Bab 2 Marvin Melihat Debora Lagi

"Ais... bisa nggak bapak sekali-sekali menuruti permintaanku?" Marvin kesal.

Semua perkataan Nyonya Kirana Berneo adalah keputusan yang mutlak dan harus dituruti oleh siapapun termasuk Hary Berneo ayah dari Marvin.

"Tidak bisa Den, semua perkataan Nyonya tidak bisa dibantah termasuk den sendiri" Ujar Rudi yang menjadi supir pribadi khusus untuk Marvin.

"Aku lelah pak! setiap hari belajar dan belajar aku tidak kuat, dan otakku rasanya tidak mampu menerima pelajaran yang diberikan oleh guru" Marvin mengutarakan isi hatinya yang selama ini ia pendam dalam hati.

"Den harus menurut melawan pun tidak ada gunanya, kalau misalnya den melawan fasilitas yang selama ini den dapatkan bisa saja dalam segejap ditarik oleh nyonya Kirana" Rudi mengingatkan.

Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang, Rudi menurunkan Marvin didepan restoran tepat disamping gedung tepat Marvin mengikuti les khusus.

"Pak Rudi pulang saja. Kalau aku sudah pulang, aku akan mengabari pak Rudi" Ujarnya Marvin.

"Tidak bisa den, ini perintah dan juga tanggung jawab saya memastikan den Marvin masuk kedalam gedung dan kembali kerumah tanpa kurang satu apapun" Ujar Rudi.

Sungguh Rudi adalah supir yang dipercaya Kirana untuk anaknya, supir yang tidak mau melanggar atauran dari Kirana dan tidak akan terlena apapun ditawarkan Marvin kepadanya untuk diberi kebebasan satu hari pun.

Marvin pun keluar dari dalam mobil, ia langsung masuk kedalam restoran. iya langsung masuk kedalam ruangan VIP yang mejadi langganannya, makanan yang akan ia makan pun sudah ditentukan Kirana.

Sungguh kehidupan yang sangat terikat membuat Marvin muak, sedikit pun tidak ada kebebasan yang diberikan Kirana kepadanya.

Marvin duduk ruangan VIP, Karyawan restoran menghidangkan makanan diatas meja. Ada sedikit nasi, daging dan ikan yang sudah dipastikan kalau makanan itu sehat dan sudah steril.

"Percuma mama menghabiskan banyak uang, aku sama sekali tidak menikmati fasikitas yang tersedia ini" Batin Marvin.

Selesai makan Marvin masing memiliki waktu untuk istirahat sebentar sebelum jam les pribadi dimulai. Marvin menerima telfon dari mamanya tanpa menunda ia langsung mengangkatnya.

"Iya mah" Jawab Marvin.

"Aku mendengar dari Pak Rudi kalau kamu banyak maunya kalau mau pergi les. kamu itu harus rajin belajar dan segera gantikan papamu memimpin perusaan milik kita!" Ujar Kirana dari balik pintu.

"Mah. aku bukan tipe orang yang pintar seberapa banyak pun les yang aku ikuti aku tetap bodoh dan sulit memahami pelajaran ada baiknya mama memberiku sedikit kebebasan" Ujar Marvin.

"Sejak kapan kamu pintar melawan dan berbicara seperti itu. kamu bisa pintar tapi kamu malas untuk belajar yang ada dipikiran mu hanya kebebasan. seharusnya kamu bersykur bisa menikmati les disana sini"

"Sudah! ini terakhir kali mama dengar kamu berbicara seperti ini tapi tidak dengan lain kali" Ujar Kirana lalu segera mematikan telfon.

"Hais... kalau tau begini lahir dari keluarga kaya mungkin aku akan memilih lahir dari keluarga miskin saja. tidak dituntut untuk pintar dituntut ini itu" Marvi mengomeli keadaannya.

Tiba jam les pribadi akan dimulai, Marvin bergegas dari duduknya meninggalkan restoran menuju gedung yang ada disamping restoran, jangan lupakan mobil yang membawa Marvin ke tempat ini terparkir dengan rapi didepan gedung dan dipastikan kalau Pak Rudi mengawasi Marvin dari dalam mobil.

"Beginilah kalau suami takut istri, aku mau ngadu sama papa pun percuma" batin Marvin.

Sekilas mata Marvin bisa melihat perempuan yang ia kenali menjual buah diseberang jalan. "Oh.. dia jualan sepulang sekolah. berarti dia termasuk orang yang tidak kaya yang sekolah diyayasan Berneo? sudah dipastikan ia wanita yang sangat pintar" Batin Marvin sambil tersenyum.

Marvin berjalan memuju kelas khusus dibarengi dengan senyuman, tidak tau apa yang membuatnya tersenyum padahal belum lama ia merasa kesal karena keadaannya.

Mungkinkah ia memiliki niat yang terselubung? hanya ia yang tau.

"Dek jeruknya berapa sekilo?" seorang wanita yang diperkirakan seumuran dengan mamanya Debora datang menanyakan harga jualan Debora.

"Tergantung ibu pilih yang mana. kalau buah yang jumbo ini harganya 25ribu, yang sedang 20ribu dan yang ini 15ribu buk" Jawan Debora.

"Saya mau sekilo yang besar dan sekilo yang sedang ya!"

Debora mengambil plastik asoi dan memilih buah yang menurutnya bagus untuk ibu-ibu yang datang untuk membeli.

"Semuanya 45ribu ya buk" sambil memberikan 2 kantong plastik asoi yang berisi jeruk.

"Ini dek uangnya" ibu itu memberi uang 50an Debora langsung memberikan kembalian ribu.

Debora duduk kembali kekursi sambil menunggu pembeli, sebagai anak jaman modren saat ini. Debora memiliki HP android yang ia gunakan untuk kepentingan-kepentingan sekolah dan yang lainnya.

Sambil menunggu pembeli datang Debora menulis beberapa rangakain kata untuk ia simpan di draff hp yang akan ia satukan jadi satu bab novel yang sedang on going disalah satu aplikasi online.

Dari arah belakang dari mamanya Debora membawa keranjang yang isinya beberapa kilo asoi dan juha bontot yang berisi makanan.

"Kamu makan dulu ya, biar mama gantikan untuk jaga jualan!" Ujar Mawar mamanya Debora.

"Sebentar ya ma! Lagi nanggung nih. Debora sedang buat novel" Debora menjawab tanpa menoleh.

"Debora sudah berapa kali mama ingatkan, utamakan kesetan diatas segalanya. kalau kamu sakit semua ini tidak akan ada gunanya" Mawar mengingatkan putri semata wayangnya.

"Hehe.. maaf ma, soalnya Debora terlalu fokus hingga lupa nasehat mama" Debora menutup kembali tulisannya dan mengambil bontot yang mawar bawa dari keranjang.

"Mama masak apa?"

"Mama masak rendag jengkol kesukaan mu. cepat habisin makanannya"

"Wah.. kenapa mama nggak bicara dari tadi? kalau Debora tau mama masak rendang jenggol pasti Debora tidak akan berani menolak" Debora menatap senang rendag jengkol yang ada didepannya.

Dengan semangatnya Debora langsung menyantap makanan yang dibawa mamanya. hanya butuh 15 menit semuanya sudah tandas.

"Masakan mama tidak pernah berubah, selalu enak dan masakan mama ini tidak bisa tergantikan oleh restoran mana pun. mama ini chet paling the best untuk Debora" puji Debora.

"Itulah untungnya mensykuri yang ada, yang kita miliki saat ini. dengan keadaan kita yang seperti ini, tidak mampu membeli makanan yang ada direstoran membuatmu sangat nyaman makan masakan mama" jawab Mawar.

"Benar apa yang mama katakan, tapi sampai kapanpun masakan mama tetap paling the best" jawab Debora.

"Yaudah Debora lanjut nulis dulu ya ma! semoga ada rejeki untuk novel baru yang Debora tulis"

"Amin. tapi kamu juga tidak boleh lalai. kamu boleh menulis tapi sekolah yang paling penting untuk saat ini, kamu harus rajin belajar untuk bisa bertahan di yayasan tempat kamu menimba ilmu saat ini"

"Iya ma, Debora paham"

Terpopuler

Comments

princess butterfly

princess butterfly

kasian ya marvin...

2022-10-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!