Melihat Andin yang makin uring-uringan justru membuat Evan tertawa dalam hati. Rasanya gadis itu cukup memiliki cukup keberanian untuk melawannya. Selama ini tidak banyak staf di Agastya Property yang berani melakukannya. Rasanya menggelitik, tetapi sekaligus memberikan tantangan tersendiri bagi Evan.
Menjelang makan siang tiba, rupanya Wakil Presdir itu menekan tombol interkom yang tertuju ke meja sekretaris. Begitu terdengar interkomnya berbunyi, Andin merasa jengah. Gadis itu merotasi bola matanya dengan malas. Mau tidak mau, Andin pun menuju ke ruangan Evan dengan mengetuk pintu atasannya itu terlebih dahulu.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Andin.
"Ambil tasmu dan temani saya makan siang," ucap Evan.
Pemuda itu masih saja memasang wajah datar dan matanya yang tajam selalu saja tampak mengintimidasi. Pembawaan Evan yang seperti itulah yang membuat Andin merasa tidak nyaman. Terlebih pada pertemuan pertama mereka yang terlihat bagaimana Evan terlihat diktator di mata Andin.
Tanpa banyak bicara, Andin pun berdiri dan mengambil sling bagnya, merapikan mejanya, kemudian menunggu Evan untuk keluar dari ruangannya. Ketika Evan sudah keluar, Andin pun mengekori atasannya itu menuju tempat makan yang tempat hanya diketahui Evan saja.
"Kamu mau makan apa, Andin?" tanya Evan. Pria itu tetap berjalan, tanpa menoleh pada Andin yang ada di belakangnya.
"Terserah Pak Evan saja," sahut Andin.
"Oke kalau begitu," jawab Evan.
Kini keduanya sama-sama berada di lift dan akan turun ke parkiran basement. Tujuan Evan kali ini agaknya ingin menyantap makanan Italia yang lezat. Semoga saja Andin tidak masalah dengan menu khas Italia yang mungkin saja memang terdiri dari aneka pasta.
"Masuk, Andin," ucap Evan.
Betapa tertegunnya Andin dengan mobil yang dimiliki oleh Evan. Mobil Audi yang begitu mewah, dengan warna hitam yang menunjukkan sisi maskulin pemiliknya. Namun, Andin juga bingung kenapa Evan tidak pergi dengan menggunakan sopir saja. Biasanya mereka yang memiliki jabatan yang penting di sebuah perusahaan biasanya akan menggunakan sopir untuk mobilitasnya dari satu tempat ke tempat lain.
Andin yang masih berdiri pun hendak membuka pintu belakang mobil itu, tetapi Evan segera mencegahnya.
"Depan, Din ... kan saya bukan sopir kamu," ucap Evan.
Andin menghela nafasnya dan memejamkan matanya perlahan, pemuda yang dia hadapi ini benar-benar menyebalkan. Sikapnya berbanding terbalik dengan ketampanannya. Dengan rasa kesal, Andin pun membuka pintu depan mobil itu dan kemudian duduk di samping kursi kemudi. Gadis yang tidak banyak bicara itu akhirnya memilih diam dan mengenakan sabuk pengamanan.
Baru saja, mobil yang dikendarai Evan meluncur di jalan raya, rupanya ada sebuah panggilan masuk dari Mamanya. Sehingga, Evan segera memasang earphone di telinganya, dan menerima panggilan dari Mamanya itu.
"Ya, halo Ma ... ada apa?" tanya Evan.
"Di mana Van? Bisa pulang enggak? Ini Mama masak makanan kesukaan kamu," ucap sang Mama yang ternyata menelpon karena sedang memasak makanan kesukaan Evan.
"Bulgogi Ma?" tanya Evan dengan sedikit tersenyum.
"Iya ... pulang yah? Kita makan bersama di rumah, Papa kamu juga sudah sampai," balas sang Mama.
"Baik Ma ... sepuluh menit lagi sampai," balas Evan tanpa perlu berpikir lama.
"Oke ... ditunggu ya Putranya Mama. Hati-hati," balas sang Mama sembari mematikan sambungan telepon itu.
Usai menerima telepon, Evan kemudian sedikit melirik Andin yang duduk di sampingnya. "Kita makan siang di rumah saya yah," ucapnya.
Ah, rasanya Andin merasa dijebak oleh atasannya itu. Tentu saja Andin menolak, dan juga tidak ingin ikut acara makan siang keluarga. Sebab, biasanya banyak hal-hal pribadi yang dibicarakan bersama keluarga. Sementara dirinya bukan siapa-siapa. Bahkan, dia sangat sebal dengan Evan.
"Bisa, saya turun di depan saja tidak Pak? Saya bisa kembali ke kantor sendiri," ucap Andin.
"Ikut saja ... enggak apa-apa," balas Evan tanpa mau diganggu gugat.
Mobil itu dengan kecepatan sedang terus melaju sampai akhirnya mobil itu tiba di salah satu perumahan mewah yang berada di Ibukota. Evan mengajak Andin untuk turun dan masuk ke dalam rumahnya. Rumah besar dengan gaya mediteranian yang klasik dan indah tampak berdiri pohon, dengan beberapa pohon palm yang menghiasi sisi depan rumah itu.
Evan berjalan sedikit di depan, sementara Andin mengikuti bosnya itu. Mengekorinya dengan rasa yang bingung dan juga sebal. Berawal dari diajak makan siang, justru berakhir di rumah atasannya sendiri.
Dari jauh, tampak wanita paruh baya yang begitu cantik sudah membukakan pintu dan menyambut putra sulungnya itu. "Akhirnya ... datang juga," sapa lembut sang Mama.
"Tadi kebetulan pas Evan mau beli makan siang, Ma," jawabnya.
Kemudian Mama Sara sedikit menggeser posisinya, dan melihat gadis muda yang berdiri di belakang putranya itu. Mama Sara pun tersenyum begitu melihat gadis muda itu, "Siapa Van?" tanya sang Mama.
"Oh, dia sekretaris magang di Agastya Property, Ma ... sekretarisnya Evan," jawabnya.
Mama Sara kembali menganggukkan kepalanya, "Yuk, masuk yuk ... nama kamu siapa?" tanya Mama Sara.
"Perkenalkan ... saya Andini, Tante. Saya sekretaris magangnya Pak Evan," ucapnya seraya menundukkan sedikit badannya.
Kemudian ketiganya memasuki rumah, tempat yang mereka tuju adalah meja makan. Terlihat keluarga Crazy Rich yang begitu baik. Bahkan Mama Sara sendiri adalah wanita yang lembut dan juga baik, Mama Sara juga menyapa Andin dengan begitu ramah.
"Sama siapa Kak Evan?" tanya si bungsu Elkan yang rupanya juga sudah bersiap di meja makan. "Pacarnya Kak?" tanya Elkan lagi.
"Bukan, El ... dia sekretarisnya Kakak kamu. Namanya Andini, berikan salam," ucap Mama Sara.
"Oh, halo Kak Andin ... aku El, adiknya Kak Evan," balas pemuda yang memiliki wajah yang juga begitu tampan itu.
"Santai saja Andin ... makan siang ini tidak resmi kok. Kita tunggu Papanya Evan dulu yah, baru kita mulai makan siangnya," ucap Mama Sara lagi.
Andin yang duduk dan bergabung dengan keluarga Agastya itu pun merasa begitu gugup. Terlebih ini adalah keluarga yang baru dia kenal sekarang. Rasanya canggung dan juga masih ada rasa kesal dengan bos-nya yang justru mengajaknya ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Nie Adela
apakah jodoh Andini makin dekat? hmmm
makin penasaran.
jangan gugup ya Andini, bos kamu itu memang semena mena, tapi ngangenin lhooo
2022-10-13
1
Nova Yuliati
kasihan banget andini kalau pada akhirnya cuma di PHP in evan....nikah sama orang lain....
2022-10-12
0
anypuji
semangat thor
2022-10-12
0