Sekelas dengan Chloe
________________________________________
"Pagi Mama! Papa!" Ucap Seara dengan riang sambil menggendong kucing hitam. Ia memberi nama kucing itu Kuroo.
"Jangan berlari lari nanti jatuh, Sea!" Zeo segera menegur Seara yang sering berlarian di tangga.
Sudah beberapa bulan sejak liburan mereka ke taman bermain. Seara sangat dekat dengan kucing yang awalnya ia anggap musuh. Kucing itu selalu tidur dikasur bersama Seara. Seara juga begitu senang karena punya teman baru. Ia selalu tidur sendiri sejak usianya 5 tahun.
"Seara! Bagaimana sekolahmu kemarin? Maaf, Papa kemarin tidak bisa pulang cepat karena rapat." Tanya Zeo sambil menyendokki makanan ke mulutnya.
"Aku sudah kelas 1 dan tentu saja semua menyenangkan! Hanya saja aku merasa mereka semua tak sama denganku!" Jawab Seara. Ia memakan roti yang diolesi dengan coklat.
"Kenapa?" Tanya Nata sambil menatap malaikat kecilnya.
"Ahh, gak apa apa kok!" Gumam Seara.
Ia memang masih kelas 1 namun kemampuannya melebihi semua teman sekelasnya. Saat Tk, ia sudah bisa mbaca dengan lancar dan dapat menghitung dengan baik. Ia juga pintar berbahasa Inggris dan mengikuti kelas balet dan bela diri. Ia sudah melatih itu semua sejak umur 3 tahun. Kedua orang tuanya pun mendukung penuh anaknya. Karena lebih pintar dari yang lainnya mereka mengikutkan anaknya untuk ikut perlombaan.
Perkembangan otak Seara sangat cepat, Mamanya juga senang anaknya selalu mendapat posisi pertama. Walau awal awal pertandingan ia hanya masuk 5 besar. Perlombaan pertamanya adalah lomba mewarnai dan ia mendapat posisi ke satu diusia 4 tahun. Dan semua berlanjut dengan banyak perlombaan.
Seara sanggup melakukan semua itu. Hanya satu keinginannya saat itu. Ia ingin menjadi no 1. Dan, saat di Tk pun kadang Seara mengerjakan banyak soal anak SD yang ia kerjakan karena bosan.
**********
Seara mengangkat tangannya saat ada pertanyaan yang ditanyakan gurunya. Gurunya yang melihat Seara antusias dengan kelasnya pun merasa senang.
"Baik, Seara! Apa jawabanmu?" Tanya Wanita itu. Namanya adalah Mellisa. Wanita yang berusia 26 tahun dan mengajarkan pelajaran Matematika.
Seara segara berjalan menuju papan tulis berwarna putih dan mengambil spidol. Soal itu terlalu mudah untuknya. Padahal, itu adalh tugas kelas 2 yang baru saja akan dijelaskan cara mengerjakannya oleh guru Matematika mereka.
Seara menjawab soal itu dengan cepat. Mellisa yang melihat jawaban muridnya yang benar tersenyum senang. Ia segar menepuk nepuk kepala Seara. Dan anak-anak lain ikut bertepuk tangan menanggapi itu.
"Padahal aku hanya bercanda tapi anak ini menjawab dengan benar." Mellisa bergumam sambil berjalan ke kursinya.
"Dia memang harus dinaikan!"
***********
"Ehh, kelas dua?" Tanya Seara dengan pelan. Saat mau pulang tiba tiba seorang guru memanggilnya. Dan ia diajak ke kantor kepala sekolah. Seara hanya menurut dan mendengarkan semua yang dikatakan. Ia tidak takut karena ia tak buat salah.
"Ia, Seara. Kamu terlalu mendominasi di kelas 1! Ibu takut kamu menghambat yang lainnya. Semua pertanyaan yang ditanyakan, kamu dulaan yang jawab! Kan kasihan yang lain!" Kata kepala sekolah itu dengan lembut. Ia tidak ingin menyakiti perasaan Seara.
"Nanti Sea tanyakan dulu pada Mama dan Papa!" Ucap Seara sambil menatap amplop ditangannya dengan senyuman.
Yang dikatakan Kepala sekolah tadi memang benar. Ia sedikit bosan dengan pertanyaan pertanyaan gurunya saat di kelas 1. Ia ingin yang lebih.
"Baiklah, Seara! Kamu sudah boleh pulang. Mau Ibu antar?" Tanya kepala sekolah sambil menawarkan tumpangan karena kebetulan rumah mereka seara.
"Ahh, Tidak usah, Bu!" Jawab Seara sambil menundukkan kepala pelan dan permisi pamit.
Sepanjang jalan menuju gerbang, ia terus tersenyum seakan menjadi orang paling bahagia di dunia. Ia melangkahkan kakinya dengan riang menuju mobil hitam milik Mamanya.
"Kenapa lama, Sea? Apa ada yang membully mu?" Tanya Nata dengan panik ia memeriksa tubuh malaikat kecilnya.
"Mama, sakit?" Seara balik bertanya.
"Kok balik nanya, sih!" Nata segara memasangkan sabuk pengaman dan mulai mengendarai mobilnya.
"Ma! Kalau Sea jadi anak kelas 2 boleh gak?" Tanya Seara untuk memulai percakapan di dalam mobil yang tadinya hening.
"Ehh, bukankah tinggal 5 bulan lagi kamu kelas 2 ya?" Tanya Nata sambil menatap sekolah Seara dengan bingung.
"Bu Selly bilang kalau aku bisa langsung pindah ke kelas 2 besok. Itu sudah dibicarakan dengan guru guru lain. Bolehkan, Mama?" Tanya Seara sambil menatap kearah Mamanya dengan memelas.
"Emm, nanti Mama tanya sama Papa dulu ya!" Seara hanya mengangguk anggukan kepalanya. Ia kembali menatap ke arah jendela. Mereka melewati sebuah rumah besar yang megah. Jauh sekali dengan rumah milik Seara yang sederhana.
"Mama! Rumah itu sangat besar!" Teriak Seara dengan kagum. Nata menatap sekilas rumah itu. Matanya tak sengaja melihat papan yang tergantung di dinding samping pagar.
"Ahh, ia! Andai Mama bisa tinggal disana, ya!" Seru Nata sambil tersenyum penuh arti yang tak dilihat oleh Seara.
***********
"Boleh! Seara boleh pindah ke kelas 2." Ucap sang Papa sambil menggendong putri kecilnya.
"Tapi, kalau kamu kesulitan nanti Papa akan bilang pada gurumu!"
Seara hanya menggeleng sambil tersenyum. Ia tidak akan kesulitan sama sekali pikirnya.
Seara menatap ke sekelilingnya. Mama tersayangnya tidak ada. Dimana dia? Itulah yang ia pikirkan.
"Mama dimana?" Tanya Seara sambil memakan cemilannya.
"Mama sedang ada tugas diluar kota! Jadi, untuk beberapa hari ini kamu sama Papa ya berangkatnya. Kalau pulang nanti Papa suruh orang untuk jemput kamu!" Zeo mengeluarkan sebuah Foto. Seara ingat siapa orang itu.
'Tante Maria?' batin Seara.
"Ini orang yang akan menjemputmu. Sea ingat kan! Wanita tua yang memelukmu saat di taman bermain!' ucap Zeo dan memberikan beberapa kata untuk mengingatkan Seara.
"Tentu saja Seara ingat!" Seara mengambil Foto itu.
"Dia siapa Papa?" Tanya Seara. Ia menatap Foto itu dengan lekat.
Usianya hampir mencapai kepala tiga tapi entah kenapa dia masih terlihat seperti wanita berusia 20 tahun. Wajahnya terlihat sangat muda. Dan juga sikapnya itu. Sedikit membuat Seara curiga.
"Ehh, dia teman kerja Papa! Kenapa kamu suka dia?" Tanya Zeo sambil mengambil remote dimeja dan mengganti channel di televisi.
"Emm, tidak terlalu! Dia terlalu bersinar! Terlihat seperti anak anjing." Ucap Seara dengan blak blakan. Menurutnya anak anjing itu sangat lucu, imut, bergerak kesana kemari dan tak bisa diam. Ia pernah punya anak anjing yang sangat bersinar. Matanya terlihat seperti memelas sepanjang hari. Seara tak bisa marah dengan anjing itu walau suka mengganggunya.
"Kamu sangat terus terang, Seara! Tapi memang sih! Dia baik kok kalau kamu mengerti dia." Zeo mengelus kepala Seara.
"Dan, kamu jangan percaya kalau dia bilang usianya baru 28 tahun. Usianya sebenarnya adalah 35 tahun. Dia tak suka terlihat tua, padahal dia terlihat seperti nenek nenek!" Kata kata Zeo membuat Seara terkejut dengan itu.
"Dia terlihat sangat muda!"
***********
"Seara Askara!" Seara memperkenalkan namanya dengan ceria. Ia ingin membuat banyak teman. Anak anak lain menanggapi perkenalkan Seara dengan baik. Dan beberapa ad yang bingung.
"Baik, kamu bisa duduk dibelakang Chloe!" Seara menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju tempat duduk yang kosong.
'Kenapa harus sekelas, sih?' batin Seara.
Gadis bernama Chloe itu adalah gadis yang ia temui di taman depan rumahnya. Chloe menatapnya dengan tatapan kesal. Tampaknya Chloe tak terlalu ingin sekelas dengan Seara.
"Gadis jelek! Sialan!" Umpat Chloe. Seara terkejut. Anak kecil seperti Chloe berani mengumpat. Untung hanya ia yang mendengar.
"Seperti semua akan sedikit menyusahkan!"
________________________________________
*********
Hai 👋👋
Maaf jika ada kesalahan!!!
Dan, jangan lupa tinggalkan jejak!!
Bye bye 👋👋👋
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments