunya.
"Soal biayanya, ada kok, Ibu tenang saja. "Wila bicara sambil tersenyum menenangkan ibunya. " Terus kuliah kamu bagaimana?", Yati bicara dengan mata berkaca kaca.
"Insya Allah, pasti akan ada lagi rizkinya, oh iya Bu, Wila ke Kampus dulu, cuma registrasi aja Bu, nanti Wila kesini lagi kalau sudah selesai".
Setelah pamit, Wila meninggalkan klinik untuk pergi ke kampus. Dilihatnya seiko di pergelangan tangan kirinya. "Ya Allah, tinggal 20 menit lagi?". Mana lagi angkotnya, kok pada penuh.
Wila membatin, saat tak ada satu pun angkot yang berhenti saat dia stop. "Aduh, pasti telat." Wila bicara sambil terus berjalan terburu buru. Tanpa ia sadari ada yang memperhatikannya dari tadi.
Orang itu melihat Wila berkali kali nyetop angkot. Wila menghentikan langkahnya saat sebuah motor berhenti di sampingnya. "Perlu tumpangan?",ayo naik, katanya".
Wila diam tidak menjawab. "Ayo, dari pada telat, kamu mau ke Kampus kan? " katanya lagi. Dilihatnya lagi seiko ditangannya, tinggal 10 menit lagi.
Dengan ragu Wila akhirnya nurut, ia naik dan duduk di atas motor dengan sedikit kikuk . Seolah tahu tujuan Wila, motor itu berhenti tepat di gerbang Kampus.
"Ayo, cepetan turun, ntar telat ", Katanya. Seolah terhipnotis, Wila nurut saja. Tanpa mengucapkan terima kasih, ia langsung berjalan cepat menuju Kampus.
Si pemilik motor memperhatikan tingkah Wila dari balik helmnya. Setelah itu meluncur dijalanan dan menghilang dibelokan ujung jalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Adiba Shakila Atmarini
alhamdulillah.selalu ada kmudahan d saat kita sabar n iklas
2024-06-03
0