"Eh itu kan Manager bagian Promotion, kok bisa dia ikut ke acara itu ya? Kenapa gak Bu Ana aja Manager keuangan yang sangat pinter dalam perhitungan. Pasti dia mencoba mendekati Assistent Li," cibir karyawan wanita bagian keuangan.
"Atau jangan-jangan dia mau deketin si Bos? Cari muka banget ya," sambung temannya.
"Hussst jangan sembarangan ngomong kalian, dia itu ditugaskan oleh Presdir kita. Hati-hati kalau berbicara, jangan menimbulkan fitnah," tegur Manager Produksi yang baru tiba dari makan siangnya.
"Eh Pak, maaf. Kami gak tau kalau bapak disini. Sekali lagi kami minta maaf," kedua karyawan tersebut langsung pergi ke arah tangga. Mereka menunggu atasan-atasan itu masuk ke lift duluan.
"Siang Pak Li dan Pak Lu!" sapa Manager produksi.
"Eh Pak Raffi, dari mana Pak?" tanya Pak Lu.
"Saya baru selesai makan siang Pak Lu. Oh ya bagaimana acara peluncuran Mobil keluaran terbaru Perusahaan itu?" tanya Pak Raffi.
"Ya berjalan baik. Tapi kami duluan keluar dari acara. Karena Assitent Li ada urusan," jawab Pak Lu.
"Oh..., Bu Dae sudah makan siang?" tanya Pak Raffi tiba-tiba.
"Hah, ah ini saya mau makan siang Pak. Tadi gak sempat disana menikmati hidangan lezatnya," sindir Dae sambil melirik Assitent Li
"Iya Pak Raffi, nih kita baru mau makan siang," sambung Pak Lu.
Sedangkan Assitent Li hanya diam saja. Dia fokus dengan menunggu lift yang terbuka. Hingga akhirnya lift itu terbuka.
Mereka masuk kedalam lift menuju masing-masing ruangan kerjanya. Dae satu ruangan dengan Pak Raffi, dan mereka keluar duluan dari lift itu.
"Saya duluan Pak Li dan Pak Lu," Dae menundukkan sedikit kepalanya. Lalu dia keluar dari lift itu tanpa menunggu balasan atau apapun itu.
Dan begitu juga dengan Pak Raffi dia tersenyum kearah Pak Li dan Pak Lu sambil menundukkan sedikit kepalanya. Kemudian dia menyusul Dae.
"Bu Dae....tunggu sebentar!" panggil Pak Raffi.
"Maaf ada apa ya Pak? Saya mau mesen makan siang, udah laper banget nih Pak. Nanti saya gak konsen kerjanya kalau kelaparan," celetuk Dae.
"Bu, nanti sore ada acara tidak? Kalau tidak, saya mau ajak Bu Dae pulang bareng."
"Duh maaf ya Pak, saya nanti harus buru-buru pulang, karena Mama saya nungguin dirumah. Maaf Pak, saya duluan," ucap Dae dengan sopan. Lalu Dae buru-buru meninggalkan Pak Raffi dan masuk kedalam ruangannya.
"Hmmm, susah banget sih deketin kamu Bu Dae. Padahal kurang apa saya, ganteng juga kok," gumam Pak Raffi yang merasa percaya diri.
Didalam ruangan, Dae langsung memesan grab food. Dia memesan banyak makanan karena memang dari tadi dia kelaparan. Lalu sahabatnya masuk kedalam ruangan itu.
"Dae....., gimana keadaan kamu sayang? Pasti kamu happy, ya kan...?" tanya sahabatnya yang senang jahilin Dae.
"Sialan, gw menderita gini, dibilang happy. Happy dari mananya? Lo gak lihat wajah gw pucat karena nahan laper dari tadi?" gerutu Dae yang kesal dengan sahabatnya.
"Kan emang Lo pucat, kulit Lo juga pucat. Gak ada yang berubah gw lihat Dae," sahabatnya membolak-balikkan wajah Dae kekanan dan kekiri.
"Apaan sih Lo. Eh Lo kok gak ada hormatnya ya sama gw. Gw nih Manager Lo..! Yang sopan kalau masuk ruangan gw. Dah duduk disitu," ucap Dae dengan galaknya.
Ani sahabatnya Dae gak merasa kesal ataupun marah dengan ucapan Dae. Karena baginya sangat menyenangkan bisa membuat Dae marah.
"Eleuh-eleuh....Bu Manager yang baik hati dan cantik, jangan marah-marah nanti cepat tua. Kalau cepat tua belom nikah, kasihan banget gak sempat menikmati surga dunia, hahahaha," ledek Ani sambil tertawa keras.
"Kayak Lo udah ngerasain surga dunia aja. Lo juga tuh jangan suka jahilin gw, entar cepat keriput hahahaha," balas Dae dengan tawa yang lebih keras.
Mereka pun saling balas-membalas ejekan, hingga tawa mereka terdengar keruangan Manager keuangan.
Diruangan Manager keuangan, Bu Ana merasa terganggu dengan suara tawa mereka dari sebelah.
"Kenapa tuh Bu Dae tawanya kencang banget. Gak tau apa gw lagi tlpnan sama gebetan gw. Ganggu aja," gerutu Bu Ana.
Didalam ruangan Dae, Ani masih setia menemani Dae. Dia juga ikut makan siang bersama Dae diruangan Manager. Padahal Ani sudah sarapan di kantin bawah, tapi dia tetap tidak menolak ajakan Dae buat makan lagi.
"Aduh Dae...,nanti gw gemuk nih. Bisa protes pacar gw kalau gw endut," ucap Ani.
"Kalau pacar Lo protes, ya tinggalin aja. Emang dia pacarin tubuh Lo yang gendut, hihihi, aneh tuh cowok," balas Dae.
"Enak aja suruh tinggalin. Dia cakep dan tajir ya. Susah dapetin cowok begituan. Lo aja yang cantik begini belom punya pacar, masa gw harus tinggalin tuh cowok. Ya gw harus menjaga penampilan dong Dae....biar dia tetap cinta sama gw," ucap Ani yang tak terima disuruh tinggalin.
"Dah makan tuh cinta. Biar Lo kenyang," ketus Dae.
"Emang bisa kenyang makan cinta Dae?" Ani sengaja buat Dae kesal.
"Bisa dong, kalau Lo bucin akut sama tuh cowok, Lo kan gak mikirin perut yang laper. Jadi dunia Lo hanya dia.....terus," balas Dae.
"Sok tau Lo. Kayak Lo pernah bucin aja sama cowok. Pacar aja belom punya, sok ngerti yang begituan," ledek Ani sambil senyum-senyum.
Mereka terus saling berdebat yang tak penting. Hingga selesai makan, mereka masih asyik ngobrol. Lalu tiba-tiba pintu ruangan Dae diketuk dari luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments