Aku menghela nafas lelah, setelah acara festival selesai di gelar, aku memutuskan untuk kembali ke kediamanku. Seorang Anan Athana Damian sang putera mahkota kerjaan Doria, kedudukan itu sebenarnya tidak ku inginkan. Tapi karena status kelahiran ku, dengan terpaksa aku harus menerima takdir ini.
Saat ini usiaku baru tujuh tahun. Tapi tanggung jawab yang ku emban sebenarnya tak sanggup untuk di pikul bahu kecilku.
" Yang mulia" panggil Akes pengawal pribadiku.
" hmm..." balasku
" Yang mulia putera mahkota kerajaan Aiolia dan Ionia ingin bertemu dengan anda yang mulia" ucapnya padaku
" Hah.. Suruh mereka menunggu sebentar, dan segera siapkan makanan ringan dan juga yeh untuk mereka" titahku padanya.
Akes langsung keluar dari kamarku, dan seperti biasa, dia pasti akan melaksanan perintahku dengan baik. Aku langsung keluar menuju tempat mereka sedang menunggu. Ku lihat kedua putera mahkota yang juga temanku itu sedang sibuk dengan perbincangan mereka.
" Ada apa gerangan yang membuat kedua putera mahkota meluangkan waktu untuk mengganggu istirahat putera mahkota ini? tanya ku di sertai pandangan menyelidik.
" Dasar menyebalkan" dengus mereka berdua.
" Ha..ha.. aku hanya sedang membuat lelucon ringan" balasku santai.
" Bagaimana kabarmu Anan?" tanya Arseus putera mahkota kerajaan Ionia
" Seperti yang kau lihat, tentunya selalu baik di setiap harinya" terangku
" Sangat percaya diri sekali putera mahkota ini" cibir Theo putra mahkota Aiolia.
" Tentu, lantas bagaimana dengan kalian?" tanya Anan
" Sama sepertimu " balas mereka kompak.
Makana ringan beserta teh yang tadi aku minta kepada Akes segera di sajikan.
" Ku dengar kau akan segera mendapatkan adik baru Anan" tanya Theo
" Sebentar lagi akan hadir adik Perempuanku" imbuhku
" Kau yakin sekali kalau dia terlahir sebagai perempuan, bisa jadi dia kembali akan terlahir sebagai pangeran" tebak Arseus.
" Tidak akan, sudah cukup dengan Leonidas saja. Menjaga dua adik lelaki sekaligus yang memiliki kesenangan yang sama denganku itu tentu sangat merepotkan" bantahnya
" Apa kau tak pernah berfikir, adik perempuan pasti lebih merepotkan dari pada laki laki" pikir Theo
" Dia pasti akan merepotkan ibu ku" timpal Anan.
" Padahal punya adik perempuan itu sangat manis" ungkap Arseus.
"Lantas bagaimana dengan mu Arseus?" tanya Theo
" Kerajaan kami tentunya sangat mengharapkan kehadiran seorang Puteri" ungkap Arseus.
" Seperti ramalan yang telah tersebar?" tanya Anan.
" hmm..." gumam Arseus.
" Kerajaan dan ramalan selalu saling berkaitan" ucap Theo
Dalam sejenak ketiganya terdiam. Selama ini memang ramalan yang pernah tersebar selalu terjadi di saat yang tepat. Ketiganya kemudian melanjutkan pembicaraan mereka.
" Apa kau mendengar rumor yang tersebar di kerajaan mu Anan" Tanya Theo
"Maksudmu?" kembali Anan malah bertanya balik
" Rumor tentang pemilihan selir, bahkan sudah sampai di kerajaan kami" jelas Theo
Sementara Arseus hanya menganggukkan kepalanya ketika Anan mengarahkan pandangan mata padanya.
" Sialan" maki Anan sambil mengepalkan tangannya.
" Bukankah memiliki selir itu hal yang biasa" Tanya Theo bingung
Mendengar pertanyaan Theo, Anan dan Arseus memilih diam. Sampai Theo membuka suara kembali.
"Arseus, bukankah ayahmu telah memiliki dua istri?" tanya Theo
" Ayahku menikah lagi setelah setahun kepergian ibuku" terang Arseus.
" Aku pikir Ayahmu memiliki selir terlebih dahulu" timpal Theo.
"Aku berharap ayahku tak mengabulkan tuntunan para pejabat istananya" ucap Anan tiba tiba.
Setelah berbincang untuk waktu yang cukup lama. Ketiga putera mahkota kemudian memutuskan untuk kembali kekediaman. Karena dua diantara mereka bertiga akan melakukan perjalanan yang panjang. Agar dapat kembali ke kerajaan masing masing.
sepeninggal kedua sahabatnya Anan masih duduk termenung sambil menatap ke arah langit.
Zeus, semoga ayahku tidak mengikuti jejakmu yang tidak setia pada Dewi Hera, meski aku keturunan dari salah satu anakmu, tapi aku tak berharap hati wanita yang melahirkan ku hancur.gumamku dalam hatinya.
Jika sampai ayahku menikah lagi dan membuat ibuku sengsara, aku tak akan pernah memaafkannya. Aku tak perduli jika kelak aku di sebut anak tak berbakti dan juga pembangkang.
Lelah dengan pikiranku sendiri. Aku memutuskan untuk masuk ke dalam tempat peristirahatan ku. tidak perlu waktu lama aku langsung tertidur lelap.
Pagi menyapa dengan di iringi suara kicauan burung. Aku langsung menuju ke tempat pemandian. Di sana aku melihat pelayan pribadiku menyiapkan air mandi beserta peralatan mandi.
Mereka mulai membantuku untuk membersihkan diri. Saat aku telah rapi, aku segera pergi menuju tempat jamuan makan para tamu kehormatan. Saat akan memasuki aula jamuan makan, aku bertemu dengan ketiga temanku. Kami kemudian duduk di tempat yang telah di tentukan.
Tidak lama kemudian, para raja dan ratu tiba hampir bersamaan. Setelah ayahku mempersilahkan untuk makan, kami semua mulai menikmati makanan yang telah sudah payah di masak oleh pelayan dapur.
Waktu sarapan pagi akhirnya telah usai. Saatnya rombongan kerajaan akan kembali ke kerajaan masing masing.
Raja Doros beserta Ratu Asteria dan juga kedua pangeran turut serta mengantarkan keberangkatan para tamu kehormatan.
"Mari kita masuk Ratuku" ajak Raja Doros pada istrinya.
" Baiklah yang mulia" balas Ratu Asteria
Akhirnya setelah semua tamu telah meninggalkan istana,Raja dan Ratu kerajaan Doria memilih meninggalkan halaman istana. Mereka pergi berdua tanpa melihat pada kedua pangeran muda yang saat ini terlihat kesal.
"Kakak, kenapa ayah selalu saja memonopoli ibu?" tanya pangeran Leonidas kesal
"Ibu kan memang selalu menemani ayah adikku" jawab Anan
" Tapi Ibu kan juga milik kita kakak, harusnya ayah memberi kita waktu bersama ibu" protes Leonidas
" Ayah mendengarmu pangeran" sela Raja Doros datar.
Pangeran Leon berlari menghampiri ayah dan ibunya, di ikuti oleh putra mahkota Anan.
" Jadi berikan ibu padaku ayah" pinta Leonidas
"Ibumu itu istri ayah, jadi ayah lebih berhak" timpal Raja Doros
"Yang mulia sudahlah" Ratu Asteria berusaha melerai perdebatan kecil antara ayah dan anak.
" Ayah mengalahkan pada Pangeran Leon" ucap Anan.
" Huh.. katakan saja, kau juga ingin mengambil istriku" tolak Raja Doros.
"cihh... Kekanakan" Ejek Anan
" Ayah tak perduli. Ibu kalian itu istri ayah jadi ayah yang lebih berhak" tegas Raja Doros.
Mendengar nada tegas Raja Doros, pangeran Leonidas menangis kencang tanda protes. Hal itu tentu membuat Raja Doros panik, meski di tutupi dengan raut wajah datar. Tanpa pikir panjang, Raja Doros segera meraih pangeran Leonidas dalam gendongannya.
"Ya sudah ayah mengijinkanmu bermain dengan ibu sebentar, jangan menangis" bujuknya dengan raut wajah dan nada datar.
Sementara Ratu Asteria dan putera mahkota Anan ingin meledakkan tawa mereka. Tapi mereka berdua berusaha melawannya. Begitu juga dengan para pengawal dan pelayan yang saat ini menyaksikan kehangatan keluarga itu.
Bagi mereka yang tidak mengenal baik anggota kerajaan pastilah berfikir bahwa keluarga itu tidak harmonis. Tapi bagaimana jika melihat hal yang terjadi saat ini. Pasti siapapun yang melihatnya akan menelan ludah mereka kembali.
Kehangatan seperti inilah yang di takutkan oleh putera mahkota Anan akan hilang. Jika seandainya sang Ayah mengangkat seorang selir. Aman tidak habis pikir, apa yang dipikirkan oleh para pejabat sehingga mengusulkan pengangkatan selir.
Jika untuk masalah pewaris,Anan rasa dirinya dan sang adik sudah cukup. Di tambah lagi saat ini ibunya sedang mengandung. Jadi tidak ada alasan untuk meminta Raja mengangkat seorang selir.
Anan memilih menyimpan semua rumor itu untuk dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments