Hari ini Caca sedang libur, jadi saat Wila pulang, kedua orangtuanya lagi ada di rumah. Mereka hanya membersihkan halaman samping yang di jadikan warung hidup.
Lahan yang tak begitu luas itu mereka tanami berbagai sayuran, untuk memenuhi kebutuhan dapur.
Ada cabe, tomat, seledri, bawang daun, sosin , kangkung, timun, dan aneka tanaman lainnya.
Di belakang rumah ada kolam kecil , selain untuk penampungan air, kolam itu juga di huni berbagai ikan air tawar, mujaer dan ikan mas.
Tidak lupa di atas kolam sebelahnya bertengger sebuah bangunan kecil dari bambu yang di susun rapi, cukup untuk menampung beberapa ekor ayam.
Dengan cara itulah Yati dan Caca bisa mengirit pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dapurnya.
"Assalamu'alakum, Pa, Bu, alhamdulillah Wila lulus dan mendapat beasiswa untuk kuliah", teriak Wila saat menemui kedua orangtuanya di samping rumah.
"Alhamdulillah, Neng, tapi kalau kuliah kan mahal biayanya", jelas Caca. " Kan Wila dapat beasiswa Pa, jadi gak bayar. " Wila juga kan mau ikut di rumah Bibi, masih ada tabungan juga, buat biaya tak terduga", jawab Wila.
"Ya, Ibu cuma bisa mendo'akan supaya cita cita kamu tercapai", jawab Yati sambil mengelus kepala anaknya.
"Kamu punya tabungan dari mana?" tanya Caca ."Itu uang beasiswa Wila Pak, sebagian digunakan membeli alat tulis dan sisanya Wila tabung", jawab Wila menjelaskan.
"Kamu memang anak baik, maafkan Bapak tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kamu", Caca sambil mengelus pundak Wila.
Menjelang asar ketiganya memasuki rumah, Wila membantu Yati menyiapkan makan malam dan Caca bergegas menuju pancuran untuk membersihkan diri.
Setelah semua siap, mereka menyantap makan malam dengan hidangan sederhana, hasil dari kebun di samping rumahnya.
Diluar terdengar suara rombongan kendaraan bermotor, dan seketika terdengar kegaduhan.
"Ada apa ,Bu ramai sekali?" tanya Wila. "Itu mau ada acara lamaran di rumah Bu Wira, katanya Neli mau dilamar sama anaknya orang kaya di kampung sebelah", Yati menjelaskan. "Kok dilamar Bu, bukannya Neli baru kelas dua SMA?", kata Wila .
"Ya gak tahu, Ibu gak ngerti sama jalan pikirannya Bu Wira?!
"Ya, biarkan saja bu, tiap orang kan punya rencana yang berbeda beda, mungkin itu yang terbaik menurut Bu Wira untuk anaknya", Caca nimbrung.
Keesokan harinya seperti biasa, warung Bu Asih menjadi tempat vaforit untuk bergosip. "Bu Wira selamat ya, Neli sudah dilamar , sama anak orang kaya lagi", kata Bu Asih saat dilihat Bu Wira memasuki warungnya.
Yati yang sudah duluan ada di sana pun ikut mengucapkan selamat. "Iya, Bu walau masih sekolah sudah ada yang melamar ya?", katanya.
"Ya iya ,secara anak saya tu kan cantik, bisa di bilang kembangnya desa, jadi banyak laki-laki yang menyukainya, walau disuruh nunggu sampe lulus sekolah pun mau ", kata Bu Wira dengan bangga memuji anaknya.
"Kalau anak saya alhamdulillah baru lulus , dan sudah diterima kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di kota", kata Bu Yati.
"Aduh Bu, perempuan itu ga usah tinggi - tinggi sekolahnya, nanti juga ke dapur ke dapur juga", Bu Wira menimpali. " Mending dinikahkan saja, biar mengurangi beban", lanjut Bu Wira lagi.
"Kalau saya mah mendukung saja apa maunya Wila, soal jodoh mah sudah ada yang ngatur", kata Bu Yati .
"Dari pada di pake kuliah, mending uangnya dipake benerin rumah Bu, emang Ibu ga mau tinggal di rumah bagusan dikit", kata Bu Wira.
"Insya Allah Bu, saya dan suami lagi nabung buat merenovasi rumah,kalau buat kuliah kan Wila dapat beasiswa, jadi ga terlalu banyak biayanya." Jawab Bu Yati. "Aduh pintar betul ya , sampe dapat bea siswa". Kata Bu Asih.
"Iya ,Alhamdulillah Bu, dari SMP sampai sekarang mau kuliah, Wila selalu dapat bea siswa." Yati berkata sambil mengambil uang kembalian dari Bu Asih. "Mari Bu saya duluan", pamitnya sambil meninggalkan warung Bu Asih.
"Kasihan ya Bu Yati , kerja keras hanya untuk membiayai sekolah anaknya." Lihatlah rumahnya, dari dulu begitu begitu saja, sudah jadul modelnya juga, sudah tak ada lagi rumah kayu di kampung kita, selain rumahnya bu Yati , Bu Neti bicara sambil memilih milih sayuran.
"Iya, tiap hari kalau ke warung belinya itu- itu juga, paling ikan asin, tahu, tempe, ngirit banget", tambah Bu Wira. "Harusnya cepet kaya ya,kalau makannya seperti itu", Bu Neti menambahkan.
Andi yang sedari tadi mendengar perbincangan di warung bibinya, merasa iba kepada keluarga Wila,setiap hari topik pembicaraan mereka hanya tentang keluarga Wila. Kalau mereka iri , iri karena hal apa? Tak ada hal yang akan membuat orang iri.
Di lihat dari keadaan ekonomi, mereka termasuk keluarga sederhana, tetapi mengapa selalu jadi sumber pembicaraan para tetangganya. Atau mereka merasa iri, karena Wila?, walaupun berasal dari keluarga sederhana, tetapi ia memiliki sifat yang baik, sopan dan pintar.
Di kampungnya hanya Wila yang bersekolah sampai jenjang SMA, apalagi sekarang, ia sudah diterima kuliah di kota. Ia lebih mengutamakan pendidikan, tak apa miskin harta, namun kaya akan ilmu.
Dari cara berpakaian pun ia berbeda dengan kebanyakan teman teman sebayanya. Di saat teman temannya berinovasi dengan berbagai mode yang lagi trend, dengan memperlihatkan perhiasannya, ia begitu bangga dengan pakaian muslimnya, gamis panjang yang longgar, dengan hijab yang lebar. Walau banyak orang yang melihat dengan pandangan sedikit aneh.
Andi pun melihatnya kalau penampilan Wila terlihat berbeda dengan sebagian besar remaja putri di kampungnya. Perkataannya selalu lemah lembut, ia bicara seperlunya dan apa adanya. Sehingga ia lebih banyak diam. Kalau berhadapan dengan lawan jenis , ia selalu menjaga jarak dan menjaga pandangannya.
Pantas saja ia begitu panik malam itu. Mungkin ia merasa takut bapaknya marah saat melihat Andi ada di rumahnya.
Andi senyum senyum sendiri saat mengingat peristiwa malam itu. Ia merasa jadi orang bodoh, disuruh ngumpet saja mau, padahal ia tidak berbuat salah, hanya menemani Wila saja.
Kabar Wila mau kuliah di kota pun sudah menyebar. Kuliah bagi orang kampung itu suatu hal yang mewah, karena mereka juga tahu pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi bagi keluarga Wila, kalau Wila tidak mendapat beasiswa, mana mungkin bisa untuk kuliah.
Para tetangganya yang dibilang kaya pun lebih memilih menikahkan anak gadisnya dari pada menyekolahkannya, apalagi sampai kuliah.
Mereka akan merasa bangga saat anak gadisnya nikah di usia muda, dan akan merasa malu saat anak gadisnya sampai telat menikah. Mereka malu kalau sampai di sebut perawan tua, karena telat nikah. Sepertinya tidak apa anaknya sampai putus sekolah gara -gara nikah .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Adiba Shakila Atmarini
ceritax bnyk mngandung ilmu tentang ksabaran...
2024-06-03
1