Pintu ruangan Dae diketuk dari luar. Dae dan Ani saling bertatapan.
"Nah Lo Dae, berisik banget. Jadi datang kan orang ke ruangan Lo!" Ani merasa takut jika yang datang Asisstent Li.
"Ya buka aja Ni, kenapa Lo ketakutan gitu!"
"Ya takut aja kalau yang datang si Asisstent Li. Bisa lapor dia ke Presdir."
Ani berdiri dari tempat duduknya yang nyaman dan membuka pintu ruangan Dae. Ternyata orang yang mengetuk pintu ruangan Dae adalah Manager Raffi.
"Eh Pak Raffi. Ada keperluan apa ya Pak kesini?" tanya Ani yang curiga.
"Saya mau bertemu dengan Bu Dae. Kamu kenapa diruangannya?" Pak Raffi bertanya balik.
"Oh...saya tadi nemani Bu Dae makan siang. Katanya dia gak akan habis kalau makan banyak makanan sendirian," jelas Ani.
"Ya sudah kamu boleh keluar dari ruangan ini," usir Pak Raffi dengan tegas.
"Baik Pak, saya permisi dulu.
"Bu Dae...saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya ya," goda Ani sambil bermain mata dengan Dae.
"Sialan nih Ani, sengaja banget ninggalin gw sama nih cowok. Lagian nih Pak Raffi ngapain kemari sih. Apa gak takut ketahuan istrinya ya," bathin Dae yang merasa kesal.
"Eh Pak Raffi, ada perlu apa ya Pak?" tanya Dae sopan.
"Bu Dae, gimana dengan ajakan saya tadi. Mau ya kita pulang bareng?" tanya Pak Raffi yang dengan gencarnya mengejar Dae.
"Maaf ya Pak, saya sudah sampaikan tadi bahwa Mama saya sudah menunggu dirumah," ucap Dae masih dengan sopan.
Manager itu mendekati meja Dae. Lalu dia membungkukkan tubuhnya didepan Dae.
"Dae, aku memang sudah beristri, tapi aku menginginkanmu!" tekan Pak Raffi dengan tegas.
"Pak Raffi jangan macem-macem disini! Saya tidak tertarik dengan perselingkuhan. Silahkan Pak Raffi keluar dari ruangan saya!" balas Dae dengan tidak sopan.
"Kamu mengusirku Dae? Kamu akan menyesal! Aku akan terus melakukan apapun untuk mendapatkanmu Dae!" ancam Pak Raffi.
"Saya minta Pak Raffi sekarang juga keluar dari ruangan saya. Maaf jika saya kurang sopan. Saya tekankan sekali lagi, saya tidak suka perselingkuhan. Saya harap Pak Raffi mengerti," Dae berdiri dari kursinya dan berjalan kearah depan pintu dan membukanya lebar.
Manager Produksi itu berjalan menghampiri Dae. Dia berbisik ditelinga Dae.
"Kamu cantik sekali Dae kalau lagi marah, membuat darahku berdesir ingin memilikimu. Aku akan pastikan kamu berada di ranjangku secepatnya," ucap Pak Raffi dengan genitnya.
Lalu Pak Raffi keluar dari ruangan Dae dengan senyuman menyeringai jahatnya.
Dae langsung menutup pintu ruangannya dan dia bergidik ngeri mendengar ucapan Pak Raffi yang semakin gila dengannya. Dae langsung menghubungi Ani sahabatnya yang berada diruangan lain.
"Ani, Lo kemari ya!" perintah Dae.
"What happened say..., apa Lo mau cerita tentang kisah Lo sama Pak Raffi yang cakep itu ya!" ucap Ani diruangan sebelah.
"Gw serius nih...! Lo kemari aja sekarang, gw tunggu!" ketus Dae yang merasa kesal dengan candaan sahabatnya.
Ani cekikikan mendengar suara ketus Dae. Dia penasaran dengan apa yang akan disampaikan sahabatnya itu. Dia keluar dari ruangannya dan berjalan menuju ruangan Dae.
"Tok tok tok, Bu Dae.....! Apa saya boleh masuk?!" ucap Ani yang memang suka membuat Dae marah.
"Masuk!"
Lalu Ani membuka pintu ruangan Dae. Dia cengengesan melihat ekspresi Dae yang seperti singa hendak menerkam mangsanya.
"Ihhhh takut gw lihat wajah Lo seperti itu Dae!" ledek Ani sambil duduk di hadapan Dae.
"Makanya, Lo jangan buat orang tambah kesal tau?" ucap Dae yang kesal.
"Hehehe, iya, iya. Ada apa Lo nyuruh gw datang keruangan Lo?" tanya Ani.
"Ani, Lo tau gak tadi si Raffi ngomong apa? Gw benar-benar gak habis pikir dengan dia. Dia kan udah punya istri, tapi tetep juga ngejar-ngejar gw."
"Serius Lo Dae!" Ani menutup mulutnya gak percaya.
"Biasa aja kali, jangan lebay gitu ah gaya Lo," protes Dae dengan sikap Ani.
"Hehehe, habis lucu sih lihat tuh cowok. Emang sih dia ganteng, tapi kan udah punya istri," balas Ani.
"Iya gw jadi takut tau kalau ketemu dia. Karena dia benar-benar udah gila. Gw aja heran lihatnya, apa sih yang dilihatnya dari gw?" tanya Dae bingung.
"Maaf nih ya Dae, kali aja si Raffi itu pengen dapetin Lo buat muasin ranjangnya. Karena body Lo kan bohay dan dia mikir Lo pasti hot diranjang," cetus Ani senyum-senyum.
"Asem Lo Ni, emang gw cewek apaan! Jadi pemuas ranjangnya ? Ihhhh serem gw," Dae bergidik saat membayangkannya.
"Makanya Lo cepatan cari kekasih, biar si Raffi gak ngejar-ngejar Lo!"
"Pakaian kali dicari-cari. Emang gw mau cari dimana Ni?!" tanya Dae sambil melotot kearah Ani.
"Ngomong-ngomong, pas Lo tadi di acara itu apa gak nemu yang pas gitu?" tanya Ani menyelidik
"Ada sih Ni, tapi kayaknya orangnya sombong deh. Gimana mau deketin, ngelihatin gw aja kayak gimana gitu," jelas Dae sambil mengingat tatapan CEO Ilyas.
"Emangnya siapa yang Lo taksir disana Dae?"
"Itu si CEO Perusahaan, ternyata orangnya tampan sekali loh. Wajahnya itu, gw suka banget, kelihatan cool dan berwibawa. Pokoknya idaman gw banget deh Ni!" seru Dae sambil membayangkan wajah Ilyas.
"What....! CEO Perusahaan yang ngundang Perusahaan kita?!" Ani kaget mendengarnya.
"Iya, emang ada yang salah kalau gw jatuh hati pada pandangan pertama dengan dia?" tanya Dae sambil menaik-naikkan alisnya.
"Ya, mana mungkin Dae, seorang CEO mau sama orang seperti kita yang biasa aja." ucap Ani yang merasa tak percaya diri.
"Hmmmm, jangan gak percaya diri gitu Ni. Takdir tidak ada yang mengetahuinya. Kalau suka itu belom tentu memiliki. Dan gw bukan tipe orang yang memaksakan kehendak. Kalau emang bertepuk sebelah tangan, ya mau gimana lagi, enjoy kali!" ucap Dae tanpa beban.
"Serius Lo gak akan termehek-mehek kalau gak dibalas cinta Lo?" tanya Ani.
"Ya gak lah. Masa gw nangis bombay gara-gara gituan." ucap Dae dengan sombongnya.
"Ya udah, gw do'akan dan dukung Lo. Semoga cinta Lo dibalas sama tuh CEO. Sekarang gw mau balik keruangan gw. Bentar lagi udah mau jam pulang."
"Makasih say. Nanti kita pulang bareng?" tanya Dae.
"Gw dijemput sama pacar gw. Tapi gw akan temani Lo sampai parkiran biar gak diganggu si Raffi gila itu."
"Hehehe, makasih ya udah memperhatikan sahabat Lo ini. Gw suka sikap Lo," puji Dae.
Kemudian Ani keluar dari ruangan Dae. Dia kembali keruangannya. Saat hendak masuk ke dalam, Ani berpas-pasan dengan Pak Lu.
"Selamat sore Pak!" sapa Ani dengan senyuman.
Pak Lu tidak meresponnya, dia hanya berdehem dan berlalu dari hadapan Ani dan kembali ke lantai atas.
"Ya ampuuuun, banyak banget manusia cool di kantor ini. Lama-lama nih kantor jadi kutub Utara, dinginnya luar biasa," gumam Ani.
Ani pun masuk ke dalam ruangannya dan kembali ke meja kerjanya.
Jam pulang kerja akhirnya tiba, Dae bergegas keluar dari ruangannya. Dia menuju ruangan Ani.
"Sore Bu Dae!" sapa karyawan yang berada di dalam ruangan itu saat Dae masuk.
"Sore juga, kalian tidak pulang?" tanya Dae saat melihat para karyawan masih berada dimejanya.
"Nih lagi beres-beres Bu, jawab beberapa karyawan.
Lalu Dae menuju mejanya Ani.
"Ayo pulang, gw ditungguin nih sama Nyokap dirumah," ajak Dae.
"Sabar dong Dae...! Nih gw lagi beres-beres," balas Ani dengan santai.
Padahal karyawan lain, takut saat melihat Dae masuk ke dalam ruangan mereka. Berbeda dengan Ani, dia gak ada takutnya sama Dae. Karena Dae adalah sahabatnya sejak SMP.
Ani sudah seperti saudara bagi Dae, sebaliknya Dae pun begitu. Mereka berdua tak menyangka bisa satu Perusahaan bekerja. Padahal mereka sempat berpisah dalam melanjutkan kuliahnya. Dan bertemu kembali di Perusahaan yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments